JAKARTA - Pemerintah Indonesia semakin menegaskan komitmennya untuk mempercepat ekosistem baterai mobil listrik (EV) melalui proyek kerja sama antara konsorsium Zhejiang Huayou Cobalt Co dan BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC).
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menyampaikan bahwa penyelesaian perjanjian investasi Proyek Titan sedang dalam tahap finalisasi, dan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek kemungkinan akan dilakukan dalam waktu dekat.
Usai sidang kabinet paripurna memperingati satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, Senin 20 Oktober 2025, Yuliot menegaskan, “Titan ini kita lagi dorong untuk percepatan kerja sama antara Antam sama Huayou, lagi menyelesaikan perjanjian. Mudah-mudahan dalam waktu dekat selesai, kita dorong bagaimana groundbreaking-nya,".
Meskipun belum ada tanggal resmi, pemerintah optimistis proyek ini akan segera dimulai karena menjadi bagian dari strategi nasional untuk hilirisasi nikel dan pengembangan baterai EV di Indonesia.
Proyek Titan dan Dragon: Dua Pilar Ekosistem Baterai
Indonesia kini memiliki dua proyek ekosistem baterai listrik hulu ke hilir yang bekerja sama dengan investor China. Selain Proyek Titan bersama Huayou, ada juga Proyek Dragon yang dikembangkan dengan CATL.
Proyek Dragon telah lebih dulu diresmikan pada akhir Juni 2025 dan menjadi salah satu pencapaian yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto pada sidang kabinet paripurna.
“Hilirisasi kita segera memulai membangun pabrik baterai terbesar di Indonesia, nilainya Rp100 triliun ini kerja sama dengan CATL dan Antam,” ujar Presiden di hadapan anggota Kabinet Merah Putih.
Sementara itu, Proyek Titan sebelumnya dijadwalkan melakukan groundbreaking pada Agustus 2025, namun kemudian mundur ke perkiraan September-Oktober 2025. Hal ini karena LG Energy Solution Ltd., investor sebelumnya, memutuskan untuk hengkang, sehingga posisi proyek diambil alih oleh Huayou.
Huayou Ambil Alih Proyek Titan
Sejak masuk ke Proyek Titan, Huayou membawa komitmen untuk melanjutkan investasi yang sebelumnya direncanakan LG. Proyek ini meliputi pembangunan pabrik baterai EV yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, termasuk pengolahan nikel, prekursor, dan sel baterai.
Keputusan LG untuk mundur sempat menimbulkan pertanyaan mengenai kelanjutan proyek. Namun, pemerintah menegaskan kehadiran Huayou sebagai pengganti mampu menjaga kesinambungan dan memastikan target pengembangan industri baterai EV nasional tetap berjalan.
Investasi LG yang semula mencapai US$9,8 miliar atau setara Rp160,8 triliun (asumsi kurs Rp16.413 per US$), kini disesuaikan dengan rencana Huayou, dengan penekanan pada kecepatan eksekusi proyek.
Strategi Hilirisasi Baterai Listrik
Proyek Titan menjadi bagian dari strategi nasional hilirisasi nikel, mengingat Indonesia merupakan produsen nikel terbesar dunia, yang menjadi bahan baku utama baterai EV.
Pemerintah mendorong proyek ini agar mampu menghasilkan baterai dalam negeri, menekan impor, dan meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral.
Selain itu, proyek ini sejalan dengan target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat manufaktur baterai EV global, dengan dukungan investasi dari BUMN maupun konsorsium internasional.
Tantangan dan Optimisme
Meski masih menunggu finalisasi perjanjian, pemerintah optimistis Proyek Titan dapat segera dimulai karena dukungan penuh dari BUMN dan keseriusan Huayou dalam menyelesaikan kesepakatan.
Yuliot menegaskan, pemerintah akan terus mendorong percepatan langkah-langkah yang diperlukan agar groundbreaking proyek bisa dilakukan tanpa penundaan lebih lanjut.
“Kita ingin memastikan bahwa proyek ini berjalan sesuai jadwal, karena menjadi salah satu proyek strategis untuk industri baterai EV nasional,” katanya.
Selain aspek investasi, keberhasilan proyek ini juga penting untuk menciptakan rantai pasok baterai yang lengkap di Indonesia, dari pengolahan nikel, produksi prekursor, hingga pembuatan sel baterai dan modul, sehingga siap memasok kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Dampak Bagi Industri dan Pasar
Dengan dimulainya Proyek Titan, Indonesia diproyeksikan akan memiliki kapasitas produksi baterai EV yang signifikan. Hal ini akan memperkuat posisi BUMN seperti Antam dan Indonesia Battery Corporation di sektor strategis energi baru dan terbarukan.
Selain itu, proyek ini diyakini dapat menarik investasi tambahan dari pemain global, memperkuat ekosistem kendaraan listrik, dan membuka peluang kerja baru di sektor industri manufaktur baterai.
Bagi pasar EV global, keberadaan Proyek Titan akan menambah pasokan baterai berkualitas dari Indonesia, yang memiliki kandungan nikel tinggi, sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor dari negara lain.
Proyek Titan Huayou-Antam menjadi simbol komitmen pemerintah Indonesia dalam mengembangkan ekosistem baterai EV. Dengan percepatan finalisasi perjanjian dan dukungan BUMN, groundbreaking proyek diperkirakan akan segera dilaksanakan.
Langkah ini tidak hanya memperkuat industri baterai nasional, tetapi juga menjadi fondasi bagi Indonesia untuk menjadi pemain global dalam produksi baterai kendaraan listrik, menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, dan mempercepat transisi energi nasional.