Barcelona

Barcelona Sambut Usia Emas Yamal

Barcelona Sambut Usia Emas Yamal
Barcelona Sambut Usia Emas Yamal

JAKARTA - Lamine Yamal resmi menginjak usia 18 tahun, usia yang bagi kebanyakan orang adalah awal dari kedewasaan. Namun bagi bintang muda Barcelona ini, itu adalah kelanjutan dari perjalanan luar biasa yang telah dimulai sejak masa kanak-kanaknya.

Dalam perjalanan kariernya, Yamal tak hanya mencetak sejarah, tapi juga menggambarkan bagaimana kerja keras dan dedikasi bisa menjelma menjadi kekuatan besar, bahkan sejak usia yang sangat belia. Ia menjadi simbol kebanggaan baru bagi Barcelona, bukan hanya karena prestasinya di atas lapangan, tetapi juga karena kisah hidupnya yang begitu inspiratif.

Saat banyak pemain seusianya masih mencoba menembus level profesional, Yamal telah mengangkat trofi Euro bersama Timnas Spanyol, membantu Barcelona meraih treble domestik, dan membawa timnya kembali ke semifinal Liga Champions untuk pertama kali. Pencapaian-pencapaian ini menciptakan perbandingan yang tak terelakkan dengan dua legenda besar sepak bola dunia, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Namun perjalanan Yamal tentu tak dimulai dari lapangan hijau Camp Nou. Ada cerita menarik yang menyertai awal mula perjalanan ajaibnya, mulai dari Rocafonda hingga dipeluk hangat oleh Messi kecil.

Langkah Awal yang Penuh Makna

Perjalanan luar biasa ini mungkin sudah ditakdirkan sejak ia masih bayi. Pada bayi berusia lima bulan bernama Lamine Yamal didandani untuk sesi pemotretan kalender amal Barcelona dan UNICEF. Dalam foto yang kini viral kembali, terlihat Lionel Messi muda sedang memandikan Yamal kecil, ditemani sang ibu.

Bagi fotografer Joan Monfort, momen itu kini terasa lebih dari sekadar potret kampanye amal. “Dulu saya tidak percaya takdir, tapi sekarang saya percaya,” ungkapnya. Sebuah ungkapan sederhana namun kuat yang menggambarkan bagaimana sejarah dan masa depan bisa bersinggungan dalam satu momen kecil.

Dari Rocafonda untuk Dunia

Rocafonda, lingkungan tempat Yamal tumbuh di kota Mataro, sekitar 32 kilometer dari Barcelona, menjadi bagian penting dalam identitas dirinya. Setiap kali mencetak gol, Yamal merayakannya dengan gestur tangan membentuk angka 304, kode pos kampung halamannya.

Dalam lingkungan yang dikenal dengan tingkat imigrasi tinggi dan tantangan sosial yang kompleks, Yamal tumbuh membawa harapan. Ia menjadi inspirasi nyata bahwa mimpi besar dapat lahir dari tempat yang sering kali terpinggirkan dalam narasi sukses.

Kini, tulisan di dinding Rocafonda tak hanya sekadar angka atau simbol perlawanan, tetapi juga pesan semangat: “Lebih banyak Lamine Yamal, lebih sedikit penggusuran.”

Menghormati Akar Budaya

Lahir dari pasangan berbeda negara, ayahnya Mounir berasal dari Maroko dan ibunya Sheila dari Guinea Ekuatorial, Yamal memiliki identitas budaya yang kaya. Meski kini mewakili Timnas Spanyol, ia tetap menghormati dan mengangkat latar belakang keluarganya.

Sepatu yang ia kenakan kerap dihiasi tiga bendera: Spanyol, Maroko, dan Guinea Ekuatorial. Hubungan yang dekat dengan keluarga, terutama sang nenek dan sepupu yang kini menjadi sopir pribadinya, menunjukkan bahwa Yamal tak pernah lepas dari lingkaran orang-orang terdekat.

"Melihat orang tua saya hidup dengan tenang, itu tak ternilai," ucapnya tulus kepada ESPN. “Ketika nenek menelepon dan bilang dia baik-baik saja, rasanya luar biasa. Tak tergantikan.”

Barcelona dan Taruhan Besar

Keputusan Barcelona untuk merekrut Yamal dari klub lokal C.F. La Torreta pada 2014 merupakan langkah yang penuh keyakinan. Usianya baru tujuh tahun saat itu, namun Direktur Teknik Barca kala itu, Jordi Roura, percaya ia layak mendapatkan kesempatan.

“Kami pikir dia layak untuk dipertaruhkan,” ujar Roura. Dan seperti yang kini terbukti, itu adalah salah satu keputusan paling visioner dalam sejarah akademi La Masia.

Debut Tak Terlupakan

Tanggal 29 April 2023 menjadi titik awal kiprah Yamal di level senior bersama Barcelona. Masuk menggantikan Gavi di menit ke-83 dalam laga melawan Real Betis, papan skor menampilkan kombinasi angka unik. Angka 30 untuk Gavi dan 41 untuk Yamal secara tak langsung membentuk angka 304, simbol Rocafonda.

Xavi Hernandez, pelatih Barcelona saat itu, tak ragu mempromosikannya dari akademi. Apalagi performanya di level usia sudah mengesankan, dengan torehan 357 gol dalam 249 pertandingan resmi.

Diego Kochen, kiper muda Barcelona, bahkan mengingat satu momen magis saat sesi latihan. “Ada bola 50:50 dari tengah lapangan, dia volley langsung ke gawang. Saya sampai tak percaya,” kenangnya.

Pemecah Rekor Termuda

Sejak itu, Yamal melesat. Ia memecahkan berbagai rekor usia baik di klub maupun di tim nasional. Ia menjadi

-Pemain termuda tampil dan mencetak gol di La Liga untuk Barcelona
-Pemain termuda debut dan mencetak gol untuk Timnas Spanyol
-Pencetak gol termuda di ajang Euro
-Pemain termuda tampil di El Clasico
-Pemain termuda mencapai 100 penampilan untuk Barcelona
-Pencetak gol termuda di semifinal Liga Champions

Setiap rekor yang ia pecahkan seolah menjadi penanda bahwa ia berada di jalur yang berbeda dari pemain-pemain lainnya. Waktu seakan tak berlaku sama bagi Yamal, dan batas-batas usia yang selama ini menjadi standar dalam sepak bola profesional kini terasa begitu lentur di hadapannya.

Fokus dan Masa Depan

Dengan usia yang kini genap 18 tahun, Lamine Yamal telah mencapai pencapaian yang luar biasa. Namun tantangan ke depan akan lebih besar. Menjaga konsistensi, tetap rendah hati, dan mengelola sorotan media yang terus datang adalah ujian berikutnya.

Namun bila melihat bagaimana ia menghadapi sorotan sejak kecil, bagaimana ia mencintai akar budayanya, dan bagaimana ia tampil dewasa jauh melebihi usianya, ada keyakinan bahwa Yamal akan terus melangkah ke level lebih tinggi bersama Barcelona.

Kini dunia menyaksikan dan Barcelona bersiap menyambut era baru. Era Lamine Yamal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index