JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia kembali melemah menjelang akhir pekan seiring meningkatnya perhatian pelaku pasar terhadap kondisi pasokan global.
Investor mencermati potensi kelebihan pasokan di tengah berbagai perkembangan geopolitik yang belum sepenuhnya berdampak pada pasar.
Meski terdapat ketegangan terkait Rusia, Ukraina, dan Venezuela, sentimen pasar cenderung berhati-hati karena belum ada gangguan pasokan yang signifikan. Kondisi tersebut membuat harga minyak acuan dunia mencatat penurunan harian sekaligus mingguan, menandakan pasar masih dibayangi ketidakpastian jangka pendek.
Pergerakan Harga Minyak Terkini
Harga minyak dunia sedikit turun pada perdagangan akhir pekan. Minyak mentah Brent tercatat melemah 16 sen atau sekitar 0,26 persen dan ditutup di level USD 61,12 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 16 sen atau sekitar 0,28 persen menjadi USD 57,44 per barel.
Penurunan ini melanjutkan tekanan yang terjadi sebelumnya, setelah kedua acuan minyak tersebut juga turun sekitar 1,5 persen pada perdagangan hari sebelumnya.
Secara mingguan, harga patokan Brent dan WTI tercatat melemah lebih dari 4 persen. Penurunan tersebut mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan global.
Investor menilai bahwa pasokan minyak masih cukup longgar, sementara permintaan belum menunjukkan lonjakan yang signifikan untuk mendorong harga kembali menguat.
Analis Rystad Energy, Janiv Shah, menyampaikan bahwa beberapa faktor pendukung harga minyak sebenarnya masih ada. Faktor tersebut meliputi meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela, serta serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap anjungan minyak Rusia di kawasan Laut Kaspia.
Namun, faktor-faktor ini belum cukup kuat untuk membalikkan arah pasar secara keseluruhan.
Ketegangan Geopolitik dan Respons Pasar
Amerika Serikat dilaporkan bersiap mencegat lebih banyak kapal yang mengangkut minyak Venezuela setelah penyitaan sebuah kapal tanker pada pekan ini.
Langkah tersebut meningkatkan perhatian pasar terhadap potensi gangguan pasokan dari negara Amerika Latin tersebut. Meski demikian, hingga kini pasar belum bereaksi signifikan terhadap perkembangan tersebut.
Di sisi lain, ekspor produk minyak Rusia melalui jalur laut pada November hanya turun sekitar 0,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan ini relatif terbatas karena selesainya pemeliharaan kilang membantu mengimbangi berkurangnya ekspor bahan bakar dari jalur selatan seperti Laut Hitam dan Laut Azov. Data ini menunjukkan bahwa pasokan Rusia masih relatif stabil meskipun berada di tengah tekanan geopolitik.
Kondisi ini membuat pelaku pasar cenderung bersikap menunggu. Ketegangan geopolitik memang berpotensi menimbulkan gangguan pasokan, namun selama belum terjadi penurunan produksi atau distribusi yang nyata, dampaknya terhadap harga dinilai terbatas.
Gambaran Pasokan Minyak Dunia
Analis PVM Oil Associates, Tamas Varga, menilai bahwa suasana pasar saat ini mencerminkan kondisi pasokan yang melebihi permintaan. Menurutnya, meskipun tekanan terhadap pasokan dapat memberikan dukungan sesaat bagi harga minyak, setiap reli yang terjadi diperkirakan akan berlangsung singkat.
Data dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak menunjukkan bahwa pasokan minyak dunia diproyeksikan hampir seimbang dengan permintaan pada tahun 2026.
Proyeksi ini berbeda dengan pandangan Badan Energi Internasional, namun dinilai lebih pesimistis dibandingkan perkiraan OPEC di awal tahun, ketika permintaan diperkirakan melebihi pasokan.
Perbedaan proyeksi ini turut menambah ketidakpastian pasar. Investor harus mempertimbangkan berbagai skenario, mulai dari potensi perlambatan ekonomi global hingga perubahan kebijakan energi di negara-negara besar yang dapat memengaruhi permintaan minyak dalam jangka menengah.
Pergerakan Harga Sebelumnya dan Penutup
Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak juga mengalami penurunan lebih dari 1 persen. Pelemahan tersebut terjadi ketika investor kembali memusatkan perhatian pada pembicaraan damai Rusia dan Ukraina, sementara dampak dari serangan pesawat tak berawak maupun penyitaan kapal tanker belum terlihat jelas di pasar.
Harga minyak mentah Brent tercatat turun 93 sen atau sekitar 1,49 persen menjadi USD 61,28 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah WTI AS melemah 86 sen atau sekitar 1,47 persen menjadi USD 57,60 per barel. Analis menilai bahwa harapan menuju jalur perdamaian antara Rusia dan Ukraina mengurangi premi risiko geopolitik yang sebelumnya menopang harga.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyampaikan bahwa kunjungan utusan AS ke Moskow telah menyelesaikan sejumlah kesalahpahaman, serta adanya proposal terkait jaminan keamanan kolektif.
Di sisi lain, analis minyak menilai bahwa meskipun penyitaan kapal tanker Venezuela belum berdampak besar, eskalasi lanjutan dapat memicu volatilitas harga minyak yang signifikan. Pasar saat ini masih mencermati perkembangan geopolitik sambil menunggu sinyal keseimbangan baru antara pasokan dan permintaan global.