JAKARTA - Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat penurunan signifikan sebesar 1,49% menuju angka Rp 3.970 pada perdagangan 10 Februari 2025. Volume transaksi harian mencapai 202 juta saham dengan 45.984 kali frekuensi perdagangan, menghasilkan nilai transaksi sebesar Rp 804,58 miliar. Aliran dana asing mencatat net sell sebesar Rp 76,3 miliar dari total nilai transaksi jual yang mencapai Rp 526 miliar.
Dalam pengamatan kinerja sejak awal tahun (year to date), saham BBRI telah mengalami penurunan sebesar 5,70%, dan dalam satu tahun terakhir, saham ini mengalami koreksi hingga 34,11%.
Analisis valuasi menunjukkan bahwa saham BBRI semakin menarik bagi investor. Rasio price to book value (PBV) tercatat 2,38 kali, berada di bawah rata-rata PBV standar deviasi tiga tahun yang mencapai 2,52 kali. Sementara itu, rasio price earning ratio (PER) tercatat 9,84 kali berdasarkan trailing twelve months (TTM), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata PE standar deviasi tiga tahun yang sebesar 14,84 kali.
Felix Darmawan, Senior Equity Research Analyst Panin Sekuritas, memberikan pandangan mengenai kondisi saham BBRI baik secara fundamental maupun teknikal. "Secara fundamental, saham BBRI dinilai mixed di tengah turbulensi yang melanda masyarakat kelas menengah dan bawah. Penurunan daya beli dan inflasi mengganggu, sehingga membuat kredit BBRI rentan," ungkap Felix kepada B-Universe dalam wawancara daring pada 14 Januari 2025.
Dari sisi teknikal, Felix menilai tren saham BBRI dalam kondisi bearish. Ia mencatat bahwa pada 13 Januari 2025, saham BBRI menembus level kritis di bawah Rp 4.000. "Adanya peningkatan risiko dari investor asing yang cukup agresif melakukan net sell mengonfirmasi penurunan saham BBRI dalam beberapa bulan terakhir," lanjut Felix.
Melihat ke depan, Felix memproyeksikan bahwa saham BBRI masih berpotensi terkoreksi lebih lanjut hingga mencapai level Rp 3.600. "Hal ini didorong oleh aksi jual investor asing yang diyakini masih akan terus berlanjut," tambahnya.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Sunarso, juga menyoroti tren koreksi pada saham perbankan. "Bukan hanya BRI, sejumlah bank lain juga mengalami penurunan saham. Bank yang lain juga turun," ujar Sunarso kepada Investor Daily, mengisyaratkan kondisi sektoral yang masih dalam tekanan.
Di tengah penurunan harga saham ini, peluang buyback saham menjadi topik yang menarik perhatian investor. Peluang buyback ini dianggap sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kepercayaan pasar sekaligus meningkatkan nilai saham di mata investor.
Dengan kondisi pasar yang terus bergerak dinamis, BBRI dan manajemennya terus memantau perkembangan dan siap mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi tantangan yang ada. Buyback saham dipandang sebagai salah satu dari beberapa opsi yang dapat membantu memperbaiki kinerja saham BBRI yang saat ini tengah berada dalam tren penurunan.
Sementara itu, pelaku pasar terus memantau kebijakan dan langkah yang akan diambil oleh manajemen BBRI dalam menangani kondisi ini. Buyback saham yang didanai dari cadangan kas perusahaan bisa menjadi sinyal positif bagi investor bahwa perusahaan memiliki keyakinan terhadap prospek masa depan yang lebih cerah.
Tekanan yang dihadapi saham sektor perbankan ini menjadi perhatian utama dalam sesi perdagangan mendatang. Investor diharapkan tetap berhati-hati dan mempertimbangkan segala faktor risiko yang ada sebelum mengambil keputusan investasi. Buat investor yang berhati-hati dan strategis, momen koreksi ini bisa saja menjadi peluang emas untuk memperoleh saham BBRI dengan harga yang lebih menarik.