Modal Asing

Modal Asing Kembali Masuk, Rupiah Diproyeksi Menguat Ke Depan

Modal Asing Kembali Masuk, Rupiah Diproyeksi Menguat Ke Depan
Modal Asing Kembali Masuk, Rupiah Diproyeksi Menguat Ke Depan

JAKARTA - Arus pergerakan dana global mulai menunjukkan arah yang lebih positif bagi Indonesia. Di tengah dinamika ekonomi dunia yang masih dipengaruhi ketegangan geopolitik dan fluktuasi pasar keuangan, Indonesia dinilai berada pada posisi yang relatif stabil. 

Kondisi ini tercermin dari kembalinya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik, yang menjadi sinyal kuat membaiknya kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi nasional.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan optimisme bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan bergerak menguat ke depan. 

Ia menilai tekanan terhadap rupiah masih tergolong moderat bila dibandingkan dengan sejumlah negara berkembang lain, sehingga memberikan ruang pemulihan yang lebih besar bagi mata uang domestik.

Rupiah Dinilai Lebih Tangguh dari Negara Emerging

Menurut Purbaya, depresiasi rupiah terhadap dolar AS masih relatif terkendali dibandingkan dengan mata uang negara emerging lainnya seperti India, Turki, dan Argentina. Kondisi ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas ekonomi Indonesia yang tetap terjaga meski berada di tengah ketidakpastian global.

“Di pasar keuangan domestik aliran modal asing kembali masuk ditopang menurunnya ekspektasi pasar atas depresiasi rupiah serta terjaganya currency risk dan country risk Indonesia pada level yang rendah. Kalau dilihat risiko depresiasinya menurun, itu panahnya turun ke bawah terus itu menunjukkan ekspektasi depresiasi (rupiah) menurun. Artinya, rupiah menguat ke depan,” ujar Purbaya.

Ia menambahkan bahwa persepsi risiko yang rendah menjadi faktor utama investor kembali menempatkan dananya di Indonesia. Stabilitas makroekonomi dan kebijakan fiskal yang terjaga dinilai mampu meredam gejolak eksternal yang kerap memengaruhi pergerakan mata uang negara berkembang.

Pasar Keuangan Domestik Tunjukkan Sinyal Positif

Selain dari sisi nilai tukar, indikator pasar keuangan domestik juga menunjukkan penguatan. Purbaya menyebut Indeks Harga Saham Gabungan pada semester kedua 2025 terus mengalami penguatan meskipun sempat bergerak fluktuatif. Volatilitas tersebut dinilai wajar dalam konteks penyesuaian pasar global.

Aliran modal asing yang kembali masuk memberikan dukungan terhadap kinerja pasar saham dan obligasi nasional. Investor dinilai semakin selektif dan cenderung memilih negara dengan fundamental ekonomi kuat serta risiko yang terkendali, di mana Indonesia masuk dalam kategori tersebut.

“Di pasar obligasi negara penurunan yield terjadi banyak negara emerging. Sementara negara maju justru mengalami kenaikan yield akibat tekanan fiskal meningkat,” jelas Purbaya.

Penurunan imbal hasil obligasi di negara berkembang menunjukkan meningkatnya minat investor terhadap instrumen utang di kawasan tersebut. Indonesia pun turut merasakan dampak positif dari pergeseran preferensi investasi global ini.

Dinamika Global Masih Jadi Tantangan

Meski kondisi domestik relatif stabil, Purbaya mengingatkan bahwa dinamika ekonomi global tetap perlu dicermati. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China masih berlangsung dan berpotensi memengaruhi arus perdagangan serta investasi global. Namun demikian, ia menilai prospek ekonomi dunia masih cukup tangguh.

Bank Sentral AS, The Federal Reserve, kembali memangkas suku bunga sejalan dengan ekspektasi pasar. Kebijakan pelonggaran moneter ini diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi global di kisaran 3 persen sepanjang periode 2025 hingga 2026.

Lingkungan suku bunga global yang lebih rendah berpotensi mendorong aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Kondisi ini memberikan peluang tambahan bagi penguatan nilai tukar rupiah serta pendalaman pasar keuangan domestik.

Pergerakan Komoditas Ikut Mempengaruhi

Dari sisi harga komoditas, Purbaya menjelaskan adanya tekanan pada sejumlah komoditas utama. Harga minyak Brent dan batu bara tercatat melemah, terutama dipicu oleh kekhawatiran terhadap kondisi oversupply di pasar global. Pelemahan harga ini turut memengaruhi kinerja sektor terkait, meskipun dampaknya dinilai masih terkendali.

“Harga minyak brent, batu bara melemah terutama dipicu oleh concern oversupply. Harga CPO kontraksi secara year to date sejak Oktober 2025 dipicu peningkatan produksi namun masih tinggi sebesar 9% secara year on year,” tambahnya.

Meski demikian, kontribusi sektor komoditas terhadap perekonomian nasional dinilai tetap solid. Pemerintah terus memantau pergerakan harga global guna memastikan stabilitas penerimaan negara dan menjaga keseimbangan neraca perdagangan.

Dengan kombinasi aliran modal asing yang kembali masuk, risiko ekonomi yang terkendali, serta prospek global yang relatif stabil, pemerintah optimistis rupiah memiliki ruang untuk menguat. Kepercayaan investor yang terjaga menjadi kunci utama dalam memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global yang masih berlangsung.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index