Menjaga Keberlanjutan Asuransi Jiwa di Tengah Tantangan Ekonomi

Senin, 20 Oktober 2025 | 12:58:56 WIB
Menjaga Keberlanjutan Asuransi Jiwa di Tengah Tantangan Ekonomi

JAKARTA - Industri asuransi jiwa menghadapi tantangan pada pendapatan premi akibat penurunan daya beli masyarakat. 

Meskipun begitu, sektor ini tetap mencatatkan laba dan terus mencari strategi untuk meningkatkan penetrasi pasar dan menjaga keberlanjutan.

Pendapatan Premi Tertekan Daya Beli

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, pendapatan premi industri asuransi jiwa pada semester I-2025 mencapai Rp 87,6 triliun. Angka tersebut mengalami kontraksi tipis 1% secara year on year, mencerminkan tekanan yang muncul dari penurunan daya beli masyarakat.

Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu, menjelaskan bahwa tekanan ini berdampak langsung terhadap kemampuan masyarakat membayar premi. Penurunan daya beli menyebabkan alokasi dana untuk premi menurun, walaupun jumlah tertanggung tetap meningkat.

Fenomena ini terlihat dari peningkatan total tertanggung baik perorangan maupun kumpulan yang masing-masing naik 16,2% YoY dan 7,4% YoY pada semester I-2025. Hal ini menandakan bahwa meskipun pendapatan premi tertekan, minat masyarakat terhadap perlindungan asuransi jiwa tetap ada.

Inovasi Produk dan Penyesuaian Biaya

Togar menekankan perlunya inovasi untuk meningkatkan persistensi nasabah existing di tengah kondisi ekonomi yang masih fluktuatif. Perusahaan asuransi jiwa dituntut untuk menciptakan produk yang terjangkau, sederhana, dan sesuai kebutuhan masyarakat.

Selain inovasi produk, efisiensi biaya operasional menjadi kunci. Digitalisasi disebut sebagai salah satu langkah penting untuk menekan biaya tanpa mengurangi kualitas layanan. Strategi ini diharapkan mampu menjaga profitabilitas perusahaan sekaligus meningkatkan pengalaman nasabah.

Upaya ini juga mendukung penetrasi pasar yang lebih luas. Dengan produk yang relevan dan sistem operasional efisien, perusahaan asuransi jiwa memiliki peluang untuk menarik lebih banyak nasabah, sekaligus memperkuat loyalitas nasabah existing.

Tata Kelola Risiko dan Perlindungan Konsumen

Selain aspek finansial, penguatan tata kelola manajemen risiko juga menjadi fokus penting. Togar menekankan bahwa perlindungan konsumen harus terus diperkuat untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan perusahaan.

Perusahaan asuransi jiwa diharapkan mampu menyeimbangkan antara pertumbuhan bisnis dan pemenuhan hak-hak nasabah. Hal ini termasuk penyediaan informasi produk yang jelas, transparan, dan sesuai regulasi.

Dengan tata kelola yang baik, perusahaan dapat menghadapi tekanan ekonomi sekaligus membangun kepercayaan masyarakat. Kepercayaan nasabah menjadi salah satu faktor kunci agar industri asuransi jiwa tetap kuat di masa mendatang.

Laba Industri Tetap Positif

Meski pendapatan premi mengalami tekanan, industri asuransi jiwa masih berhasil membukukan laba. Pada semester I-2025, laba setelah pajak tercatat sebesar Rp 7,73 triliun, menunjukkan kemampuan sektor ini mempertahankan profitabilitas.

Angka ini menunjukkan bahwa meskipun pendapatan premi tidak tumbuh signifikan, efisiensi operasional dan strategi inovasi produk mampu menjaga kinerja perusahaan. Laba positif menjadi modal penting untuk pengembangan bisnis dan penetrasi pasar ke depan.

Industri asuransi jiwa terus beradaptasi dengan kondisi ekonomi dan perilaku konsumen. Dengan kombinasi inovasi, efisiensi biaya, tata kelola risiko yang baik, dan produk relevan, sektor ini tetap mampu tumbuh meski menghadapi tantangan daya beli masyarakat.

Terkini