Cara Mengatasi Anosmia, Penyebab, hingga Cara Mencegahnya

Rabu, 19 Maret 2025 | 14:43:24 WIB
cara mengatasi anosmia

Cara mengatasi anosmia dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yang tepat. Anosmia adalah gangguan pada indera penciuman, yang umumnya ditandai dengan hilangnya kemampuan mencium bau secara total. 

Kondisi ini berbeda dengan hiposmia, yang hanya menyebabkan penurunan kemampuan penciuman tanpa kehilangan sepenuhnya. Bagi mereka yang mengalami anosmia, perasaan terhadap rasa makanan juga bisa terasa berbeda. 

Perlu dicatat, anosmia bukanlah penyakit yang berdiri sendiri, melainkan bisa menjadi gejala atau tanda adanya masalah kesehatan lainnya. Lalu, apa saja cara mengatasi anosmia dengan tepat? Simak penjelasannya berikut ini. 

Pengertian Anosmia

Seperti yang sudah diketahui, anosmia adalah kondisi yang menyebabkan hilangnya kemampuan untuk mencium bau, baik secara permanen maupun sementara. Beberapa orang bahkan sudah mengalami anosmia sejak lahir. 

Anosmia diperkirakan dapat memengaruhi sekitar 3 hingga 20 persen dari populasi manusia. 

Gangguan pada indera penciuman ini tentu saja bisa memengaruhi kualitas hidup seseorang, terutama saat merasakan makanan, karena rasa makanan adalah kombinasi antara indera penciuman dan pengecap.

Dengan demikian, penderita anosmia sering kali mengalami gangguan pada selera makan, yang bisa berujung pada kekurangan nutrisi. 

Selain itu, mereka mungkin tidak menyadari bahaya yang ada di sekitar, seperti kebocoran gas atau bau asap kebakaran, karena tidak dapat mencium bau tersebut.

Sebelum membahas lebih lanjut, perlu dicatat bahwa anosmia berbeda dengan gejala flu. Perbedaan utama antara keduanya adalah:

Anosmia cenderung muncul secara tiba-tiba. Setelah masa inkubasi COVID-19, gejala anosmia muncul dengan cepat, sementara flu biasanya dimulai dengan hidung meler atau tersumbat yang mengganggu kemampuan penciuman.

Anosmia yang terkait dengan COVID-19 berhubungan dengan sistem saraf pusat, sedangkan flu biasanya menyebabkan kehilangan penciuman akibat saluran pernapasan yang tersumbat. 

Virus COVID-19 diketahui dapat menyerang otak melalui reseptor bau di hidung, yang menunjukkan pengaruh langsung pada sistem saraf pusat.

Meskipun anosmia dan gejala flu memiliki kesamaan, penelitian menunjukkan bahwa anosmia pada pasien COVID-19 lebih parah daripada pada penderita flu, karena sering disertai dengan hilangnya kemampuan perasa (dysgeusia). 

Dengan kata lain, selain tidak bisa mencium bau, penderita juga tidak dapat merasakan rasa makanan.

Cara Mengatasi Anosmia

Jika kamu mengalami anosmia, ada beberapa cara mengatasi anosmia yang bisa dicoba untuk membantu memulihkan indera penciuman.

1. Membersihkan Bagian Dalam Hidung

Langkah pertama untuk mengatasi anosmia adalah dengan membersihkan bagian dalam hidung. Caranya mudah, cukup bilas hidung menggunakan larutan air garam, yang bisa membantu jika gangguan penciuman disebabkan oleh infeksi atau alergi. 

Bila tidak ingin membuat larutan air garam sendiri, banyak apotek yang menjual sachet untuk pembuatan larutan tersebut.

2. Latih Indra Penciuman

Latihan indra penciuman adalah cara efektif lainnya untuk memulihkan kemampuan menghidu. Latihan ini melibatkan penciuman berulang dari berbagai aroma, seperti lemon, mawar, cengkeh, dan kayu putih. 

Caranya, hirup aroma tersebut dalam-dalam selama 15–20 detik, sambil membayangkan bau aslinya. Lakukan latihan ini dua hingga tiga kali sehari selama minimal tiga bulan untuk hasil yang optimal. 

