JAKARTA - Makanan ultraproses atau Ultra-Processed Food (UPF) kini menjadi perhatian utama bagi kesehatan masyarakat.
Pakar kesehatan dari berbagai negara menekankan bahwa konsumsi jenis makanan ini semakin umum dan dapat menurunkan kualitas pola makan.
UPF dibuat menggunakan teknik pemrosesan, aditif, dan bahan industri. Kandungan makanan utuhnya minim, sehingga potensi dampak negatif terhadap kesehatan cukup besar. Contoh makanan ini antara lain mi instan, minuman ringan berkarbonasi, hingga camilan siap saji.
Para ilmuwan menyebutkan bahwa meski istilah UPF masih menuai perdebatan, bukti saat ini menunjukkan kaitan kuat antara konsumsi makanan ultraproses dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari obesitas hingga kanker. Hal ini menimbulkan urgensi bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsinya.
Bukti dan Risiko Kesehatan dari UPF
Dalam serangkaian makalah yang diterbitkan jurnal medis, para peneliti melakukan tinjauan terhadap 104 studi jangka panjang. Hasilnya, 92 studi melaporkan adanya hubungan antara pola makan tinggi UPF dengan peningkatan risiko penyakit kronis, termasuk diabetes tipe 2, obesitas, dan depresi.
Meskipun sebagian besar penelitian hanya menunjukkan korelasi, bukan kausalitas langsung, para ilmuwan menilai sinyal ini sudah cukup kuat untuk mendorong tindakan pencegahan. Konsumsi UPF meningkat pesat, bahkan mencapai lebih dari 50 persen dari total pola makan di negara-negara seperti Amerika Serikat.
Beberapa ilmuwan juga menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme UPF memengaruhi kesehatan. Mereka menekankan pentingnya mempelajari efek setiap produk dalam kelas UPF, karena kandungan gizi antar produk bisa berbeda, dan beberapa mungkin lebih berisiko dibanding yang lain.
Langkah Mengurangi Dampak UPF
Makalah tersebut juga menyarankan beberapa langkah praktis untuk menekan konsumsi UPF. Salah satunya adalah memasukkan kategori UPF ke dalam kebijakan nasional tentang makanan tinggi gula, garam, dan lemak. Langkah ini diharapkan dapat membantu masyarakat membuat pilihan makanan lebih sehat.
Namun, industri makanan menjadi tantangan tersendiri. Beberapa perusahaan memandang pengaturan ini sebagai hambatan terhadap bisnis mereka. Meski begitu, organisasi internasional dan pakar kesehatan menekankan bahwa perusahaan makanan juga perlu terlibat dalam upaya meningkatkan kualitas gizi masyarakat.
Tindakan preventif lain yang dianjurkan termasuk edukasi publik tentang risiko UPF, labelisasi jelas pada produk, serta mendorong konsumsi makanan utuh dan alami. Strategi ini dinilai mampu menurunkan risiko penyakit kronis sekaligus membangun kesadaran masyarakat terhadap pola makan sehat.
Kesadaran dan Pilihan Makanan Sehat
Kesadaran akan bahaya UPF menjadi kunci utama untuk mencegah penyakit terkait pola makan. Semakin banyak masyarakat memahami dampak makanan ultraproses, semakin besar kemungkinan mereka memilih alternatif yang lebih sehat, seperti sayuran, buah, biji-bijian, dan protein alami.
Peran pemerintah dan lembaga kesehatan juga penting dalam menyediakan informasi yang akurat dan mendorong regulasi yang mendukung kesehatan masyarakat. Selain itu, kolaborasi dengan industri makanan untuk menciptakan produk lebih sehat dapat menjadi langkah konkret dalam menghadapi ancaman UPF.
Dengan pemahaman yang tepat, masyarakat dapat menyeimbangkan konsumsi makanan ultraproses dan makanan alami, sehingga kualitas hidup dan kesehatan jangka panjang tetap terjaga.
Edukasi, kebijakan, dan kesadaran individu menjadi kombinasi yang efektif untuk mengurangi dampak negatif UPF dan membangun pola makan yang lebih sehat.