Emas

Ketidakpastian Global dan The Fed Dorong Emas Tembus US$ 4.000 per Ons

Ketidakpastian Global dan The Fed Dorong Emas Tembus US$ 4.000 per Ons
Ketidakpastian Global dan The Fed Dorong Emas Tembus US$ 4.000 per Ons

JAKARTA - Harga emas dunia kembali menjadi sorotan setelah menorehkan sejarah baru. Untuk pertama kalinya, logam mulia tersebut menembus level psikologis US$ 4.000 per ons dalam perdagangan Selasa 7 Oktober 2025. 

Pencapaian ini tidak hanya mencerminkan kekuatan permintaan emas, tetapi juga mencerminkan keresahan investor di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi global.

Reli emas kali ini didorong oleh kombinasi faktor, mulai dari ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed), penutupan sebagian pemerintahan Amerika Serikat, hingga lonjakan permintaan aset lindung nilai akibat gejolak geopolitik.

Reli Ditopang Ekspektasi The Fed

Kontrak emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup menguat 0,7% ke US$ 4.004,4 per ons, setelah sempat mencapai level tertinggi di US$ 4.014,6. Di sisi lain, harga emas spot juga terkerek 0,6% menjadi US$ 3.985,82 per ons, mendekati rekor sepanjang masa di US$ 3.990,85.

Bagi investor, sinyal kebijakan The Fed menjadi salah satu faktor pendorong terbesar reli emas. Pasar kini memperkirakan bank sentral AS akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan bulan ini, dengan peluang penurunan tambahan pada Desember.

Kebijakan suku bunga yang lebih longgar umumnya membuat aset tanpa imbal hasil seperti emas semakin menarik. Dengan imbal hasil obligasi berpotensi turun, investor cenderung mengalihkan dana mereka ke logam mulia.

Permintaan Aset Aman Melonjak

Menurut Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals, reli emas dipicu oleh derasnya aliran dana ke aset safe haven.

“Permintaan emas masih kuat, sebagian besar karena penutupan pemerintah AS yang belum menunjukkan tanda-tanda segera berakhir,” ujar Grant.

Penutupan pemerintahan AS yang telah memasuki hari ketujuh menambah ketidakpastian pasar. Publikasi sejumlah data ekonomi penting tertunda, membuat investor hanya bisa mengandalkan data sekunder untuk membaca arah kebijakan The Fed. Situasi ini memperkuat posisi emas sebagai instrumen lindung nilai utama.

Kinerja Tahun 2025 Spektakuler

Reli emas sepanjang tahun ini bisa disebut luar biasa. Sejak awal 2025, harga emas sudah melesat 51%. Pendorongnya berlapis: prospek penurunan suku bunga, ketidakpastian politik global, pembelian agresif bank sentral, arus masuk ke ETF emas, hingga pelemahan dolar AS.

Bank sentral, terutama di Asia, terus memperkuat cadangan emas mereka. Bank Sentral Tiongkok bahkan mencatatkan pembelian emas selama 11 bulan berturut-turut hingga September 2025. 

Langkah ini bukan hanya memperkokoh reli harga, tetapi juga menandakan kepercayaan jangka panjang terhadap emas sebagai aset lindung nilai strategis.

Gejolak Global Ikut Menopang

Selain faktor moneter, dinamika politik dunia juga memperkuat reli emas. Ketidakpastian politik di Prancis dan Jepang sempat mengguncang pasar valuta asing dan obligasi. Ketika gejolak terjadi, emas selalu menjadi pelabuhan aman bagi investor.

Di Amerika Serikat, kondisi politik domestik yang buntu dalam mengatasi penutupan pemerintahan semakin memperburuk sentimen pasar. Investor internasional pun memilih meningkatkan porsi emas dalam portofolio mereka sebagai langkah berjaga-jaga.

Prediksi Harga Semakin Tinggi

Optimisme terhadap emas semakin diperkuat setelah Goldman Sachs merevisi proyeksi harga logam mulia tersebut. Lembaga keuangan besar asal AS itu menaikkan perkiraan harga emas Desember 2026 menjadi US$ 4.900 per ons, dari sebelumnya US$ 4.300.

Revisi ini didasarkan pada derasnya aliran dana ke ETF emas di kawasan Barat serta tren pembelian bank sentral. Dengan kondisi tersebut, potensi reli emas dalam jangka menengah dianggap masih terbuka lebar.

Kontras dengan Logam Mulia Lain

Menariknya, meski emas meroket, logam mulia lainnya justru tidak semuanya mengikuti jejak serupa. Perak spot terkoreksi 1,4% ke US$ 47,86 per ons, platinum melemah 0,5% ke US$ 1.617,41 per ons, sementara paladium justru naik 2,1% ke US$ 1.347,52 per ons.

Pergerakan beragam ini menunjukkan bahwa reli emas lebih didorong faktor spesifik: statusnya sebagai aset safe haven yang tak tergantikan.

Tantangan di Balik Euforia

Meski prospek emas tampak cerah, sejumlah analis tetap mengingatkan adanya risiko volatilitas. Jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga atau data ekonomi AS ternyata lebih kuat dari perkiraan, pasar bisa berbalik arah. 

Selain itu, kenaikan harga yang terlalu cepat berpotensi memicu aksi ambil untung dari investor.

Namun, hingga kini, sentimen pasar tetap berpihak pada emas. Dengan kondisi global yang penuh ketidakpastian, reli logam mulia ini dipandang sebagai cerminan keresahan sekaligus strategi bertahan investor di tengah badai ekonomi dan politik dunia.

Kesimpulan

Rekor emas di atas US$ 4.000 per ons bukan sekadar pencapaian angka, melainkan gambaran kondisi pasar global yang sarat risiko.

 Dari kebijakan moneter AS, penutupan pemerintahan, gejolak politik internasional, hingga pembelian masif oleh bank sentral, semua faktor berkontribusi mendorong harga emas ke puncak baru.

Bagi investor, momentum ini menegaskan kembali peran emas sebagai aset lindung nilai utama di saat dunia menghadapi ketidakpastian yang belum mereda. Reli emas mungkin masih berlanjut, tetapi seperti biasa, jalan yang ditempuh tetap penuh dinamika.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index