JAKARTA - Menteri Kebudayaan Fadli Zon melakukan kunjungan ke Timor Leste.
Untuk mempererat kerja sama budaya dan mengingat kembali hubungan bersejarah antara Indonesia dan Timor Leste, termasuk pertemuan penting Presiden Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri Xanana Gusmao di masa lalu.
Mengenang Pertemuan Bersejarah
Fadli Zon menyampaikan bahwa pertemuan Prabowo dan Xanana di masa lalu mencerminkan penghormatan dan persahabatan meski pernah berada di pihak berlawanan. Ia menjelaskan, “Pak Prabowo dan Pak Xanana saling menghormat dan berpelukan meskipun pernah menjadi seteru.”
Momen tersebut terjadi dalam seminar pada tahun 2000-an, menegaskan hubungan yang terus dijaga kedua negara meski sejarah panjang dan kompleks masih membayangi.
Fadli menekankan bahwa sebelum kemerdekaan Timor Leste, wilayah tersebut dikenal sebagai Timor Timur dan pernah menjadi bagian dari Indonesia. Prabowo muda bertugas sebagai tentara di Timor Timur, sementara Xanana Gusmao menjadi tokoh kunci perjuangan kemerdekaan Timor Leste.
Kunjungan ini menjadi momen penting dalam rangka memperingati 23 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Timor Leste, menyoroti pentingnya memperkuat kerja sama lintas generasi dan sejarah.
Penguatan Kerja Sama Budaya
Selain bertemu Perdana Menteri, Fadli juga berjumpa dengan Menteri Pemuda, Olahraga, Seni, dan Budaya Timor Leste, Nelio Isaac Sarmento. Dalam kesempatan ini, Fadli menegaskan, “Indonesia dan Timor-Leste adalah dua negara yang tak hanya berdekatan secara geografis, tetapi juga terikat oleh sejarah, tradisi, budaya, bahasa.”
Ia menambahkan, kerja sama kebudayaan dapat diperkuat melalui program residensi, festival film, dan pertukaran masyarakat. Pendekatan people-to-people ini diyakini menjadi kunci dalam membangun saling pengertian dan memperluas hubungan yang selama ini telah terbina.
Fadli menekankan, kolaborasi budaya menjadi jembatan untuk menjaga persahabatan dan meningkatkan pengaruh diplomasi budaya Indonesia di kawasan Pasifik.
Dialog dengan Parlemen Timor Leste
Di Dili, Fadli juga bertemu Ketua Parlemen Maria Fernanda Lay. Pertemuan ini dihadiri Duta Besar Indonesia untuk Timor Leste, Okto Dorinus Manik, dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Dili, Tasrifin Tahara.
Fadli, yang pernah menjabat Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen DPR (2019-2024) dan Presiden GOPAC (2015-2019), menilai Maria Fernanda Lay memiliki kontribusi penting dalam memperkuat kerja sama antarparlemen dan memperluas jaringan antarnegara di kawasan Asia Tenggara.
Diskusi ini turut menekankan aktivasi kembali Rumah Budaya Indonesia di Timor Leste sebagai pusat seni dan budaya, yang diharapkan menjadi titik temu bagi seniman dan masyarakat kedua negara.
Aktivasi ini menjadi simbol nyata diplomasi budaya yang mempererat hubungan persahabatan sekaligus membuka peluang kolaborasi jangka panjang.
Undangan Indonesia-Pacific Cultural Synergy
Menutup kunjungan, Fadli mengundang Xanana Gusmao untuk menghadiri Indonesia-Pacific Cultural Synergy (IPACS) yang akan digelar pada November. Acara ini dirancang sebagai wadah pertukaran dan kolaborasi budaya antarnegara Pasifik.
“Saya berharap kedua negara dapat terus meningkatkan kerja sama, membangun kepercayaan dan persahabatan dengan prinsip saling menghormati,” ujar Fadli. Selain itu, Fadli menyinggung rencana pengembangan anjungan Timor Timur di Taman Mini Indonesia Indah menjadi museum persahabatan kedua negara.
Langkah ini dipandang sebagai upaya konkret untuk memperkenalkan sejarah bersama sekaligus memperkuat pemahaman generasi muda tentang hubungan budaya dan sejarah Indonesia-Timor Leste.
Kunjungan Fadli Zon menunjukkan bahwa diplomasi budaya bukan hanya simbolik, tetapi juga sarana memperkuat ikatan nyata antarbangsa.