Garuda Indonesia Bangkit, Danantara Suntik Modal Besar Rp30 Triliun

Selasa, 21 Oktober 2025 | 15:02:53 WIB
Garuda Indonesia Bangkit, Danantara Suntik Modal Besar Rp30 Triliun

JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) kembali menjadi sorotan pasar setelah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) melalui anak usaha, PT Danantara Asset Management (DAM), menyuntikkan dana senilai Rp30 triliun. 

Suntikan dana ini diberikan melalui mekanisme Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement, yang meliputi setoran modal tunai dan konversi utang pemegang saham menjadi saham baru. 

Danantara Asset Management akan menyetorkan modal tunai senilai US$1,44 miliar, ditambah konversi utang US$405 juta, sehingga total injeksi mencapai US$1,84 miliar atau setara Rp30,46 triliun. 

Langkah ini diharapkan menjadi penguatan modal kerja Garuda, termasuk biaya operasional, perawatan pesawat, dukungan anak usaha Citilink, ekspansi armada, dan pembayaran utang bahan bakar Citilink. 

Dengan aksi korporasi ini, pemegang saham publik akan terdilusi dari sekitar 27,46% menjadi 5,03%, dan GIAA meminta persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Kabar suntikan modal ini mendorong harga saham GIAA mencatatkan kenaikan signifikan hingga 96,36% sepanjang tahun, mencapai Rp108 per lembar saham. Market cap GIAA saat ini berada di Rp9,33 triliun, dan dengan injeksi Danantara, valuasi perusahaan berpotensi naik menjadi Rp39,33 triliun. 

Bahkan dengan perhitungan konservatif, harga saham GIAA diperkirakan bisa mencapai Rp213 per lembar saham. Investor pun memandang langkah ini sebagai sinyal positif bagi pemulihan kinerja Garuda Indonesia yang sempat menghadapi tekanan keuangan.

Restrukturisasi Utang dan Efisiensi

Sejak 2020, Garuda Indonesia terus melakukan restrukturisasi utang untuk memperkuat posisi keuangan. Utang tercatat Rp179,59 triliun pada 2020, dan turun menjadi Rp130,02 triliun hingga semester I 2025, atau penurunan 27,6%. 

Strategi ini melibatkan konversi sebagian utang menjadi saham, yang juga menjadi bagian dari mekanisme PMTHMETD. Penurunan utang ini sejalan dengan upaya efisiensi beban perusahaan, termasuk pengurangan biaya operasional, meski beberapa pos seperti beban gaji mengalami peningkatan 3,76% menjadi Rp1,37 triliun.

Meski pendapatan mengalami penurunan 4,48% menjadi Rp25,76 triliun pada paruh pertama 2025, Garuda mampu menekan total beban menjadi Rp25,04 triliun, turun 1,82% dibanding periode sebelumnya. 

Dari sisi segmen usaha, penerbangan berjadwal tetap menjadi kontributor utama Rp18,37 triliun, meski turun 8,02%. Sementara itu, penerbangan tidak berjadwal dan layanan kargo mencatat pertumbuhan 15,66% dan 6,92% masing-masing, menunjukkan diversifikasi pendapatan yang mulai menstabilkan arus kas perusahaan.

Kinerja Keuangan dan Potensi Pemulihan

Laporan keuangan GIAA pada paruh pertama 2025 menunjukkan rugi bersih Rp2,39 triliun, naik 41,37% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan pendapatan utama menekan kinerja, namun langkah efisiensi dan restrukturisasi modal memberi peluang pemulihan. 

Aset Garuda tercatat Rp108,42 triliun, sedikit turun 1,57%, sementara liabilitas meningkat tipis 0,51% menjadi Rp133,32 triliun. Suntikan modal Danantara diproyeksikan menjadi katalis utama untuk membalikkan kondisi "modal kerja negatif" yang masih dihadapi perusahaan. 

Selain modal kerja, dana ini akan digunakan untuk ekspansi armada dan mendukung anak usaha Citilink, yang sekaligus memperkuat lini pendapatan dan kapasitas layanan Garuda. 

Para analis melihat bahwa kombinasi restrukturisasi utang dan suntikan modal akan memberi Garuda kemampuan likuiditas lebih baik, serta mendukung strategi jangka panjang untuk memulihkan profitabilitas.

Prospek dan Optimisme Investor

Dengan valuasi potensial mencapai Rp426 per lembar saham berdasarkan market cap setelah injeksi Danantara, saham GIAA menawarkan peluang pertumbuhan signifikan bagi investor. 

Bahkan dengan asumsi pesimis 50%, harga saham masih bisa berada di Rp213 per lembar. Prospek ini membuka optimisme bahwa Garuda Indonesia bisa kembali menjadi pemain kuat di industri penerbangan nasional, dengan dukungan modal, restrukturisasi utang, dan strategi efisiensi yang dijalankan.

Selain itu, fokus pada ekspansi armada, perawatan pesawat, dan optimalisasi pendapatan kargo serta penerbangan tidak berjadwal memberikan diversifikasi risiko yang lebih baik. 

Dengan langkah ini, Garuda Indonesia diproyeksikan mampu meningkatkan daya saing, menarik minat investor, dan menjaga keberlanjutan operasional di tengah tantangan industri penerbangan yang masih dinamis. 

Kombinasi suntikan modal Danantara, restrukturisasi utang, dan strategi efisiensi membentuk fondasi kuat untuk kinerja Garuda di masa mendatang.

Terkini