Petani Bojonegoro Jadi Kunci Lonjakan Produksi Padi Terbesar di Jawa Timur

Senin, 10 November 2025 | 12:08:12 WIB
Petani Bojonegoro Jadi Kunci Lonjakan Produksi Padi Terbesar di Jawa Timur

JAKARTA - Sektor pertanian Bojonegoro mencatat capaian yang membanggakan tahun ini. 

Berdasarkan data terbaru, produksi gabah kering giling (GKG) di Bojonegoro mencapai 886 ribu ton, meningkat 24,7 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 710 ribu ton. 

Kenaikan ini menjadi yang tertinggi dalam satu dekade terakhir, menegaskan posisi Bojonegoro sebagai salah satu daerah penopang ketahanan pangan Jawa Timur.

Dengan capaian tersebut, Bojonegoro kini menempati posisi kedua sebagai penghasil padi terbesar di Jawa Timur, hanya selisih tipis dari Kabupaten Lamongan yang menghasilkan 904 ribu ton GKG. 

Persentase kenaikan produksi padi Bojonegoro bahkan menempatkan kabupaten ini di peringkat pertama di Jawa Timur, dengan tambahan produksi 175.916 ton dibanding tahun sebelumnya.

Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Zainal Fanani, keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras bersama antara pemerintah daerah, kelompok tani, penyuluh pertanian, dan seluruh petani. 

“Kenaikan produksi padi tahun ini adalah buah kerja sama semua pihak. Pemerintah terus memperkuat ketahanan pangan daerah melalui infrastruktur pertanian dan pendampingan petani,” ujarnya.

Dukungan Infrastruktur dan Teknologi Pertanian Modern

Peningkatan produksi tidak lepas dari perbaikan sarana dan prasarana pertanian. Bojonegoro terus mengembangkan jaringan irigasi, memperluas akses pupuk, serta memanfaatkan teknologi pertanian modern. Inovasi ini mendorong produktivitas lahan meningkat signifikan.

Selain itu, penerapan pola tanam adaptif terhadap perubahan iklim dan pemanfaatan benih unggul turut memberikan kontribusi besar. Pendekatan ini membantu petani menyesuaikan waktu tanam dan pola perawatan tanaman agar hasil padi lebih optimal. 

Dukungan pemerintah dan inovasi petani pun semakin memperkuat posisi Bojonegoro sebagai lumbung pangan kedua terbesar di Jawa Timur.

Tidak hanya itu, kesadaran petani akan pentingnya ketahanan pangan mendorong kolaborasi dengan pemerintah. Program pendampingan dan pelatihan pertanian modern memperkuat kapasitas petani dalam mengelola lahan. Kombinasi teknologi, sarana prasarana, dan pola tanam adaptif menjadi faktor kunci lonjakan produksi padi di Bojonegoro.

Perbandingan Produksi Padi Jawa Timur

Empat kabupaten dengan produksi padi terbesar di Jawa Timur tahun ini menunjukkan perbedaan signifikan, namun tren peningkatan jelas terlihat. Lamongan tetap berada di puncak dengan 904 ribu ton GKG, disusul Bojonegoro 886 ribu ton, Ngawi 775 ribu ton, dan Jember 686 ribu ton.

Peningkatan produksi Bojonegoro menunjukkan bahwa persentase kenaikan lebih tinggi dibanding kabupaten lain, meskipun secara total masih di bawah Lamongan. 

Tren positif ini menjadi indikator keberhasilan strategi pertanian yang diterapkan, sekaligus menguatkan posisi Bojonegoro sebagai kontributor utama ketahanan pangan regional.

Keberhasilan ini juga memberikan inspirasi bagi daerah lain di Jawa Timur untuk meningkatkan produktivitas padi melalui kombinasi teknologi, pendampingan, dan perbaikan infrastruktur. Perbandingan data produksi menunjukkan bahwa inovasi lokal mampu mendorong pertumbuhan sektor pertanian dengan signifikan.

Optimisme Pemerintah dan Prospek Tahun Depan

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro optimistis tren peningkatan produksi padi akan terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pelatihan, penyediaan sarana pertanian, dan teknologi modern diharapkan dapat mempertahankan produktivitas.

Selain itu, peningkatan produksi juga menjadi indikator positif bagi ketahanan pangan Jawa Timur. Bojonegoro, sebagai daerah penopang utama, diharapkan dapat menjaga stabilitas suplai pangan sekaligus memberikan kontribusi signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan padi nasional.

Dengan strategi yang berkesinambungan, Bojonegoro siap menghadapi tantangan perubahan iklim dan fluktuasi harga komoditas. Kolaborasi antara pemerintah, petani, dan penyuluh pertanian tetap menjadi kunci keberhasilan, memastikan pertanian lokal tetap produktif dan berkelanjutan.

Terkini