Penelitian juga menunjukkan bahwa latihan penciuman ini membantu peningkatan kemampuan indra penciuman pada penderita anosmia akibat COVID-19. Beberapa bahan yang bisa digunakan dalam latihan ini antara lain:

a. Minyak Kayu Putih

Aroma kuat minyak kayu putih efektif merangsang indra penciuman. Selama menghirup baunya, bayangkan bau asli dari minyak kayu putih, dan lakukan ini dua hingga tiga kali sehari.

b. Minyak Jarak

Minyak jarak, yang mengandung asam risinoleat, juga dapat membantu mengatasi anosmia. Zat ini berfungsi mengurangi peradangan pada saluran hidung yang dapat disebabkan oleh pilek dan alergi.

c. Jahe

Aroma tajam dari jahe juga dapat melatih indra penciuman. Minum air jahe dapat meredakan peradangan pada saluran pernapasan dan mengurangi lendir yang menyumbat saluran hidung.

d. Larutan Garam

Larutan garam bisa membantu mengatasi anosmia yang disebabkan oleh alergi dan hidung tersumbat. Menyemprotkan cairan garam ke dalam hidung dapat membersihkan lendir dan alergen yang menghalangi rongga hidung.

3. Minum Obat Jika Dianjurkan

Jika anosmia tidak kunjung membaik, sebaiknya periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan seperti dekongestan, antihistamin, semprotan hidung steroid, atau antibiotik. 

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa latihan penciuman yang dilengkapi dengan semprotan hidung steroid, seperti budesonide, dapat membantu memulihkan indra penciuman lebih efektif dibandingkan hanya dengan membersihkan hidung menggunakan larutan air garam.

Penyebab Anosmia

1. Rinitis (Alergi)

Salah satu penyebab utama anosmia adalah rinitis, yakni iritasi pada selaput lendir yang melapisi hidung. 

Rinitis bisa disebabkan oleh infeksi sinus, flu biasa, alergi (rinitis alergi), atau penyumbatan hidung yang tidak berhubungan dengan alergi (rhinitis non-alergi). 

Pilek adalah salah satu penyebab umum anosmia sementara, dan biasanya kondisi ini akan membaik dengan sendirinya setelah beberapa waktu.

2. Penyakit Flu

Flu yang disebabkan oleh infeksi virus influenza juga dapat mengganggu kemampuan penciuman. 

Ketika seseorang terkena flu, saluran hidung akan tersumbat dan menghasilkan lendir berlebih, yang menghalangi indra penciuman. Namun, setelah tubuh pulih, kemampuan mencium bau biasanya kembali normal.

3. Polip Hidung

Polip hidung adalah pertumbuhan jaringan berlebih dalam saluran hidung yang dapat menghalangi aliran udara dan menyebabkan anosmia. Penyumbatan fisik ini juga dapat disebabkan oleh kelainan tulang di dalam hidung atau septum hidung.

4. Sinusitis Akut

Sinusitis akut, yang ditandai dengan peradangan dan pembengkakan rongga di sekitar hidung, juga dapat merusak saraf penciuman dan menyebabkan anosmia. Kondisi ini dapat memengaruhi kemampuan hidung untuk mendeteksi bau.

5. Faktor Usia

Pada orang tua, proses penuaan dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, termasuk saraf yang bertugas mengirimkan sinyal aroma ke otak. Hal ini sering menjadi penyebab anosmia pada usia lanjut.

6. Kelainan Tulang Hidung

Kelainan pada tulang hidung, seperti septum hidung yang bengkok, dapat menghalangi aliran udara ke hidung dan mengganggu kemampuan mencium bau. Ketika aliran udara terhambat, saraf penciuman tidak bisa mengirimkan sinyal bau ke otak.

7. Aneurisma Otak

Aneurisma otak, yaitu pembengkakan pembuluh darah di otak yang menyerupai balon, dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mencium bau. Masalah pada pembuluh darah otak ini berisiko mengganggu jalur saraf penciuman.

8. Kerusakan Otak atau Saraf

Kerusakan pada otak atau saraf juga dapat menyebabkan anosmia. Reseptor penciuman di hidung mengirimkan sinyal ke otak melalui saraf, dan apabila ada kerusakan pada jalur ini, indra penciuman bisa terganggu. 

Kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan saraf antara lain Alzheimer, Parkinson, sklerosis ganda, stroke, dan cedera otak.

9. Malnutrisi

Kekurangan nutrisi tertentu dapat menyebabkan masalah pada saraf dan sistem metabolisme tubuh, termasuk indra penciuman. 

Malnutrisi yang parah dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam mencium bau atau bahkan anosmia.

10. Pengaruh Antibiotik

Penggunaan antibiotik dalam jangka panjang juga dapat memengaruhi saraf penciuman. Beberapa antibiotik dapat menyebabkan gangguan pada hidung dan telinga, yang dapat berisiko menyebabkan anosmia. 

Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada terhadap efek samping dari obat-obatan ini.

