Kemenekraf Tingkatkan Kreativitas Industri Film Perluas Identitas Budaya Lokal

Jumat, 21 November 2025 | 10:33:22 WIB
Kemenekraf Tingkatkan Kreativitas Industri Film Perluas Identitas Budaya Lokal

JAKARTA - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif melalui Direktorat Film, Animasi, dan Video menyelenggarakan kegiatan Bicara Film: Merayakan Kearifan Lokal Lewat Sinema di Cinepolis Lippo Plaza Medan. 

Acara ini menjadi wadah pertemuan antara sineas, komunitas film, dan pelaku kreatif untuk menggali proses kreatif di balik film “Tak Kenal Maka Taaruf” serta dua film pendek karya komunitas film Medan, yaitu The Fanciful of Piso Serit dan Gurda Gurdi.

Direktur Film, Animasi, dan Video Doni Setiawan menegaskan bahwa komunitas film Medan memegang peran penting dalam regenerasi talenta, produksi karya lokal, dan menjaga dinamika industri kreatif di daerah. 

“Komunitas adalah ujung tombak ekosistem kreatif. Melalui kegiatan seperti Bicara Film, kami memastikan mereka punya ruang belajar, berkarya, dan berkolaborasi,” katanya.

Selain pemutaran film, peserta diajak menelusuri bagaimana cerita lokal Sumatera Utara hadir dalam bentuk sinema yang kuat secara visual dan emosional. Forum ini juga memfasilitasi diskusi tentang adaptasi cerita dari teks ke layar, strategi narasi visual, serta cara menjaga “ruh” cerita tetap hidup.

Pemerintah Dukung Kearifan Lokal dan Kolaborasi

Deputi Bidang Kreativitas Media Agustini Rahayu menekankan bahwa kegiatan Bicara Film merupakan wujud dukungan pemerintah terhadap penguatan ekosistem perfilman nasional yang berakar pada kearifan lokal, sekaligus mendorong kolaborasi lintas pihak. 

“Bicara Film menjadi ruang berbagi praktik baik dari para sineas dan komunitas film. Pemerintah hadir untuk memastikan ide-ide kreatif lokal memiliki ruang tumbuh dan berjejaring dalam ekosistem industri yang lebih luas. Kearifan lokal adalah kekuatan kita di panggung global,” ujarnya.

Film Tak Kenal Maka Taaruf karya Mim Yudiarto membuka wawasan peserta mengenai proses adaptasi dari novel ke layar lebar, menekankan strategi menjaga esensi cerita sambil memanfaatkan medium visual secara optimal. 

Dua film pendek karya komunitas Medan, The Fanciful of Piso Serit oleh Ori Semloko dan Gurda Gurdi oleh Wahyu Ginting, menampilkan potensi budaya, tradisi, dan identitas lokal sebagai fondasi cerita yang kuat dan berkarakter.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan M. Odi Anggia Batubara mengapresiasi inisiatif para sineas yang terus mengangkat kearifan lokal ke layar. Ia berharap forum ini menghasilkan gagasan baru, peluang kolaborasi, dan semangat untuk terus berkarya bagi pengembangan ekosistem perfilman daerah.

Film sebagai Medium Budaya dan Ekonomi Kreatif

Melalui forum ini, peserta tidak hanya belajar proses kreatif, tetapi juga memahami bagaimana kolaborasi lintas pihak mendorong pertumbuhan ekosistem film yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan. Film dipandang bukan sekadar karya seni atau hiburan, tetapi juga cerminan budaya serta potensi ekonomi kreatif yang berakar kuat di daerah.

Sutradara Ori Semloko menekankan pentingnya ruang diskusi yang berkelanjutan bagi ekosistem perfilman daerah. 

“Film menjadi medium penting untuk menerjemahkan kearifan lokal dalam bahasa yang mudah diterima audiens. Adanya ruang diskusi dan apresiasi yang konsisten di komunitas film menjadi bagian penting membangun keberlanjutan ekosistem kreatif daerah,” jelasnya.

Forum ini juga menekankan pentingnya menjadikan ekosistem film sebagai sarana edukasi, promosi budaya, dan pengembangan ekonomi kreatif. Peserta diajak menyadari bahwa setiap karya lokal memiliki potensi untuk bersaing di tingkat nasional maupun internasional jika didukung kolaborasi dan strategi produksi yang tepat.

Langkah Konkret Perkuat Ekosistem Nasional

Kegiatan “Bicara Film: Merayakan Kearifan Lokal Lewat Sinema” di Medan menjadi langkah nyata Kemenekraf dalam memperkuat ekosistem perfilman nasional. Pemerintah mendorong sineas, komunitas, dan pelaku industri kreatif daerah untuk memiliki ruang belajar, berkarya, dan membangun jejaring kolaboratif.

Inisiatif ini menunjukkan bahwa pengembangan film tidak hanya soal produksi karya, tetapi juga pembentukan ekosistem yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis kearifan lokal. 

Dukungan pemerintah diharapkan memacu regenerasi talenta kreatif, membuka peluang kolaborasi lintas sektor, dan mendorong inovasi bagi industri perfilman nasional.

Melalui kegiatan ini, peserta memperoleh pemahaman bahwa film adalah sarana kuat dalam mengangkat identitas lokal, mempromosikan budaya, serta mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif. 

Forum juga menekankan bahwa keberlanjutan ekosistem perfilman membutuhkan kerja sama, apresiasi, dan ruang diskusi yang konsisten bagi semua pihak yang terlibat.

Dengan langkah-langkah konkret, Kemenekraf menegaskan komitmen untuk membangun ekosistem perfilman nasional yang kuat, inklusif, dan mampu menghadirkan karya berkualitas yang berakar pada kearifan lokal, sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi kreatif di tingkat daerah maupun nasional.

Terkini