JAKARTA - Transformasi kekuatan udara Indonesia memasuki fase baru melalui kehadiran pesawat Airbus A400M.
Pengamat pertahanan dan keamanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES), Khairul Fahmi, menilai langkah Kementerian Pertahanan ini sebagai tonggak penting modernisasi TNI Angkatan Udara (AU).
Ia menyebut, A400M bukan sekadar penambahan armada, tetapi simbol pergeseran paradigma dari sekadar kuantitas menuju kualitas kemampuan strategis.
“Kenapa A400M saya sebut simbol? Karena dia sekaligus menandai pergeseran paradigma modernisasi: dari sekadar menambah kuantitas menjadi lompatan kualitas menuju strategic air mobility,” jelas Fahmi di Jakarta.
Menurutnya, kehadiran A400M menandai kenaikan kelas kemampuan angkut udara Indonesia. Sebelumnya, TNI AU memiliki tiga kelas pesawat angkut: ringan, menengah, dan berat. Dengan tambahan A400M, Indonesia kini memiliki kekuatan mobilitas udara yang bisa disejajarkan dengan negara-negara di kawasan regional.
Komposisi Armada dan Peningkatan Kapabilitas
Fahmi menjelaskan, kelas ringan diisi oleh NC-212i dan CN-235 yang berfungsi untuk misi jarak pendek serta pendaratan di landasan terbatas. Sementara itu, CN-295 berada di kelas menengah dengan kemampuan angkut logistik hingga sembilan ton.
Di sisi lain, kelas berat didominasi oleh Hercules C-130 dan C-130J Super Hercules yang menjadi tulang punggung operasi pengangkutan nasional.
Dengan bergabungnya A400M ke dalam jajaran ini, Indonesia tidak hanya menambah daya angkut, tetapi juga memperluas fungsi operasionalnya.
“Kalau CN-235/CN-295 mewakili kemandirian industri dan C-130J memastikan kesinambungan angkut berat klasik, maka A400M membawa Indonesia ke liga negara yang punya mobilitas strategis setara kawasan,” imbuh Fahmi.
A400M memiliki daya jelajah jauh lebih luas, kapasitas angkut besar, serta kemampuan beroperasi di medan ekstrem. Hal ini memungkinkan TNI AU untuk lebih fleksibel dalam menjalankan berbagai misi lintas wilayah, termasuk operasi militer, logistik, hingga kemanusiaan.
A400M, Simbol Mobilitas Strategis Multifungsi
Pesawat A400M dikenal memiliki kemampuan multifungsi yang dapat menyesuaikan kebutuhan misi. Selain sebagai pesawat angkut logistik, A400M juga dapat digunakan untuk evakuasi warga sipil, pengiriman bantuan kemanusiaan, misi perdamaian dunia, bahkan dijadikan ambulans udara atau pesawat pemadam kebakaran.
Kemampuan serbaguna ini selaras dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya kesiapan Indonesia dalam menjalankan misi perdamaian global dan penanganan krisis di wilayah konflik seperti Gaza.
“Jadi kalau Presiden menyebutnya bisa jadi ambulans udara atau pesawat pemadam kebakaran, ya itu bukan retorika. Secara teknis, itu sangat mungkin dilakukan,” kata Fahmi.
Selain itu, fleksibilitas A400M memberikan TNI AU keunggulan operasional dalam skenario darurat. Pesawat ini mampu terbang dengan cepat membawa logistik ke daerah bencana atau mengangkut personel militer dalam skala besar.
Keunggulan tersebut menjadikan A400M sebagai pesawat strategis dalam mendukung tugas kemanusiaan dan pertahanan nasional.
Tantangan Operasional dan Kesiapan SDM
Meski membawa banyak potensi, pengoperasian A400M tetap memerlukan kesiapan tinggi, baik dari segi fasilitas maupun sumber daya manusia. Fahmi menegaskan bahwa efektivitas A400M akan sangat bergantung pada kesiapan sarana pendukung serta kemampuan teknis awak dan teknisi TNI AU.
Operasional pesawat dengan teknologi canggih seperti A400M membutuhkan pelatihan intensif, kesiapan infrastruktur, dan dukungan pemeliharaan yang berkelanjutan. Hal ini penting agar pesawat dapat digunakan secara optimal dan efisien dalam jangka panjang.
Peningkatan kapasitas personel serta fasilitas perawatan diharapkan menjadi fokus lanjutan setelah pengadaan pesawat ini.
Dengan kesiapan tersebut, A400M tidak hanya menjadi simbol kekuatan, tetapi juga bukti nyata kemajuan teknologi pertahanan Indonesia yang semakin setara dengan negara-negara maju di kawasan Asia Tenggara.