Dampak Kelebihan Kafein pada Tubuh dan Sinyal yang Perlu Diperhatikan

Senin, 24 November 2025 | 10:31:54 WIB
Dampak Kelebihan Kafein pada Tubuh dan Sinyal yang Perlu Diperhatikan

JAKARTA - Dalam rutinitas sehari-hari, kafein menjadi andalan banyak orang untuk menjaga fokus dan energi. 

Berbagai minuman seperti kopi, teh, hingga minuman berenergi sering dipilih untuk mendampingi aktivitas yang padat. Namun, ketika konsumsi kafein melebihi kebutuhan tubuh, efeknya dapat berbalik menjadi sumber tekanan, baik secara fisik maupun mental.

Ahli Gizi di Motherhood Hospital, Gurugram, Dr. Nisha, menjelaskan bahwa banyak orang belum memahami seberapa cepat kafein dapat menumpuk dalam tubuh. Penumpukan inilah yang kemudian memengaruhi berbagai fungsi tubuh dan menimbulkan reaksi yang kadang tidak disadari.

“Bahkan sedikit lebih banyak dapat menstimulasi sistem saraf secara berlebihan dan mengganggu tidur, pencernaan, dan suasana hati. Mendengarkan tanda peringatan awal tubuh menjadi langkah pertama menuju tingkat energi yang lebih sehat dan seimbang,” kata Dr. Nisha.

Menurutnya, munculnya gemetar, tidur terganggu, atau perasaan gelisah adalah contoh sinyal bahwa tubuh sedang mengalami kelebihan kafein. Kesadaran terhadap tanda-tanda tersebut menjadi kunci penting agar seseorang dapat menyesuaikan kembali pola konsumsi harian.

Dampak pada Ketenangan dan Pola Tidur

Salah satu tanda paling sering terjadi ketika tubuh menerima kafein berlebih adalah timbulnya rasa gelisah, gugup, atau bergetar tanpa alasan jelas. 

Hal ini disebabkan oleh efek kafein yang memblokir adenosin dan menstimulasi sistem saraf pusat. Ketika respons ini berlebihan, tubuh memproduksi adrenalin lebih banyak sehingga suasana hati mudah berubah dan stres meningkat.

Gangguan pada tidur juga sangat umum dialami. Dengan waktu paruh sekitar lima hingga enam jam, kafein yang dikonsumsi pada sore hari dapat menghambat tubuh memasuki fase tidur nyenyak. 

Akibatnya, seseorang menjadi lebih mudah terbangun di malam hari atau merasa tidak segar saat bangun pagi. Kualitas tidur yang terganggu turut berpengaruh pada konsentrasi, imunitas, serta stabilitas emosi.

Efek lain yang muncul adalah jantung berdebar atau berdetak tidak teratur. Ketika adrenalin meningkat drastis karena kafein, fungsi jantung ikut terpengaruh. 

Sensasi berdebar ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, terlebih jika terjadi ketika sedang tidak beraktivitas. Kondisi tersebut tidak boleh diabaikan, terutama jika berlangsung lama atau muncul bersamaan dengan gejala lain seperti sesak atau pusing.

Gangguan Pencernaan dan Sakit Kepala

Kelebihan kafein tidak hanya berdampak pada sistem saraf dan tidur, tetapi juga pada sistem pencernaan. Banyak orang mengalami peningkatan frekuensi buang air, munculnya kram perut, refluks asam, atau rasa tidak nyaman di lambung. 

Hal ini disebabkan sifat kafein yang bersifat diuretik dan laksatif, serta kemampuannya merangsang produksi asam lambung. Jika tidak dikendalikan, kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi hingga iritasi pencernaan.

Selain gangguan pencernaan, sakit kepala juga menjadi tanda tubuh sedang bergantung pada kafein. Ketika kafein dikonsumsi, pembuluh darah di otak menyempit.

Namun ketika asupannya berkurang atau dihentikan tiba-tiba, pembuluh darah kembali melebar sehingga memicu rasa nyeri. Proses ini menunjukkan adanya ketergantungan dan dapat memunculkan siklus withdrawal yang mengganggu aktivitas sepanjang hari.

Setiap individu memiliki toleransi yang berbeda terhadap kafein. Karena itu, penting bagi setiap orang memahami reaksi tubuhnya masing-masing agar dapat menentukan batas konsumsi yang ideal dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

Cara Aman Mengurangi Asupan Kafein

Untuk menjaga tubuh tetap seimbang, pengurangan konsumsi kafein perlu dilakukan dengan wajar dan bertahap. Salah satu langkah yang dianjurkan adalah memperbanyak minum air putih guna membantu tubuh melakukan detoksifikasi. 

Mengurangi 25 hingga 50 mg setiap beberapa hari dapat menjadi metode efektif agar tubuh tidak mengalami gejala penarikan yang berat seperti sakit kepala atau kelelahan berlebihan.

Alternatif lain adalah mengganti minuman berkafein tinggi dengan opsi lebih ringan seperti teh hijau, teh hitam, atau kopi tanpa kafein. 

Pilihan ini membantu tubuh tetap mendapatkan sensasi hangat atau segar tanpa memicu stimulasi berlebihan. Selain itu, menetapkan batas waktu konsumsi, seperti tidak meminum kopi setelah tengah hari, dapat membantu menjaga pola tidur tetap normal.

Namun, jika seseorang mengalami gejala yang lebih berat, seperti detak jantung tidak beraturan, rasa nyeri di dada, kecemasan ekstrem, atau serangan panik, langkah terbaik adalah segera mencari bantuan medis. 

Mengenali sinyal tubuh sejak awal akan membantu mencegah risiko yang lebih serius sekaligus menjaga kesehatan secara menyeluruh.

Terkini