Bursa Asia Rebound, Nikkei 225 Melesat 2,8% Didukung Optimisme Pasar

Senin, 20 Oktober 2025 | 10:38:12 WIB
Bursa Asia Rebound, Nikkei 225 Melesat 2,8% Didukung Optimisme Pasar

JAKARTA - Pasar saham Asia mengawali pekan ini dengan nada positif. Senin 20 Oktober 2025, mayoritas indeks utama di kawasan tersebut menguat tajam, dipicu meningkatnya optimisme terhadap musim laporan keuangan kuartal III yang tengah mencapai puncaknya.

Menurut laporan Bloomberg, indeks MSCI Asia Pacific melonjak 1,4% pada sesi pagi. Kenaikan tersebut dipimpin oleh reli di pasar China dan Hong Kong, di mana Shanghai Composite naik 0,53%, sedangkan Hang Seng menguat lebih tinggi, mencapai 2,1%.

Euforia positif juga terlihat di Jepang, di mana indeks Nikkei 225 melesat 2,8%. Lonjakan ini terjadi setelah Partai Demokrat Liberal (LDP) dan Partai Ishin resmi berkoalisi membentuk pemerintahan baru, yang segera direspons pasar dengan penguatan indeks dan pelemahan yen terhadap dolar AS.

Yen Melemah, Pasar Obligasi dan Komoditas Bergerak Beragam

Sementara itu, di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun naik hampir satu basis poin ke posisi 4,02%. Pergerakan ini menunjukkan bahwa investor masih berhati-hati di tengah dinamika global.

Di sisi lain, harga emas mencatat kenaikan tipis, sementara indeks dolar cenderung stabil. Harga minyak mentah justru sedikit terkoreksi setelah sempat menguat dalam perdagangan sebelumnya.

Kombinasi penguatan saham Asia dan pergerakan komoditas yang beragam ini menggambarkan bahwa pasar masih dalam fase penyesuaian terhadap data dan kebijakan global yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Ekonomi China Melambat, Tapi Harapan Pemulihan Masih Terjaga

Dari sisi fundamental, perhatian investor tetap tertuju pada ekonomi China yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan untuk kuartal kedua berturut-turut. Pertumbuhan tersebut bahkan menjadi yang terlemah dalam satu tahun terakhir.

Kenaikan ekspor belum mampu menutupi penurunan konsumsi rumah tangga dan investasi sektor korporasi. Namun, sebagian analis menilai bahwa langkah pemerintah China untuk memperlonggar kebijakan fiskal dan moneter dapat membantu menahan perlambatan ekonomi lebih dalam.

Meski demikian, masih ada kekhawatiran terkait stabilitas ekonomi jangka menengah, terutama di tengah kondisi global yang sarat ketidakpastian dan penyesuaian kebijakan moneter di negara maju.

Ketegangan Dagang AS–China Mulai Mereda

Dari sisi geopolitik, sentimen pasar juga terdorong oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump, yang mencoba menurunkan ketegangan dengan China. Dalam wawancaranya bersama Fox News, Trump menegaskan bahwa tarif tinggi terhadap produk-produk China tidak dapat dipertahankan lama, menandakan peluang negosiasi ulang yang lebih konstruktif.

“Kita akan baik-baik saja dengan China,” ujar Trump dalam wawancara tersebut. Komentar itu memberi sinyal bahwa Washington dan Beijing berupaya menghindari eskalasi perang dagang penuh yang dapat menekan ekonomi global.

Sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengungkapkan bahwa ia telah melakukan pembicaraan virtual dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng pada Jumat malam. Pertemuan langsung dijadwalkan berlangsung pekan depan, memperkuat kesan bahwa kedua negara tengah mencari jalan tengah.

Analisis Pasar: Potensi Penguatan Masih Terbuka

Analis pasar senior Capital.com, Kyle Rodda, mengatakan bahwa pasar kini mulai menilai kemungkinan membaiknya hubungan dagang AS–China.
“Pasar mulai menilai kemungkinan situasi akan mereda,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg.

Namun, Rodda mengingatkan bahwa volatilitas tetap tinggi sampai ada keputusan konkret dari kedua pihak.

Investor saat ini cenderung mengalihkan fokus ke faktor fundamental jangka pendek seperti laporan keuangan perusahaan besar dan data ekonomi makro yang akan dirilis pekan ini. Kinerja positif dari sektor teknologi dan manufaktur diyakini dapat menjadi penopang utama bagi reli lanjutan di bursa Asia.

Agenda Ekonomi Padat Warnai Pekan Ini

Selain perkembangan politik dan perdagangan global, pekan ini juga menjadi salah satu periode paling sibuk di kalender ekonomi global.

Investor menantikan rilis data inflasi AS yang sebelumnya tertunda, pertemuan penting Partai Komunis China, serta laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan besar dunia seperti Netflix, Tesla, dan beberapa emiten utama Asia.

Data dan hasil pertemuan tersebut diharapkan memberikan arah baru bagi pasar, terutama untuk menentukan apakah reli saham Asia dapat bertahan hingga akhir bulan.

Kesimpulan: Harapan Stabilitas dan Momentum Positif

Secara keseluruhan, penguatan bursa Asia pada Senin pagi menjadi cerminan dari optimisme investor terhadap stabilitas ekonomi regional dan potensi perbaikan hubungan dagang global.

Meski masih dihadapkan pada risiko perlambatan ekonomi China dan ketidakpastian kebijakan AS, momentum positif yang muncul di awal pekan memberikan sinyal bahwa pasar Asia mulai menemukan pijakan untuk bangkit kembali.

Dengan kombinasi katalis dari laporan keuangan, kebijakan pemerintah, dan potensi deeskalasi geopolitik, banyak analis menilai bahwa peluang penguatan bursa Asia masih cukup besar menjelang akhir Oktober 2025.

Terkini