Rupiah

Kebijakan Moneter Jaga Pergerakan Rupiah di Tengah Dinamika Global

Kebijakan Moneter Jaga Pergerakan Rupiah di Tengah Dinamika Global
Kebijakan Moneter Jaga Pergerakan Rupiah di Tengah Dinamika Global

JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada 18 Desember 2025 berlangsung dinamis. 

Mata uang Garuda diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah terbatas dalam kisaran yang terukur.

Rupiah dibuka dengan tekanan ringan seiring sentimen eksternal yang masih mendominasi pasar keuangan global. Meski demikian, sejumlah faktor domestik dinilai mampu menahan pelemahan lebih dalam.

Pada penutupan perdagangan sebelumnya, rupiah tercatat melemah tipis ke level Rp16.694 per dolar AS. Pergerakan ini mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar dalam menyikapi perkembangan ekonomi global terkini.

Dinamika Perdagangan Mata Uang Asia

Pergerakan rupiah tidak terlepas dari tren mata uang regional. Sebagian besar mata uang Asia mengalami pelemahan seiring penguatan indeks dolar AS. Yen Jepang dan won Korea Selatan mencatat depresiasi yang cukup signifikan. Kondisi ini memperlihatkan tekanan yang relatif merata di kawasan Asia.

Di sisi lain, beberapa mata uang Asia justru menguat terbatas. Yuan China dan ringgit Malaysia mampu mencatatkan apresiasi tipis di tengah tekanan global.

Penguatan Dolar AS Jadi Faktor Eksternal

Indeks dolar AS tercatat menguat seiring respons pasar terhadap rilis data ekonomi Amerika Serikat. Pelaku pasar mencermati sinyal perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam yang mulai terlihat.

Data tingkat pengangguran AS menunjukkan kenaikan ke level tertinggi dalam empat tahun terakhir. Kondisi ini diperkuat oleh data nonfarm payroll dan indeks manajer pembelian yang berada di bawah ekspektasi.

Selain itu, data penjualan ritel Amerika Serikat juga tercatat melambat dibanding bulan sebelumnya. Situasi tersebut memicu kekhawatiran pasar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi AS.

Kebijakan Moneter dan Likuiditas Global

Perhatian pasar turut tertuju pada langkah bank sentral Amerika Serikat. The Fed kembali melakukan pembelian obligasi pemerintah pada Desember 2025.

Langkah tersebut menimbulkan kekhawatiran terkait kondisi likuiditas global. Pelaku pasar menjadi lebih selektif dalam menempatkan aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang.

Kombinasi data ekonomi yang melemah dan kebijakan moneter ini memperkuat posisi dolar AS. Dampaknya terasa pada pergerakan mata uang global, termasuk rupiah.

Sentimen Geopolitik Ikut Berperan

Selain faktor ekonomi, sentimen geopolitik turut memengaruhi pergerakan pasar. Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait sanksi minyak menjadi perhatian investor.

Instruksi blokade terhadap kapal tanker minyak yang keluar masuk Venezuela menambah ketidakpastian global. Kondisi ini mendorong investor memilih aset yang dianggap lebih aman.

Situasi geopolitik tersebut turut memberi tekanan tambahan pada pasar keuangan. Rupiah ikut terdampak meski masih berada dalam rentang yang terkendali.

Peran Bank Indonesia Menjaga Stabilitas

Dari dalam negeri, kebijakan Bank Indonesia menjadi penopang utama rupiah. Keputusan mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di level 4,75% dinilai tepat.

Langkah tersebut sejalan dengan kondisi inflasi domestik yang masih terkendali. Bank Indonesia berupaya menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan ini juga mencerminkan sikap kehati-hatian di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Pasar menilai BI konsisten menjaga kredibilitas kebijakan moneter.

Kondisi Inflasi Masih Terkendali

Inflasi Indonesia menunjukkan tren perlambatan menjelang akhir 2025. Secara tahunan, inflasi tercatat menurun dibanding bulan sebelumnya. Meski masih berada di kisaran atas target, laju inflasi dinilai terkendali. Kondisi ini memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan kebijakan yang stabil.

Stabilitas inflasi menjadi faktor penting dalam menjaga kepercayaan pasar. Hal ini turut membantu menahan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Aliran Modal Asing Jadi Penopang

Kombinasi kebijakan moneter global dan domestik turut memengaruhi arus modal. Penurunan Fed Funds Rate dipadukan dengan sikap BI yang stabil menarik minat investor asing.

Aliran modal asing mulai kembali masuk ke pasar keuangan domestik. Kondisi ini memberikan dukungan tambahan bagi pergerakan rupiah. Pasar obligasi dan saham domestik menjadi tujuan investasi yang menarik. Stabilitas makroekonomi menjadi daya tarik utama bagi investor global.

Prospek Rupiah Jangka Pendek

Ke depan, pelaku pasar masih mencermati sejumlah data penting dari Amerika Serikat. Rilis data inflasi AS menjadi salah satu faktor penentu arah kebijakan The Fed. 

Ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter global akan sangat memengaruhi pergerakan rupiah. Sentimen eksternal diperkirakan masih dominan dalam jangka pendek. Meski demikian, fundamental ekonomi domestik yang relatif kuat menjadi penopang utama. Rupiah diperkirakan tetap bergerak fluktuatif namun terkendali.

Keseimbangan Sentimen Global dan Domestik

Pergerakan rupiah saat ini berada dalam tarik-menarik sentimen global dan domestik. Tekanan eksternal masih membayangi, namun faktor dalam negeri memberikan penyeimbang.

Stabilitas kebijakan moneter dan inflasi yang terkendali menjadi modal penting. Kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia tetap terjaga.

Dengan kondisi tersebut, rupiah diharapkan mampu bertahan di tengah ketidakpastian global. Pasar akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan kebijakan ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index