Tips Agar Anak Sehat: Mengelola Waktu dan Kontrol Diri Saat Menggunakan Gadget

Jumat, 21 November 2025 | 13:03:45 WIB
Tips Agar Anak Sehat: Mengelola Waktu dan Kontrol Diri Saat Menggunakan Gadget

JAKARTA - Psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Samanta Elsener M.Psi., menekankan bahwa kemampuan anak untuk mengendalikan diri menjadi kunci utama agar terhindar dari kecanduan gawai. 

Ia mengingatkan bahwa aturan waktu ideal maksimal dua jam per hari untuk hiburan saja sering kali tidak diikuti anak-anak dan remaja.

Menurut Samanta, anak-anak dan remaja kerap mencari cara “colongan” untuk menggunakan gawai di luar pengawasan orang tua, misalnya saat di sekolah, mandi, atau saat orang tua tidak memperhatikan. 

Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian penggunaan gawai bukan hanya soal aturan ketat, tetapi lebih pada kemampuan anak membangun kontrol diri yang sehat.

“Kalau waktunya bermain gawai maksimal dua jam, mereka harus bisa mematuhinya sendiri. Hal itu bisa terbentuk melalui dialog orang tua dengan anak agar mereka memahami dan menginternalisasi aturan,” kata Samanta. 

Dengan kata lain, orang tua berperan sebagai pembimbing agar anak mampu menyeimbangkan hiburan digital dengan aktivitas lain.

Peran Orang Tua dalam Mengajarkan Kontrol Diri

Kontrol diri anak tidak muncul begitu saja, tetapi perlu dibimbing secara konsisten oleh orang tua. Samanta menekankan pentingnya orang tua aktif berdialog dan memberikan pengingat terkait batasan waktu bermain gawai.

Melalui komunikasi rutin, anak akan mengerti alasan di balik aturan tersebut dan mampu menerapkannya sendiri. Hal ini menjadi fondasi agar kebiasaan digital mereka tidak berkembang menjadi ketergantungan yang berlebihan. 

Orang tua juga harus mencontohkan pengendalian diri, misalnya dengan membatasi penggunaan gawai mereka sendiri saat berada bersama anak.

Selain itu, penguatan kontrol diri bisa dilakukan dengan mendampingi anak dalam memilih konten digital yang sesuai usia. Dengan pendekatan ini, anak tidak hanya patuh pada aturan, tetapi juga belajar memilih konten yang aman dan bermanfaat. Pendekatan dialog dan pemahaman ini dinilai lebih efektif daripada sekadar melarang atau memberi sanksi.

Literasi Digital dan Algoritma Konten

Samanta juga mendorong orang tua untuk meningkatkan literasi digital agar mampu memahami cara kerja algoritma konten dalam platform digital. Misalnya, ketika anak menonton satu video hingga selesai, platform cenderung menampilkan konten serupa secara berurutan.

Dengan pemahaman algoritma, orang tua dapat mengarahkan anak pada konten yang lebih aman dan mendidik. 

Hal ini penting untuk mencegah paparan konten negatif yang dapat mempengaruhi perilaku dan keselamatan anak. Kontrol terhadap konten digital menjadi bagian dari strategi mencegah kecanduan dan paparan yang tidak sesuai usia.

Samanta mendukung adanya pembatasan akses media sosial bagi anak di bawah umur. Menurutnya, kebijakan tersebut menjadi langkah penting dalam perlindungan remaja dari konten berbahaya dan membantu membentuk lingkungan digital yang lebih sehat bagi anak-anak.

Perkembangan Otak Remaja dan Dampak Konten Negatif

Pada tahap awal masa remaja, hormon dan otak mengalami perkembangan pesat, sehingga remaja sangat rentan terhadap pengaruh konten digital. Samanta menegaskan bahwa paparan konten negatif dapat memengaruhi perilaku dan keputusan remaja, bahkan membahayakan diri mereka maupun teman-temannya.

Ia menekankan, upaya perlindungan anak dari konten negatif harus menjadi tanggung jawab bersama antara orang tua, sekolah, dan pembuat kebijakan. Penggunaan gawai yang sehat membutuhkan keseimbangan antara kebebasan digital dan pengawasan yang tepat, serta penanaman kontrol diri yang baik.

Dengan pengendalian diri, anak dapat menikmati hiburan digital secara wajar tanpa kehilangan fokus pada aktivitas lain, seperti belajar, bermain di luar ruangan, dan interaksi sosial. Literasi digital, dialog orang tua-anak, dan pembatasan akses yang tepat menjadi kombinasi strategi yang efektif untuk mencegah kecanduan gawai.

Samanta menutup pesannya dengan menekankan pentingnya peran orang tua sebagai teladan sekaligus pembimbing. Dengan demikian, anak tidak hanya memahami aturan, tetapi juga belajar untuk mengendalikan diri secara mandiri. 

Dengan pengelolaan digital yang baik, generasi muda dapat tumbuh dengan sehat, seimbang, dan cerdas dalam memanfaatkan teknologi.

Terkini