Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Jantung untuk Cegah Kematian Mendadak

Jumat, 14 November 2025 | 11:40:42 WIB
Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Jantung untuk Cegah Kematian Mendadak

JAKARTA - Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. 

Perhimpunan Aritmia Indonesia (PERITMI) menekankan pentingnya deteksi dini sebagai langkah strategis untuk menurunkan risiko kematian mendadak.

Agung Fabian Chandranegara, Sekretaris Jenderal PERITMI, menyoroti fenomena Sudden Cardiac Death (SCD) atau henti jantung mendadak yang kerap terjadi tanpa gejala sebelumnya. 

Ia menjelaskan bahwa SCD menyumbang sekitar 10–15 persen dari seluruh kematian global setiap tahunnya, menunjukkan besarnya ancaman bagi kesehatan masyarakat.

Selain itu, insiden SCD di populasi umum diperkirakan mencapai 40–100 kasus per 100.000 orang per tahun. Data terbaru menunjukkan tren peningkatan sejak beberapa tahun terakhir, menandakan tantangan kesehatan jantung masih jauh dari selesai.

Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dibanding perempuan, dengan angka mortalitas mencapai 5,23 banding 2,71. Sementara di Indonesia, data mengenai henti jantung di luar rumah sakit belum terdokumentasi secara menyeluruh, namun beban penyakit kardiovaskular yang meningkat menunjukkan potensi kasus tinggi.

Pentingnya Pemeriksaan dan Mengenali Faktor Risiko

Dr. Agung menekankan bahwa pencegahan tetap menjadi langkah paling efektif. Masyarakat dianjurkan untuk mengenali faktor risiko pribadi dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.

Beberapa pemeriksaan yang dianjurkan meliputi pengecekan tekanan darah, kadar gula, dan kolesterol setidaknya setahun sekali. Bagi mereka dengan riwayat keluarga meninggal mendadak, jantung berdebar, atau pingsan tanpa sebab jelas, segera berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung menjadi penting.

Selain itu, tanda-tanda gangguan irama jantung yang perlu diwaspadai meliputi nyeri dada, sesak napas, mudah lelah, dan detak jantung tidak teratur. Pemeriksaan lanjutan seperti EKG, ekokardiografi, atau Holter monitoring dapat dilakukan apabila gejala muncul.

Gaya hidup sehat menjadi fondasi utama dalam mencegah penyakit jantung. Berhenti merokok, rutin berolahraga, tidur cukup, dan mengelola stres secara efektif bisa menurunkan risiko secara signifikan.

Peran Edukasi Bantuan Hidup Dasar

Selain deteksi dini, masyarakat juga perlu memahami Bantuan Hidup Dasar (BHD) termasuk resusitasi jantung paru (RJP atau CPR). Dr. Agung menjelaskan bahwa setiap menit tanpa CPR menurunkan peluang hidup korban henti jantung di luar rumah sakit secara drastis.

Pelatihan CPR bagi masyarakat terbukti meningkatkan peluang bertahan hidup tiga hingga empat kali lipat. 

Sementara penggunaan AED atau Automated External Defibrillator dapat meningkatkan peluang hidup hingga lima kali lipat. Semakin banyak orang terlatih CPR, semakin besar kesempatan menyelamatkan korban henti jantung.

Beberapa langkah praktis yang harus diingat termasuk mengenali tanda henti jantung: korban tidak responsif dan tidak bernapas normal. 

Segera hubungi layanan darurat, mulai kompresi dada di bagian tengah dengan kecepatan 100–120 kali per menit, kedalaman 5–6 cm, dan gunakan AED bila tersedia. Bantuan cepat ini bisa menentukan antara hidup dan mati pasien.

Kesadaran Publik Kunci Selamatkan Nyawa

Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini, pemeriksaan rutin, dan keterampilan CPR menjadi faktor krusial dalam menekan angka kematian akibat penyakit jantung.

Dengan langkah-langkah pencegahan dan edukasi yang tepat, risiko kematian mendadak akibat henti jantung dapat ditekan secara signifikan. Peran aktif setiap individu menjadi kunci menyelamatkan nyawa, membangun kesadaran publik, dan menciptakan masyarakat yang lebih sehat secara jantung.

Terkini