Harga Sawit

Harga Sawit Tetap Stabil, Petani Aceh Singkil Rasakan Manfaat Ekonomi

Harga Sawit Tetap Stabil, Petani Aceh Singkil Rasakan Manfaat Ekonomi
Harga Sawit Tetap Stabil, Petani Aceh Singkil Rasakan Manfaat Ekonomi

JAKARTA - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil terus menunjukkan kestabilan dalam beberapa pekan terakhir, memberi kabar baik bagi para petani yang menggantungkan penghasilan dari komoditas unggulan ini. 

Selama lebih dari sebulan, harga TBS sawit di tingkat petani tetap bertahan di kisaran Rp 2.500 per kilogram (Kg), bahkan dalam dua pekan terakhir meningkat dan stabil di posisi Rp 2.600 per Kg.

Kondisi ini menjadi sinyal positif bagi ribuan petani di Aceh Singkil yang telah lama mengandalkan sawit sebagai sumber utama mata pencaharian. Berdasarkan pantauan di lapangan, harga sawit yang diterima petani berkisar antara Rp 2.550 hingga Rp 2.600 per Kg. 

Perbedaan harga ini bergantung pada sistem penjualan yang dilakukan petani apakah hasil panen diantar langsung ke pengepul atau dijemput di kebun.

Petani menjelaskan bahwa jika hasil panen dijemput langsung ke kebun oleh pengepul, harga jualnya berada di angka Rp 2.550 per Kg. Namun, jika petani mengantarkan sendiri TBS ke pengepul, maka harga bisa naik menjadi Rp 2.600 per Kg. 

“Harga sawit masih lumayan sudah sebulan ini,” ujar Akwin, petani sawit di wilayah Gosong Timur. Stabilitas harga ini membawa sedikit kelegaan di tengah ketidakpastian harga komoditas pertanian lainnya yang sering fluktuatif.

Harga Sawit Tetap Kuat Meski Ada Penurunan Tipis

Kabar menggembirakan ini juga dikonfirmasi oleh para pengepul di kawasan Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara. Mereka menyebut bahwa harga sawit tidak mengalami perubahan berarti selama sepekan terakhir. 

Bahkan sebelumnya, harga sempat menyentuh Rp 2.660 per Kg sebelum kembali turun ke posisi Rp 2.600 per Kg dan bertahan hingga saat ini.

Menurut pengepul setempat, penurunan tipis tersebut masih tergolong wajar dan tidak memengaruhi antusiasme petani dalam menjual hasil panennya. Kondisi harga yang stabil membuat petani bisa memperkirakan pendapatan mereka dengan lebih baik, sekaligus menjaga roda ekonomi lokal tetap berputar. 

“Harga sawit memang sempat naik ke Rp 2.660, tapi sekarang stabil di Rp 2.600. Belum ada perubahan besar,” ujar salah satu pengepul di wilayah itu.

Bagi masyarakat Aceh Singkil, kelapa sawit bukan sekadar komoditas pertanian biasa, tetapi tulang punggung ekonomi daerah. Lebih dari 70 persen penduduk di kabupaten ini menggantungkan hidup dari usaha perkebunan sawit, baik sebagai petani mandiri, pekerja kebun, maupun pelaku usaha pengolahan hasil. 

Karena itu, setiap perubahan harga sawit, sekecil apa pun, akan langsung berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.

Aceh Singkil, Sentra Sawit dengan Areal Luas dan Potensi Besar

Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan Aceh Singkil, wilayah ini memiliki luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 75.834,12 hektare (Ha). Dengan angka tersebut, Aceh Singkil tercatat sebagai daerah dengan kebun sawit terluas kedua di Provinsi Aceh. 

Dari total luas tersebut, 44.483,12 hektare merupakan lahan milik perusahaan dengan hak guna usaha (HGU), sementara sisanya sekitar 31.351 hektare merupakan kebun rakyat yang dikelola oleh masyarakat secara mandiri.

Potensi besar inilah yang membuat sektor kelapa sawit menjadi pilar utama ekonomi Aceh Singkil. Selain menciptakan lapangan kerja, industri sawit juga mendorong perputaran ekonomi di berbagai sektor pendukung seperti transportasi hasil panen, jasa pengangkutan, perdagangan pupuk, dan perawatan kebun. 

Tidak hanya itu, keberadaan kebun rakyat yang luas juga memperkuat ketahanan ekonomi daerah karena keuntungan dari hasil panen langsung dinikmati oleh masyarakat.

Meski demikian, petani berharap agar pemerintah daerah dan perusahaan pengelola sawit dapat terus memperhatikan kesejahteraan petani rakyat. 

Dukungan berupa harga pembelian yang stabil, akses terhadap pupuk terjangkau, serta peningkatan infrastruktur jalan menuju perkebunan diharapkan bisa memperkuat daya saing sektor ini. Jika rantai distribusi hasil panen lebih efisien, maka pendapatan petani akan meningkat dan biaya operasional dapat ditekan.

Dampak Positif Stabilitas Harga terhadap Perekonomian Daerah

Kestabilan harga sawit selama sebulan terakhir tidak hanya membawa dampak langsung bagi petani, tetapi juga memperkuat perekonomian daerah. Aktivitas perdagangan di pasar meningkat karena masyarakat memiliki daya beli yang lebih baik. 

Di sisi lain, transportasi hasil kebun dari pedalaman menuju pengepul atau pabrik kelapa sawit berjalan lancar karena adanya jaminan harga yang relatif menguntungkan bagi petani.

Pihak pengepul menyebutkan bahwa pasokan sawit dari petani tetap tinggi karena harga masih tergolong kompetitif dibandingkan periode sebelumnya. Dengan harga yang stabil di atas Rp 2.500 per Kg, banyak petani yang memilih menjual hasil panen secara rutin untuk menjaga arus kas keluarga. 

Kondisi ini juga berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi lain di pedesaan, seperti peningkatan konsumsi rumah tangga dan pembelian kebutuhan usaha tani.

Bagi masyarakat di Aceh Singkil, sawit sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Ketika harga stabil, mereka bisa mengalokasikan pendapatan untuk memperluas lahan, memperbaiki peralatan, atau menambah tenaga kerja di kebun. 

Stabilitas ini juga memberikan keyakinan bagi generasi muda untuk tetap bertahan di sektor pertanian, karena prospek pendapatan dari kebun sawit masih menjanjikan.

Dengan tren positif ini, diharapkan pemerintah daerah dapat terus menjaga keseimbangan pasar, mendorong transparansi harga, serta memperkuat koordinasi antara petani, perusahaan, dan lembaga keuangan. 

Harga sawit yang stabil bukan hanya berkah bagi petani, tetapi juga modal penting bagi pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index