JAKARTA - Langkah penguatan bisnis kembali ditempuh PT Link Net Tbk. (LINK) melalui perolehan pendanaan berskala besar dari lembaga keuangan internasional.
Perusahaan penyedia infrastruktur jaringan ini resmi mengamankan fasilitas pinjaman berjangka dengan nilai total mencapai Rp5,81 triliun.
Pendanaan tersebut menjadi bagian dari strategi perusahaan dalam menopang ekspansi usaha serta menjaga struktur keuangan tetap sehat di tengah transformasi model bisnis yang dijalankan.
Pendanaan jumbo itu berasal dari dua institusi keuangan global, yakni International Finance Corporation (IFC) dan Asian Development Bank (ADB). Kerja sama ini menegaskan kepercayaan lembaga internasional terhadap prospek bisnis serta arah pengembangan Link Net ke depan, khususnya dalam memperkuat infrastruktur digital nasional.
Kesepakatan Pinjaman dari Lembaga Internasional
Sekretaris Perusahaan Link Net, Rininta Agustina Widya Pratika, menjelaskan bahwa perseroan telah menandatangani perjanjian pinjaman berjangka dengan IFC dan ADB pada 18 Desember 2025.
Fasilitas pendanaan tersebut terbagi atas pinjaman dari IFC sebesar Rp3,32 triliun serta pinjaman dari ADB senilai Rp2,49 triliun.
Rininta menyampaikan bahwa masing-masing fasilitas pinjaman memiliki jangka waktu hingga 9 tahun. Skema pendanaan jangka panjang ini dinilai memberikan ruang yang cukup bagi perseroan dalam mengelola arus kas serta mendukung rencana pengembangan usaha secara berkelanjutan.
“Tujuan penggunaan dana untuk membiayai belanja modal dan membiayai kembali utang,” paparnya.
Dukungan Pendanaan untuk Aktivitas Usaha
Lebih lanjut, Rininta menegaskan bahwa pinjaman tersebut tunduk pada berbagai kondisi prasyarat dan kondisi lanjutan yang menjadi bagian dari ketentuan pelaksanaan transaksi. Hal ini merupakan praktik umum dalam pendanaan berskala besar yang melibatkan lembaga keuangan internasional.
Ia juga menekankan bahwa penggunaan dana telah dirancang secara terukur agar tidak menimbulkan tekanan terhadap kondisi keuangan perseroan. Menurutnya, langkah pembiayaan ini justru ditujukan untuk memperkuat fondasi bisnis Link Net ke depan.
“Pinjaman dilakukan untuk membiayai belanja modal dan membiayai kembali utang guna mendukung kegiatan usaha perseroan dan tidak akan memberikan dampak negatif bagi kondisi keuangan perseroan,” ujarnya.
Pendanaan tersebut diharapkan mampu meningkatkan fleksibilitas keuangan perusahaan dalam menjalankan rencana strategis, terutama pada sektor infrastruktur jaringan yang membutuhkan investasi berkelanjutan.
Fokus Ekspansi Jaringan Serat Optik
Sebelumnya, Direktur Utama Link Net, Kanishka Gayan Wickrama, mengungkapkan bahwa sebagian besar belanja modal atau capital expenditure perseroan dialokasikan untuk ekspansi home pass. Sepanjang tahun ini, LINK telah menggulirkan lebih dari 350.000 home pass baru untuk layanan fiber to the home.
Menurut Wickrama, langkah ini menjadi bagian penting dari transformasi bisnis perusahaan. Link Net mulai mengoperasikan model bisnis terbaru sejak kuartal IV/2024, terutama setelah proses transfer pelanggan residensial dari EXCL. Transformasi tersebut mendorong LINK untuk lebih fokus pada penguatan infrastruktur dan layanan berbasis bisnis ke bisnis.
Ekspansi jaringan serat optik dinilai sebagai fondasi utama untuk mendukung pertumbuhan layanan internet berkecepatan tinggi di berbagai wilayah Indonesia.
Strategi Bisnis dan Kolaborasi ISP
Wickrama menjelaskan bahwa terdapat tiga area utama yang menjadi fokus ekspansi Link Net sepanjang tahun ini. Strategi pertama adalah menyediakan infrastruktur serat optik independen bagi operator di pasar yang ingin memperoleh akses jaringan serat optik tanpa harus membangun sendiri.
Strategi kedua adalah menyediakan konektivitas dan solusi untuk segmen perusahaan. Sementara strategi ketiga mencakup penyediaan konten, baik linear maupun over the top (OTT), dengan model bisnis business to business.
“Strategi utama adalah menyediakan infrastruktur serat optik independen untuk operator di pasar yang ingin mendapatkan akses ke infrastruktur serat optik, menyediakan konektivitas dan solusi untuk perusahaan, serta menyediakan konten, baik linear maupun OTT, dengan model business to business [B2B],” kata Wickrama.
Di bidang infrastruktur serat optik, LINK saat ini telah bekerja sama dengan lebih dari 15 internet service provider (ISP) di Indonesia. Perusahaan menyediakan infrastruktur jaringan bagi ISP-ISP tersebut untuk memberikan layanan internet kepada pelanggan residensial.
Kolaborasi ini memperkuat posisi Link Net sebagai penyedia infrastruktur jaringan yang bersifat netral dan terbuka, sekaligus mendukung pemerataan akses internet di berbagai daerah.
Dengan dukungan pendanaan dari IFC dan ADB, Link Net optimistis dapat mempercepat ekspansi bisnisnya sekaligus menjaga keberlanjutan operasional perusahaan.
Pendanaan tersebut menjadi salah satu fondasi penting dalam mendorong pertumbuhan layanan digital nasional melalui penguatan jaringan serat optik.