Digitalisasi Keuangan Buka Akses Lebih Mudah Kredit UMKM

Senin, 20 Oktober 2025 | 10:38:23 WIB
Digitalisasi Keuangan Buka Akses Lebih Mudah Kredit UMKM

JAKARTA - Perbankan kini semakin mengutamakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang sudah menerapkan sistem pencatatan keuangan digital. 

Tren ini menjadi sinyal penting bahwa era pembukuan manual kian ditinggalkan, dan pelaku UMKM dituntut untuk beradaptasi jika ingin mendapatkan akses modal kerja dari bank.

CEO & Co-Founder Paper.id (Paper), Yosia Sugialam, menjelaskan bahwa transformasi digital dalam pencatatan dan pembayaran bukan sekadar tren, tetapi kini menjadi faktor utama yang dipertimbangkan bank dalam menilai kelayakan kredit.

“Bagi perbankan, verifikasi lewat digitalisasi itu mendorong mereka berani mengucurkan dana lebih buat kasih modal kepada pelaku usaha tersebut,” ujar Yosia saat ditemui di acara Paper di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.

Menurutnya, dengan sistem transaksi digital yang rapi, bank dapat lebih mudah menilai kemampuan usaha dan arus kas pelaku bisnis. Hal ini membuat risiko kredit macet menjadi lebih terkendali, sehingga peluang UMKM memperoleh pendanaan pun meningkat signifikan.

Tren Digitalisasi Meningkat di Berbagai Sektor UMKM

Sebagai platform pembayaran digital B2B, layanan invoicing, dan penyedia kartu kredit bisnis bersama perbankan, Paper mencatat pertumbuhan signifikan dalam jumlah pengguna yang mengadopsi sistem keuangan digital.

Yosia menyebutkan, saat ini Paper telah memiliki lebih dari 700.000 pengguna pelaku usaha dengan total nilai transaksi mencapai US$3,7 miliar atau sekitar Rp57 triliun. Platform ini bahkan telah memproses lebih dari 14 juta invoice, dengan nilai rata-rata transaksi per invoice berkisar Rp5 juta hingga Rp10 juta.

“Terutama pemain sektor kesehatan, kecantikan, dan F&B, porsinya 25%—30% dari total user kami,” jelasnya.

Ia menambahkan, tren digitalisasi tidak hanya dilakukan oleh bisnis kecil dan menengah, tetapi juga merambah ke segmen large enterprise. Saat ini, Paper mencatat sekitar 40 perusahaan besar yang menggunakan layanan mereka, termasuk empat perusahaan terbuka (Tbk).

Digitalisasi Jadi Syarat Tak Tertulis Akses Kredit Bank

Transformasi digital ternyata menjadi “gerbang” bagi UMKM untuk mendapatkan kepercayaan dari lembaga keuangan. Bank kini lebih percaya kepada entitas bisnis dengan rekam jejak keuangan yang terdokumentasi secara digital—mulai dari arus kas, transaksi penjualan, hingga data pelanggan.

Pencatatan berbasis teknologi dianggap mempermudah proses analisis kredit. Dengan data yang transparan dan real-time, bank dapat mengukur risiko lebih akurat tanpa harus bergantung pada laporan manual yang rawan kesalahan.

“Kalau pencatatannya sudah digital, bank bisa lihat langsung performa bisnisnya. Itu membuat proses persetujuan kredit lebih cepat dan nilai pinjaman bisa lebih besar,” tutur Yosia.

Kesenjangan Digital Masih Jadi Tantangan

Meski digitalisasi mulai meluas, Yosia mengakui masih banyak pelaku usaha di rantai pasok yang belum bertransformasi. Misalnya, dalam ekosistem bisnis kopi, pelaku utama seperti kedai sudah menggunakan sistem pembayaran digital, namun pemasok bahan baku, petani, atau produsen kemasan masih bertransaksi secara tradisional.

Akibatnya, peluang mereka untuk mendapatkan kredit menjadi terbatas. Padahal, secara ekonomi, posisi mereka penting karena mendukung rantai pasok bisnis besar yang telah digital lebih dulu.

“Sayang banget, soalnya masalahnya ternyata hanya karena mereka belum tercatat secara digital saja,” ungkapnya.

Yosia menilai bahwa kondisi ini menunjukkan perlunya kolaborasi lintas sektor untuk memperluas digitalisasi, khususnya bagi para vendor dan pemasok kecil di daerah.

Strategi Paper.id: Buka Akses Digital untuk Rantai Pasok UMKM

Melihat kesenjangan tersebut, Paper.id berencana memperluas fokus digitalisasi ke rantai pasok (supply chain). Langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi para UMKM yang menjadi pemasok atau vendor bagi bisnis besar agar bisa lebih mudah mengakses pembiayaan.

“Rencana kami ke depan adalah membuka potensi digitalisasi supply chain, terutama buat para UMKM yang jadi vendor atau suplier ekosistem bisnis besar,” tutur Yosia.

Dengan integrasi data digital dari hulu ke hilir, bank akan memiliki gambaran menyeluruh tentang ekosistem bisnis, termasuk performa para pemasok kecil yang selama ini belum terlihat. Jika seluruh rantai sudah terdigitalisasi, maka potensi penyaluran kredit ke UMKM bisa meningkat drastis.

Dampak Positif Digitalisasi: Efisiensi dan Kepercayaan Pasar

Digitalisasi keuangan tak hanya memudahkan akses kredit, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional bisnis. Dengan pencatatan otomatis dan faktur digital, pelaku usaha dapat memantau arus kas secara real-time, mengurangi risiko human error, dan mempercepat proses transaksi dengan mitra bisnis maupun pelanggan.

Selain itu, data keuangan yang transparan juga meningkatkan kepercayaan investor dan lembaga pembiayaan terhadap kredibilitas UMKM. Dalam jangka panjang, hal ini dapat membantu pelaku usaha kecil untuk naik kelas dan menjadi bagian dari rantai pasok industri besar.

“Digitalisasi bukan cuma tentang teknologi, tapi juga soal kepercayaan. Kalau semua tercatat dengan jelas, bank dan investor pun lebih yakin untuk menyalurkan modal,” tegas Yosia.

Perubahan paradigma perbankan dalam menyalurkan kredit kini mendorong UMKM untuk segera beradaptasi. Pencatatan keuangan digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan agar pelaku usaha dapat bersaing dan tumbuh berkelanjutan.

Dengan semakin banyaknya platform seperti Paper.id yang membantu proses digitalisasi, peluang bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan modal dari bank akan terbuka lebih luas. Ke depan, kolaborasi antara teknologi dan keuangan diyakini menjadi motor utama pertumbuhan sektor usaha kecil di Indonesia.

Terkini