Warga Perumahan Maharta Tangsel Tetap Tegar Hadapi Banjir, Harapkan Solusi Jangka Panjang

Selasa, 08 April 2025 | 13:54:09 WIB
Warga Perumahan Maharta Tangsel Tetap Tegar Hadapi Banjir, Harapkan Solusi Jangka Panjang

JAKARTA – Hujan deras yang mengguyur wilayah Tangerang Selatan kembali mengakibatkan banjir parah di Perumahan Maharta, Pondok Kacang Timur, Kecamatan Pondok Aren. Dalam hitungan menit, air setinggi 130 sentimeter merendam ratusan rumah warga, warung, hingga fasilitas umum, memaksa warga kembali berjibaku menyelamatkan harta benda mereka dari kerusakan.

Peristiwa ini menambah panjang daftar banjir yang melanda Maharta sepanjang tahun ini. Dalam kurun waktu Maret hingga awal April 2025 saja, wilayah ini telah tiga kali dilanda banjir. Warga menyebut banjir bukan lagi bencana tahunan, melainkan menjadi "tamu bulanan" yang terus meneror kehidupan mereka.

“Kami bahkan belum selesai beres-beres dari banjir kemarin, sekarang datang lagi. Kami hidup seperti tidak sempat bernapas,” ujar Bambang (50), warga yang telah menetap di Maharta sejak tahun 1991.

Banjir Datang dalam Hitungan Menit

Banjir datang dengan cepat pada Minggu sore, seiring dengan hujan lebat yang mengguyur wilayah Tangerang Selatan. Dalam beberapa menit, air naik drastis hingga setinggi dada orang dewasa. Warga yang tengah beraktivitas di dalam rumah langsung panik dan berupaya menyelamatkan barang-barang berharga.

Menurut Bambang, kondisi kali yang semakin menyempit akibat pembangunan jembatan baru menjadi salah satu penyebab utama banjir. Jembatan tersebut dinilai terlalu tinggi dan menyumbat aliran air sehingga menyebabkan luapan saat hujan deras.

“Kalau dulu itu kalinya standar, jembatan enggak dinaikin juga enggak masalah. Airnya ngalir lurus, enggak numpuk. Sekarang jembatannya tinggi, air ngumpul semua, kalinya kecil,” kata Bambang.

Pompa Rusak, Kali Tak Dikeruk

Selain masalah infrastruktur jembatan, pompa air yang rusak juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi banjir. Bambang mengungkapkan bahwa pompa yang ada sering tidak berfungsi saat dibutuhkan, sehingga air tidak dapat disalurkan keluar dengan cepat.

“Pompanya rusak mulu. Jadi perlu ada tambahan pompa. Sama harusnya dikeruk kalinya, itu yang paling penting,” tegasnya.

Seruan serupa juga disampaikan warga lainnya, yang mendesak Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk segera mengambil langkah nyata dan tidak sekadar menjanjikan solusi tanpa realisasi.

Kehilangan Barang Berharga

Dampak banjir kali ini dirasakan sangat berat oleh warga. Samratuti (60), seorang ibu rumah tangga, hanya mampu menyelamatkan beberapa barang saat air mulai merayap ke dalam rumahnya. Ia harus merelakan kulkas, sofa, dan stok beras yang terendam sepenuhnya.

“Saya cuma sempat selamatkan bantal, sepatu. Kulkas, sofa, beras semua kerendam. Tipi untungnya nyantol di dinding,” ujar Samratuti dengan suara lirih.

Ia bahkan menggambarkan kawasan Maharta seperti sebuah “wajan besar” yang menampung air tanpa jalur keluar.

“Jembatan ditinggikan tapi kami yang terendam. Seperti wajanlah, saya lihat-lihat. Kayak tekukan yang di sini, airnya enggak bisa keluar,” tambahnya.

Warga Desak Penanganan Serius

Merespons situasi yang terus berulang, warga Maharta mendesak Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk segera turun tangan menangani banjir secara komprehensif. Mereka menuntut normalisasi aliran kali, perbaikan pompa air, serta evaluasi terhadap proyek-proyek infrastruktur yang memperparah kondisi lingkungan.

“Kami bukan minta yang muluk-muluk. Cuma minta bisa hidup tenang tanpa was-was tiap hujan,” tutur Bambang penuh harap.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pemerintah Kota Tangerang Selatan terkait langkah penanggulangan banjir terbaru di kawasan Maharta. Warga berharap pemerintah tidak hanya hadir saat banjir sudah terjadi, tapi juga mengambil langkah preventif agar kejadian serupa tidak terus berulang.

Dengan cuaca yang tak menentu dan musim hujan yang belum mereda, warga Perumahan Maharta kini hidup dalam kekhawatiran, menunggu apakah curah hujan berikutnya akan kembali membawa malapetaka. Harapan mereka sederhana: hidup tanpa banjir, dan bisa menata masa depan tanpa dihantui trauma air bah yang datang nyaris tanpa peringatan.

Terkini