JAKARTA - Kanker usus besar atau kolorektal menjadi salah satu penyakit yang berisiko tinggi pada masyarakat modern, terutama mereka yang memiliki pola makan tinggi gula, lemak, dan daging olahan.
Memahami jenis makanan dan minuman yang perlu dibatasi dapat membantu menurunkan risiko dan menjaga kesehatan usus secara keseluruhan. Tidak hanya untuk pasien tertentu, informasi ini relevan bagi siapa saja yang ingin menjaga pola makan sehat.
Makanan dengan Beban Glikemik Tinggi
Makanan dengan beban glikemik tinggi, seperti nasi putih, mie, kue, dan gula, dapat berdampak buruk pada kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki berat badan berlebih atau diabetes.
Diet tinggi beban glikemik berhubungan dengan risiko lebih tinggi terhadap kanker kolorektal karena memengaruhi insulin dan faktor pertumbuhan dalam tubuh.
Beban glikemik adalah ukuran yang menghitung jumlah karbohidrat dalam porsi makanan dan seberapa cepat makanan tersebut meningkatkan gula darah. Semakin tinggi nilainya, semakin besar pengaruhnya terhadap insulin.
Tingginya kadar insulin dapat memicu pertumbuhan sel tidak normal di usus besar, sehingga risiko kanker meningkat.
Selain itu, mengonsumsi makanan tinggi glikemik secara terus-menerus dapat memicu resistensi insulin. Kondisi ini membuat tubuh lebih sulit mengatur gula darah, yang akhirnya dapat menimbulkan masalah metabolik dan memengaruhi kesehatan usus.
Memilih karbohidrat kompleks seperti beras merah, oatmeal, dan sayuran bisa menjadi alternatif yang lebih sehat.
Daging Merah dan Daging Olahan
Daging merah, termasuk sapi dan babi, memiliki senyawa haem yang memberikan warna merah alami. Senyawa ini bisa memicu pembentukan senyawa N-nitroso, yang berpotensi memicu kanker kolon.
Selain itu, memasak daging merah pada suhu tinggi menghasilkan senyawa karsinogenik yang meningkatkan risiko kanker, terutama bagi orang dengan kecenderungan genetik tertentu. Ahli gizi menyarankan mengganti konsumsi daging merah dengan ikan, daging putih rendah lemak, atau protein nabati seperti tahu.
Sementara itu, daging olahan juga menjadi perhatian. Produk seperti sosis, ham, bacon, salami, dan corned beef sering mengandung bahan pengawet, termasuk nitrit dan nitrat, yang dapat bersifat karsinogenik.
Proses pengasapan, pengasinan, atau penambahan bahan kimia mengubah sifat daging sehingga meningkatkan risiko kanker. Diet sebaiknya lebih banyak mengandung makanan segar dan minim pengolahan, yang lebih aman bagi kesehatan usus.
Bagi mereka yang sulit melepaskan kebiasaan mengonsumsi daging olahan, membatasi frekuensi dan porsi adalah langkah awal. Mengkombinasikan dengan sayuran tinggi serat juga membantu melindungi usus dan mengurangi efek negatif dari senyawa karsinogenik.
Makanan Ultra-proses dan Alkohol
Makanan ultra-proses (UPFs) merujuk pada produk yang telah mengalami pengolahan signifikan dan biasanya mengandung gula tambahan, garam, lemak, atau minyak olahan.
Contohnya termasuk mie instan, nugget, sosis, dan minuman bersoda manis. Studi menunjukkan bahwa pria yang sering mengonsumsi UPFs memiliki risiko 29 persen lebih tinggi terkena kanker kolorektal dibanding yang jarang mengonsumsinya.
Membatasi makanan ultra-proses sangat penting karena selain tinggi kalori dan rendah nutrisi, UPFs juga bisa memicu peradangan di saluran pencernaan.
Peradangan kronis inilah yang dapat merusak sel usus dan membuka jalan bagi pertumbuhan sel kanker. Sebagai pengganti, pilih makanan segar, kaya serat, dan alami seperti buah, sayur, biji-bijian, dan protein sehat.
Alkohol juga menjadi faktor risiko signifikan. Konsumsi alkohol, terutama dalam jumlah sedang hingga tinggi, dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal hingga 20–50 persen.
Alkohol merusak DNA, meningkatkan stres oksidatif, dan memengaruhi penyerapan nutrisi. Bahkan konsumsi kecil sekalipun tetap memiliki risiko, sehingga membatasi atau menghindari alkohol menjadi langkah efektif untuk melindungi kesehatan usus.
Peran Pola Makan Sehat dalam Pencegahan
Kanker kolorektal adalah kanker yang menyerang kolon (usus besar) dan rektum. Pilihan makanan dan minuman memiliki peran penting dalam mengendalikan risiko penyakit ini.
Diet seimbang, rendah gula olahan, lemak jenuh, daging merah, daging olahan, makanan ultra-proses, dan alkohol dapat membantu menjaga kesehatan usus secara optimal.
Ahli gizi menekankan bahwa konsumsi makanan segar, sayur, buah, biji-bijian, dan protein sehat mendukung pencernaan yang baik, mengurangi peradangan, dan menjaga fungsi imun tubuh. Pencegahan sejak dini, termasuk pemilihan makanan yang tepat, lebih efektif daripada pengobatan setelah penyakit muncul.
Selain itu, menjaga pola makan sehat dapat berdampak positif pada seluruh tubuh, termasuk menjaga berat badan ideal, mengontrol kadar gula darah, dan menurunkan tekanan darah. Dengan membiasakan pola makan ini sejak dini, risiko kanker kolorektal dan penyakit kronis lainnya dapat berkurang secara signifikan.