JAKARTA - Banyak orang kerap bingung membedakan ular piton dan ular sanca, padahal keduanya berasal dari famili yang sama, Pythonidae.
Kesalahpahaman ini muncul karena istilah lokal yang berbeda untuk spesies-spesies tertentu. Meski demikian, perbedaan yang ada lebih bersifat spesifik pada tiap spesies, bukan kategori fundamental.
Lima aspek utama yang membedakan beberapa spesies piton populer, termasuk sanca kembang dan piton Burma. Ukuran, pola kulit, habitat, perilaku makan, hingga klasifikasi genus menjadi kunci untuk memahami identitas masing-masing ular.
Klarifikasi Taksonomi dan Istilah
Dalam taksonomi, "piton" dan "sanca" sama-sama masuk famili Pythonidae. Keduanya adalah ular pembelit non-berbisa yang memiliki karakteristik serupa. Sanca sering kali merujuk pada spesies tertentu seperti sanca kembang (Malayopython reticulatus), salah satu ular terpanjang di dunia.
Penyebutan lokal seperti sanca, sawa, atau piton hanyalah nama umum, bukan perbedaan ilmiah. Dengan demikian, memahami perbedaan lebih tepat pada level spesies daripada kategori “piton” versus “sanca”. Klarifikasi ini membantu penggemar reptil dan masyarakat umum membedakan karakter unik tiap ular.
Ukuran, Pola Kulit, dan Habitat
Ukuran tubuh menjadi ciri khas yang mudah diamati. Sanca kembang bisa mencapai panjang lebih dari 8,5 meter dengan berat hingga 158 kg, sedangkan piton Burma biasanya lebih pendek, maksimal 5,8 meter dan berat sekitar 97,5 kg. Perbedaan ukuran ini berpengaruh pada pola makan dan perilaku berburu.
Pola kulit masing-masing juga berbeda. Sanca kembang memiliki retikulum berbentuk jala dengan kombinasi hitam, coklat, kuning, dan putih, sedangkan piton Burma memiliki bercak coklat kemerahan di atas warna dasar krem atau abu-abu, dengan tanda panah di kepala yang mengarah ke hidung.
Habitat kedua spesies pun bervariasi. Sanca kembang menghuni hutan tropis lembab, rawa, sungai, dan hutan muson, serta mahir berenang dan menjelajah pulau-pulau di Asia Tenggara.
Piton Burma tersebar di Asia Tenggara termasuk India timur laut, Tiongkok selatan, dan beberapa pulau di Indonesia, dengan habitat yang lebih beragam mulai dari hutan bakau hingga padang rumput.
Pola Makan dan Perilaku Berburu
Kedua spesies adalah predator karnivora non-berbisa yang membunuh mangsa dengan lilitan (konstriksi). Sanca kembang lebih menyukai mamalia kecil, burung, hingga hewan berukuran besar seperti monyet, babi hutan, dan rusa, dengan gaya penyergapan yang menunggu mangsa mendekat.
Piton Burma bersifat generalis, memangsa burung, mamalia kecil hingga sedang, dan kadang hewan besar. Perbedaan pola makan ini berkaitan erat dengan ukuran tubuh dan preferensi habitat masing-masing spesies. Meski keduanya predator ulung, strategi berburu dan variasi diet menunjukkan adaptasi unik tiap spesies.
Klasifikasi Genus dan Ciri Khas Lainnya
Penelitian modern menempatkan sanca kembang dalam genus Malayopython berdasarkan bukti genetik, sedangkan piton Burma tetap dalam genus Python.
Sanca kembang (Malayopython reticulatus) lebih dekat hubungannya dengan piton Australasia, sementara piton Burma sebelumnya dianggap subspesies piton India sebelum diakui sebagai spesies berbeda.
Semua piton adalah ovipar (bertelur) dan betina mengerami telur hingga menetas dengan metode “menggigil” untuk mempertahankan suhu.
Selain itu, mereka memiliki taji kloaka sebagai sisa tungkai belakang, digunakan dalam ritual kawin, menandakan jejak evolusi purba. Ciri-ciri ini membedakan piton dari keluarga Boidae, yang sebagian besar melahirkan anak hidup (ovovivipar).