Bank Indonesia Pantau Stabilitas Pasar Saat Modal Asing Keluar

Minggu, 26 Oktober 2025 | 12:43:05 WIB
Bank Indonesia Pantau Stabilitas Pasar Saat Modal Asing Keluar

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat adanya aliran modal asing bersih keluar dari pasar keuangan domestik dalam sepekan terakhir. 

Meski terjadi arus keluar, otoritas moneter memastikan kondisi pasar masih stabil dan mengamati pergerakan modal untuk menjaga kestabilan ekonomi secara keseluruhan. Data ini menjadi salah satu indikator penting bagi pengelolaan likuiditas dan penguatan sistem keuangan nasional.

Aliran Modal Asing Bersih Keluar

Bank Indonesia mencatat total aliran modal asing bersih keluar sebesar Rp 940 miliar sepanjang pekan ini. Pergerakan ini terjadi dalam empat hari transaksi dan mencakup pasar saham, pasar Surat Berharga Negara (SBN), serta Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa aliran modal ini berasal dari aksi jual neto investor asing di berbagai instrumen. 

Di pasar SBN tercatat jual neto Rp 2,73 triliun, sementara di pasar SRBI tercatat Rp 1,28 triliun. Di sisi lain, pasar saham justru mencatat beli neto Rp 3,08 triliun, yang sedikit menyeimbangkan arus keluar dari instrumen lain.

BI menekankan bahwa meski terdapat aliran modal keluar, kondisi ini merupakan bagian dari dinamika pasar global dan masih dalam batas wajar. Otoritas terus memantau pergerakan modal asing untuk memastikan pasar tetap stabil dan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.

Tren Modal Asing Sejak Awal Tahun

Sejak awal tahun, total modal asing yang keluar dari pasar keuangan domestik mencapai Rp 176,5 triliun. Hal ini mencakup aksi jual neto di pasar saham sebesar Rp 48,36 triliun dan di pasar SRBI Rp 126,76 triliun. Sementara itu, pasar SBN justru mencatat beli neto sebesar Rp 8,58 triliun.

Fenomena ini menunjukkan bahwa investor asing melakukan rotasi aset, memindahkan investasinya ke instrumen yang dianggap lebih aman atau memberikan imbal hasil yang lebih menarik. BI menilai tren ini wajar dan menjadi bagian dari strategi manajemen risiko investor global.

Selain itu, BI juga mencatat premi risiko investasi atau Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun tercatat 80,44 basis poin. Angka ini menunjukkan sedikit penurunan dibanding periode sebelumnya, menandakan risiko kredit Indonesia masih terjaga dan investor tetap mempercayai kondisi pasar domestik.

Pergerakan Nilai Tukar dan Yield SBN

Nilai tukar rupiah pada periode ini tercatat stabil di level Rp 16.600 per dolar AS. Stabilitas nilai tukar menjadi faktor penting bagi BI dalam menjaga daya beli masyarakat dan mendukung arus perdagangan internasional.

Sementara itu, imbal hasil atau yield SBN 10 tahun relatif stabil di level 5,97 persen, hanya mengalami sedikit fluktuasi dibanding perdagangan sebelumnya. Stabilitas yield ini penting untuk menjaga minat investor domestik dan asing terhadap surat utang pemerintah.

Pergerakan indeks dolar AS (DXY) juga turut mempengaruhi kondisi pasar. Dolar AS menguat ke level 98,94 terhadap enam mata uang utama dunia, sementara imbal hasil US Treasury Note 10 tahun turun ke 4,001 persen. 

Kondisi ini menunjukkan investor global melakukan penyesuaian portofolio, yang turut memengaruhi arus modal masuk dan keluar di Indonesia.

Pandangan BI terhadap Arus Modal

Bank Indonesia menegaskan bahwa pengawasan arus modal asing merupakan bagian dari upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan pasar keuangan domestik. Meski terjadi aliran modal keluar, kondisi pasar dinilai tetap sehat dengan likuiditas yang terjaga.

Otoritas moneter mendorong investor untuk tetap berinvestasi di pasar domestik melalui berbagai instrumen, sambil memantau dinamika global yang bisa memengaruhi pergerakan modal. BI juga terus menyiapkan langkah antisipatif untuk menghadapi potensi volatilitas pasar, sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.

Dengan langkah-langkah ini, BI berupaya menciptakan keseimbangan antara arus modal asing dan stabilitas pasar, sekaligus menjaga kepercayaan investor domestik maupun internasional terhadap pasar keuangan Indonesia.

Terkini