Gejala Anosmia

1. Hilangnya Kepekaan Terhadap Sensasi Bau

Gejala pertama yang paling jelas pada penderita anosmia adalah hilangnya kepekaan terhadap bau. 

Ketika seseorang tidak bisa mendeteksi bau apapun di sekitarnya, ini bisa menjadi indikasi gangguan yang lebih serius, termasuk potensi infeksi COVID-19. Jika gejala ini berlangsung beberapa hari, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

2. Sakit Kepala

Penderita anosmia juga dapat mengalami sakit kepala akibat gangguan pada saluran pernapasan. Biasanya, gejala ini dapat berkurang dengan menghindari konsumsi makanan tertentu yang dapat memicu sakit kepala, seperti kafein dan pisang.

3. Suara yang Berubah

Anosmia juga dapat menyebabkan perubahan pada suara seseorang. Perubahan ini mungkin terasa pada suara saat berbicara, yang bisa menjadi salah satu tanda adanya gangguan pada indera penciuman.

4. Kebiasaan Mendengkur

Gangguan pernapasan akibat anosmia dapat menyebabkan kebiasaan mendengkur saat tidur. Ini menjadi salah satu tanda lain dari penyakit anosmia yang dapat mengganggu kualitas tidur.

5. Wajah Terlihat Membesar

Selain kebiasaan mendengkur, penderita anosmia sering kali mengalami pembengkakan pada wajah, yang terlihat lebih besar dari biasanya. Ini bisa menjadi gejala fisik yang menyertai gangguan ini.

6. Telinga Cenderung Membesar

Tak hanya wajah, telinga juga bisa tampak membesar pada penderita anosmia. Pembesaran telinga ini menjadi salah satu indikasi dari adanya masalah pada saluran pernapasan atau saraf yang berhubungan dengan penciuman.

7. Kerusakan Otak

Gejala anosmia lainnya adalah kerusakan pada otak, yang bisa disebabkan oleh trauma kepala. Jika ada riwayat cedera kepala sebelumnya, penting untuk memeriksa apakah itu menjadi penyebab anosmia yang dialami.

8. Timbulnya Polip

Timbulnya polip hidung bisa menyebabkan penyumbatan pada saluran pernapasan, yang mengarah pada anosmia. Kondisi ini seringkali terkait dengan sinusitis dan dapat memperburuk gejala gangguan penciuman.

9. Rongga Hidung Tersumbat

Salah satu penyebab umum anosmia adalah rongga hidung yang tersumbat. Penyumbatan ini sering terjadi pada kondisi flu atau infeksi pernapasan lainnya, yang menghalangi aliran udara dan mempengaruhi kemampuan mencium bau.

10. Defisiensi Zinc

Kekurangan zinc dalam tubuh juga dapat menyebabkan anosmia. Mineral ini berperan penting dalam menjaga sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, kekurangan zinc dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi penciuman.

Cara Mencegah Anosmia

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anosmia dapat menyebabkan kehilangan kemampuan untuk mengenali bau atau aroma.

Meskipun kondisi ini umumnya bersifat sementara dan bisa hilang setelah penyebabnya diatasi, dalam beberapa kasus, anosmia bisa berlangsung lebih lama.

Beberapa penyakit seperti flu dan pilek seringkali menjadi pemicu utama hilangnya kemampuan mencium. Namun, pada kondisi tertentu, anosmia bisa bertahan dalam waktu yang lebih lama. 

Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan pada dinding hidung, penumpukan lendir, penyumbatan rongga hidung, atau kerusakan pada saraf penciuman. 

Proses penuaan juga dapat berperan dalam memicu anosmia jangka panjang. Untuk mencegah anosmia, langkah pertama adalah menghindari penyebab yang mendasari kondisi tersebut. 

Jika anosmia disebabkan oleh penyakit seperti flu, infeksi sinus, atau alergi, maka pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari faktor-faktor pemicu penyakit tersebut.

Anosmia yang disebabkan oleh penyakit seperti flu biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah tubuh pulih. Gejalanya bisa cepat mereda dengan konsumsi makanan atau minuman hangat, penggunaan balsem, serta istirahat yang cukup. 

Namun, anosmia yang terjadi akibat faktor usia, terutama pada lansia, mungkin sulit dicegah. Hal ini karena penurunan fungsi indera penciuman seiring bertambahnya usia adalah hal yang wajar. 

Meskipun demikian, penting untuk mewaspadai kondisi ini agar risiko berbahaya dapat diminimalkan.

Sebagai penutup, dengan mengetahui berbagai langkah yang bisa diambil, kamu bisa lebih mudah memahami cara mengatasi anosmia dan memperbaiki kualitas hidup jika mengalami kondisi ini.

Terkini