JAKARTA - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali mencetak rekor baru.
Dalam dua pekan terakhir, harga emas Antam melonjak hingga Rp2.734.000 per gram. Lonjakan ini membuat minat beli masyarakat tetap tinggi. Analis pasar menilai tren penguatan harga emas masih akan berlanjut hingga akhir tahun.
Gejolak geopolitik di Eropa, terutama ketegangan antara Rusia dan Ukraina, menjadi salah satu faktor utama mendorong emas sebagai aset aman. Investor, terutama perorangan dan institusi, semakin mencari perlindungan dari volatilitas pasar global.
Selain faktor geopolitik, pengaruh situasi ekonomi Amerika Serikat juga turut mendongkrak harga emas. Masalah internal AS, termasuk ketegangan politik dan potensi shutdown pemerintah, membuat investor global lebih memilih emas sebagai alat lindung nilai terhadap risiko.
Faktor Geopolitik dan Politik AS Pengaruhi Harga
Pengamat pasar Ibrahim Assuaibi menyatakan bahwa harga emas bisa menembus Rp3 juta per gram sebelum akhir tahun. Menurutnya, konflik Rusia-Ukraina yang belum menemukan solusi permanen membuat permintaan emas tetap kuat.
Bahkan meskipun upaya diplomasi dilakukan, jika wilayah yang disengketakan tidak dikembalikan, potensi ketidakpastian pasar akan terus mendorong harga emas naik.
Selain konflik, situasi politik AS juga memengaruhi harga emas. Campur tangan Presiden dalam urusan bank sentral dan ketidakpastian fiskal, seperti meningkatnya utang pemerintah dan kewajiban pembayaran gaji serta subsidi, dapat membuat bank sentral menurunkan suku bunga.
Langkah ini secara tradisional mendukung kenaikan harga emas karena nilai dolar cenderung melemah.
Di tengah kenaikan harga emas, para analis menekankan bahwa ini saat yang tepat untuk mulai berinvestasi. Strategi membeli bertahap atau dollar cost averaging dianjurkan, sehingga risiko fluktuasi harga dapat diminimalkan. Investor yang sudah memiliki emas diimbau untuk menahan posisi mereka.
Sentimen Hubungan China-AS dan Dampaknya
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menambahkan, hubungan perdagangan dan diplomasi antara China dan Amerika Serikat menjadi sentimen lain yang mendorong harga emas.
Ketegangan perdagangan atau perbedaan kebijakan internasional antara dua negara ekonomi terbesar dunia ini dapat meningkatkan permintaan emas.
Selain itu, prospek suku bunga The Fed dan indikator ekonomi AS, termasuk inflasi dan data ketenagakerjaan, turut memengaruhi dinamika harga. Ketidakpastian ekonomi mendorong investor global menempatkan dana di emas sebagai aset aman.
Dengan kondisi ini, harga emas diproyeksikan tetap berada pada tren naik minimal hingga tiga tahun ke depan, meski saat ini sudah mencapai level tinggi.
Pergerakan harga emas di pasar internasional turut memengaruhi harga emas di Indonesia. Investor domestik memperhatikan korelasi dengan dolar AS dan pasar global untuk menentukan waktu yang tepat membeli atau menambah portofolio emas mereka.
Strategi Investasi dan Prospek Emas
Dalam kondisi harga emas yang naik, strategi investasi menjadi penting. Ibrahim menyarankan bagi investor baru untuk membeli secara bertahap pada rentang harga yang berbeda, sementara investor lama menahan kepemilikan mereka.
Strategi ini dianggap efektif menghadapi volatilitas pasar jangka pendek sekaligus menjaga nilai investasi di jangka panjang.
Prediksi harga emas mencapai Rp3 juta per gram menunjukkan optimisme pasar terhadap logam mulia. Dengan dukungan faktor geopolitik, politik AS, serta sentimen global terkait hubungan China dan Amerika, harga emas akan terus menjadi sorotan investor.
Selain itu, permintaan emas batangan di dalam negeri juga meningkat. Hal ini mencerminkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global. Emas tidak hanya menjadi sarana investasi, tetapi juga alat lindung nilai bagi rumah tangga dan investor institusional.
Secara keseluruhan, kombinasi faktor geopolitik, politik domestik AS, dan sentimen global membuat harga emas tetap menarik sebagai pilihan investasi.
Investor disarankan tetap cermat dalam strategi pembelian, memanfaatkan momentum kenaikan, namun juga tetap mengantisipasi fluktuasi harga untuk memastikan keamanan portofolio mereka.