Langkah Efektif Pemerintah Indonesia Mengatasi Penyakit TBC Mematikan

Jumat, 14 November 2025 | 11:41:01 WIB
Langkah Efektif Pemerintah Indonesia Mengatasi Penyakit TBC Mematikan

JAKARTA - Meski pandemi COVID-19 sempat menjadi sorotan global, ancaman penyakit menular lain seperti tuberkulosis (TBC) tetap tinggi di Indonesia. 

Penyakit ini berkembang perlahan, namun dampaknya terhadap kesehatan masyarakat sangat serius. Untuk mengurangi risiko kematian dan menyelamatkan lebih banyak nyawa, pendekatan lintas sektor yang melibatkan pengobatan medis, gizi, dan faktor sosial ekonomi menjadi kunci strategi nasional.

TBC Masih Jadi Tantangan Besar Kesehatan Nasional

Tuberkulosis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mendesak di Indonesia. Posisi negara ini sebagai salah satu negara dengan beban kasus TBC tertinggi di dunia menunjukkan bahwa penyakit ini belum tertangani secara optimal. 

Jumlah kasus kematian akibat TBC terus meningkat setiap tahun, bahkan melebihi angka kematian akibat COVID-19.

Wakil Menteri Kesehatan menekankan, angka kematian yang tinggi kerap tidak disadari masyarakat karena TBC berkembang perlahan dan tidak menimbulkan gejala berat secara mendadak. Saat ini, sekitar 10 persen kasus TBC dunia terjadi di Indonesia, menandai urgensi perlunya penanganan lebih serius.

Pendekatan Lintas Sektor Kunci Penanggulangan TBC

Penanganan TBC tidak cukup mengandalkan pengobatan medis semata. Faktor gizi, kondisi sosial ekonomi, dan penyakit penyerta turut menentukan tingkat keberhasilan pengendalian penyakit. Orang dengan daya tahan tubuh lemah, gizi kurang, atau diabetes yang tidak terkontrol memiliki risiko lebih tinggi tertular TBC.

Strategi nasional menekankan keterlibatan berbagai sektor, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga pemerintah daerah, untuk memastikan intervensi lebih efektif.

Misalnya, pemenuhan gizi masyarakat, pemantauan kesehatan di kelompok rentan, dan edukasi terkait pentingnya pengobatan rutin menjadi bagian dari program pencegahan.

Tantangan dan Target Penurunan Kasus TBC

Data terbaru menunjukkan bahwa pencapaian pengobatan TBC sensitif obat baru mencapai 81%, di bawah target 90%. 

Untuk TBC resisten obat, keberhasilan pengobatan bahkan baru sekitar 58%, jauh dari target 80%. Angka ini menunjukkan masih banyak pekerjaan rumah bagi pemerintah dan tenaga medis dalam memastikan pasien menyelesaikan pengobatan secara tuntas.

Target nasional menekankan penurunan signifikan angka kasus TBC pada 2030, sejalan dengan target global WHO untuk eliminasi TBC. Keberhasilan pencapaian target ini membutuhkan sinergi lintas sektor, penemuan kasus lebih awal, dan penguatan sistem kesehatan masyarakat agar penyebaran TBC dapat dikendalikan secara efektif.

Edukasi dan Kesadaran Masyarakat Penting Dilakukan

Selain intervensi medis, edukasi masyarakat menjadi fondasi penting dalam penanganan TBC. Kesadaran akan gejala awal, pentingnya pengobatan hingga tuntas, serta pencegahan melalui pola hidup sehat dan gizi memadai dapat menurunkan risiko penyebaran.

Peningkatan akses layanan kesehatan, sosialisasi ke komunitas, dan dukungan bagi pasien selama masa pengobatan juga memperkuat upaya pemerintah. 

Dengan pendekatan yang komprehensif dan konsisten, diharapkan jumlah kasus dan angka kematian akibat TBC dapat menurun, sehingga penyakit ini tidak lagi menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di Indonesia.

Terkini