JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menegaskan komitmen transformasi digital dan inovasi layanan dengan berpartisipasi dalam Philip Kotler Museum of Marketing with Hermawan Kartajaya, yang resmi dibuka di 88 Kasablanka, Jakarta. Dalam museum bertaraf internasional ini, KAI hadir dengan instalasi visual bertajuk KAI Journey, yang menggambarkan evolusi strategis layanan transportasi kereta api dari masa kemerdekaan hingga era digital modern.
Museum ini merupakan hasil kolaborasi antara pakar pemasaran dunia Philip Kotler dan tokoh pemasaran Indonesia, Hermawan Kartajaya, yang juga menjabat sebagai Founder & Chair MCorp. Museum ini dirancang sebagai ruang edukatif dan interaktif untuk memperkenalkan konsep pemasaran modern dengan sentuhan lokal yang relevan bagi perusahaan dan konsumen Indonesia.
Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo, menjelaskan bahwa keikutsertaan KAI dalam museum ini merepresentasikan strategi korporasi dalam menjadikan transformasi digital sebagai inti dari kegiatan pemasaran masa kini dan masa depan.
“Kolaborasi ini merepresentasikan strategi KAI dalam memosisikan transformasi digital sebagai tulang punggung pemasaran masa depan,” ujar Didiek saat peresmian museum.
Didiek juga menegaskan bahwa KAI ingin menunjukkan kepada publik bahwa sektor transportasi dapat menjadi pionir dalam membentuk lanskap pemasaran nasional yang berbasis pada inovasi teknologi dan pengalaman pelanggan yang unggul.
“Partisipasi KAI dalam museum ini menunjukkan bagaimana sektor transportasi dapat menjadi pionir perubahan dalam lanskap pemasaran Indonesia,” tambahnya.
Evolusi Pemasaran KAI: Dari Marketing 1.0 ke Era 6.0
Instalasi KAI Journey menggambarkan tahapan transformasi layanan yang dijalankan KAI selama hampir delapan dekade. Proses tersebut dibagi dalam beberapa fase strategis yang sejalan dengan teori evolusi pemasaran dari Philip Kotler, yakni dari Marketing 1.0 hingga Marketing 6.0.
1945–2008: KAI fokus membangun infrastruktur dasar dan mengoperasikan layanan secara manual. Penjualan tiket masih konvensional dan kondisi stasiun belum memenuhi standar kenyamanan. Fase ini mencerminkan Marketing 1.0 yang berfokus pada produk.
2009–2015: KAI mulai menerapkan pendekatan pelanggan sentris. Inovasi seperti e-Kios, boarding pass elektronik, dan gerbong khusus perempuan mulai diperkenalkan. Stasiun juga mulai ditata ulang agar lebih nyaman dan aman.
2016–2021: Transformasi digital menjadi pusat strategi. Aplikasi Access by KAI diluncurkan sebagai platform layanan terpadu untuk pemesanan tiket, makanan, hotel, serta pelacakan real-time. Sistem e-boarding pass mempercepat proses check-in penumpang.
Sejak 2022: KAI mengadopsi teknologi canggih dan berkelanjutan, seperti face recognition untuk akses stasiun dan fitur carbon footprint pada aplikasi Access by KAI. Produk premium seperti kereta compartment dan panoramic juga diluncurkan, memperkuat daya saing layanan KAI di pasar modern.
KAI juga berkontribusi dalam proyek strategis nasional, termasuk Kereta Cepat Whoosh dan LRT Jabodebek, yang mengukuhkan peran BUMN ini dalam integrasi transportasi modern dan ramah lingkungan di Indonesia.
Komentar Hermawan Kartajaya: Adaptive Marketing Kunci Inovasi
Founder & Chair MCorp Hermawan Kartajaya turut memberikan apresiasi atas keikutsertaan KAI dalam museum ini. Menurutnya, KAI telah menunjukkan bagaimana perusahaan lokal bisa mengintegrasikan prinsip pemasaran global ke dalam strategi digital berbasis data dan teknologi.
“Transformasi KAI bukan sekadar digitalisasi, melainkan bentuk konkret adaptive marketing yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat modern,” ujar Hermawan.
Ia menambahkan bahwa partisipasi KAI dalam museum ini menjadi contoh nyata bagi perusahaan lain bahwa inovasi tidak melulu soal teknologi, tetapi juga soal membangun relasi jangka panjang dengan pelanggan melalui pendekatan yang humanis dan berkelanjutan.
Ruang Edukasi Publik Tentang Inovasi Layanan
Melalui instalasi di Philip Kotler Museum of Marketing, masyarakat diajak untuk memahami perjalanan panjang KAI dalam membangun layanan yang adaptif terhadap perubahan zaman. Keterlibatan KAI di museum ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sektor transportasi dan BUMN lainnya untuk terus berinovasi.
Museum ini terbuka untuk umum dan diharapkan menjadi ruang belajar interaktif bagi pelajar, profesional, maupun masyarakat luas yang ingin memahami dinamika pemasaran modern dari perspektif lokal maupun global.
Dengan keikutsertaan ini, KAI menegaskan visinya sebagai penyedia layanan transportasi berbasis teknologi dan keberlanjutan yang siap menjawab tantangan era pemasaran digital dan kebutuhan masyarakat Indonesia yang semakin dinamis.