Bursa Asia Terkoreksi Sejenak, Investor Masih Melihat Potensi Rebound ke Depan

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:31:31 WIB
Bursa Asia Terkoreksi Sejenak, Investor Masih Melihat Potensi Rebound ke Depan

JAKARTA - Bursa saham Asia dibuka melemah pada perdagangan Kamis pagi, mengikuti jejak pelemahan Wall Street yang mengalami sesi perdagangan bergejolak. 

Pada awal sesi, sejumlah indeks utama di kawasan Asia mencatatkan penurunan yang cukup signifikan. Indeks Nikkei 225 turun 640,03 poin atau 1,28% ke posisi 48.677,33, sementara Hang Seng juga melemah 63,24 poin atau 0,25% ke 25.718,53. 

Penurunan juga dialami oleh indeks Taiex yang terkoreksi 226,96 poin atau 0,66% ke level 27.433,08, serta Kospi yang turun 4,69 poin atau 0,10% ke posisi 3.879,65.

Tidak hanya itu, ASX 200 di Australia melemah 15,12 poin atau 0,17% ke 9.014,90, dan FTSE Malaysia turun tipis 0,05 poin ke level 1.602,55. Sementara itu, Straits Times di Singapura menjadi satu-satunya indeks yang bergerak positif dengan kenaikan 1,05 poin atau 0,01% ke level 4.394,24.

Secara keseluruhan, indeks saham MSCI Asia tercatat melorot lebih jauh dari rekor penutupan tertingginya di awal pekan. Saham-saham Jepang menjadi pemimpin pelemahan di antara bursa utama Asia, menandakan adanya tekanan luas terhadap pasar regional yang masih rentan terhadap dinamika global.

Dampak dari Sentimen Global dan Ketegangan Perdagangan

Pelemahan yang terjadi di pasar Asia tidak lepas dari pengaruh eksternal, terutama dari Amerika Serikat. Setelah sesi perdagangan yang berfluktuasi di Wall Street, para pelaku pasar Asia mulai menunjukkan kehati-hatian. 

Sentimen global juga terguncang oleh kabar terbaru dari Washington, di mana pemerintahan Trump tengah mempertimbangkan pembatasan ekspor perangkat lunak ke China. Kebijakan tersebut kembali memunculkan kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.

Kondisi ini menimbulkan efek domino terhadap berbagai kelas aset, termasuk saham dan mata uang regional. Investor kini cenderung mengalihkan portofolio mereka ke aset yang lebih aman seperti obligasi pemerintah dan emas, yang dianggap lebih stabil di tengah ketidakpastian global.

Menurut analis, langkah-langkah proteksionis seperti pembatasan ekspor ke China dapat memperlambat aktivitas perdagangan global serta menekan sentimen pasar keuangan internasional. 

Meskipun pengaruh langsung terhadap kinerja ekonomi Asia masih terbatas, tekanan dari sisi geopolitik tetap menjadi risiko yang harus diwaspadai.

Analisis Pasar dan Prospek ke Depan

Analis dari Pepperstone Group Ltd, Di Lin Wu, menilai bahwa momentum positif yang sebelumnya menopang berbagai kelas aset kini mulai memudar. “Momentum perdagangan yang sebelumnya memimpin di berbagai kelas aset kini mulai turun,” ujarnya. 

Ia menambahkan, risiko terbesar saat ini datang dari hasil pendapatan perusahaan-perusahaan besar, terutama di sektor teknologi.

Menurutnya, jika laporan keuangan menunjukkan hasil yang kuat, hal tersebut bisa menjadi katalis positif untuk menstabilkan kembali sentimen pasar. Namun, sebaliknya, jika ada kekecewaan terutama pada saham-saham teknologi atau pertumbuhan, maka hal itu bisa memperdalam koreksi yang tengah terjadi di pasar saham.

Beberapa analis juga mengingatkan bahwa volatilitas masih berpotensi tinggi dalam jangka pendek, terutama menjelang rilis data ekonomi global yang dapat mempengaruhi arah kebijakan moneter di berbagai negara. 

Di sisi lain, beberapa pelaku pasar melihat peluang beli di tengah pelemahan ini, dengan asumsi bahwa koreksi yang terjadi bersifat sementara sebelum pasar kembali menemukan momentum penguatannya.

Harapan Pemulihan dan Pengawasan Ketat Investor

Meskipun bursa Asia dibuka dengan tekanan, sebagian pelaku pasar optimistis bahwa tekanan ini bersifat sementara. Sejumlah indikator teknikal menunjukkan potensi stabilisasi pada beberapa indeks utama apabila faktor eksternal seperti ketegangan dagang AS–China tidak berlarut-larut.

Para investor kini menunggu arah kebijakan ekonomi dari Washington serta perkembangan lebih lanjut terkait ekspor perangkat lunak yang tengah dibahas. Jika terjadi pelonggaran kebijakan atau sinyal positif dari sektor teknologi, maka pasar Asia berpeluang untuk kembali menguat dalam waktu dekat.

Pelemahan bursa saat ini juga dinilai sebagai bagian dari fase konsolidasi setelah reli panjang di awal bulan. Beberapa pelaku pasar menilai bahwa koreksi yang terjadi dapat membuka peluang akumulasi bagi saham-saham yang memiliki fundamental kuat, terutama di sektor teknologi, keuangan, dan energi terbarukan.

Meski demikian, pelaku pasar diimbau tetap berhati-hati terhadap potensi fluktuasi tajam yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Faktor global, termasuk perubahan kebijakan moneter AS dan dinamika hubungan dagang internasional, masih menjadi penentu utama arah pasar dalam beberapa pekan mendatang.

Terkini