JAKARTA - Realisasi anggaran ketahanan pangan hingga 8 September 2025 mencapai Rp 73,6 triliun, setara 50,9% dari total pagu APBN 2025.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut alokasi ini digunakan untuk membangun lumbung pangan, ekstensifikasi lahan, serta infrastruktur penunjang.
“Ini dilakukan untuk membangun lumbung pangan, ekstensifikasi untuk infrastruktur, bantuan alsintan pra panen, jaringan irigasi, bendungan, dan prasarana sumber daya air,” ujarnya. Rincian alokasi menunjukkan fokus pada pembangunan fasilitas vital yang mendukung produktivitas pertanian.
Anggaran tersebut mencakup berbagai kegiatan mulai dari cetak lahan hingga pembangunan bendungan dan jaringan irigasi. Langkah ini diharapkan memperkuat ketahanan pangan nasional melalui ketersediaan pasokan yang merata.
Alokasi untuk Lumbung Pangan dan Infrastruktur
Alokasi untuk lumbung pangan tercatat sebesar Rp 14,3 triliun, meliputi cetak dan intensifikasi lahan seluas 160.500 hektare dengan realisasi Rp 1,7 triliun. Bantuan alsintan pra panen sebanyak 37.600 unit terealisasi senilai Rp 2,4 triliun.
Pembangunan jaringan irigasi mencapai 34,7% dari target 216.000 ha dengan nilai Rp 3,3 triliun. Selain itu, pembangunan bendungan 64,4% dari target 15 unit terealisasi senilai Rp 2,1 triliun.
Sarpras sumber daya air juga tercatat 27,2% dari target Rp 2,5 triliun. Langkah ini diharapkan meningkatkan efisiensi produksi pertanian dan mendukung ketahanan pangan di seluruh wilayah Indonesia.
Dukungan Perum BULOG dan Pengadaan Pangan
Pemerintah mengalokasikan pembiayaan kepada Perum BULOG sebesar Rp 22,1 triliun, terdiri dari Rp 16,6 triliun untuk pembelian beras dan gabah, serta Rp 5,5 triliun untuk pengadaan jagung.
Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono menyebut BULOG telah merealisasikan Rp 16,57 triliun untuk pembelian beras dan gabah petani. Realisasi tersebut menghasilkan output 488.000 ton beras dan 1,64 juta ton gabah.
Selain itu, pada 21 Agustus 2025 pemerintah menyalurkan Rp 5,5 triliun untuk mendukung pengadaan jagung. Langkah ini bertujuan menjaga stabilitas harga pangan sekaligus memenuhi kebutuhan pasar domestik.
Dengan dukungan BULOG, pemerintah dapat memastikan pasokan pangan strategis tersedia untuk masyarakat luas.
Sebaran Produksi dan Dampak Ketahanan Pangan
Sebaran lumbung pangan terbesar berasal dari Jawa dengan capaian 726.000 ton gabah dan 381.900 ton beras. Sulawesi menyumbang 573.000 ton gabah dan 53.100 ton beras, diikuti Sumatera sebesar 170.100 ton gabah dan 22.100 ton beras.
Kalimantan tercatat menyumbang 4.000 ton gabah dan 7.000 ton beras, serta Maluku-Papua sebanyak 100 ton gabah dan 12.100 ton beras. Thomas menambahkan, pemerintah mencairkan tambahan Rp 5,5 triliun untuk mendukung pengadaan jagung.
Langkah ini penting untuk menjaga stabilitas harga pangan dan memastikan ketersediaan komoditas strategis di pasaran. Dengan strategi ini, ketahanan pangan nasional dapat ditingkatkan melalui dukungan fiskal yang terencana dan terukur.
Rencana pengalokasian anggaran dan implementasinya secara tepat waktu menjadi kunci keberhasilan. Upaya ini diharapkan memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan produsen lokal.
Pemantauan realisasi anggaran secara berkala akan memastikan efektivitas kebijakan dalam memenuhi target nasional.