JAKARTA - Kadar gula darah yang tinggi kerap dianggap masalah sepele, padahal dapat menimbulkan komplikasi serius seperti diabetes, gangguan ginjal, hingga risiko serangan jantung.
Gula darah tinggi, atau hiperglikemia, bisa terjadi pada siapa saja, termasuk mereka yang tidak memiliki riwayat diabetes.
Salah satu penyebab utama adalah pola makan yang tinggi karbohidrat atau gula. Konsumsi minuman manis, nasi putih, dan makanan cepat saji dengan indeks glikemik tinggi dapat memicu lonjakan gula dalam darah.
Tubuh kemudian memproduksi lebih banyak insulin untuk menurunkan kadar gula. Namun jika kondisi ini berlangsung terus-menerus, tubuh bisa menjadi resisten terhadap insulin, meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Selain itu, beberapa obat juga dapat memengaruhi gula darah. Steroid dan diuretik tiazid, misalnya, dapat meningkatkan produksi gula atau mengganggu pengelolaan glukosa tubuh. Oleh karena itu, penting memantau gula darah secara rutin jika sedang mengonsumsi obat-obatan tersebut.
Gula Darah Tinggi pada Penderita Diabetes
Pada penderita diabetes, kadar gula darah dapat meningkat karena pola makan yang tidak terkontrol atau penggunaan obat dan insulin yang tidak tepat. Konsumsi makanan manis atau berlemak berlebihan dapat memicu lonjakan gula darah.
Ketika obat atau insulin tidak dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan, risiko hiperglikemia meningkat.
Selain pola makan dan pengobatan, faktor lain juga dapat memengaruhi gula darah. Infeksi atau kondisi tubuh yang sedang stres dapat memicu pelepasan hormon kortisol dan adrenalin, yang secara alami meningkatkan kadar gula dalam darah.
Hal ini menjelaskan mengapa penderita diabetes perlu lebih berhati-hati saat tubuh sedang tidak fit atau mengalami tekanan fisik.
Gejala dan Tanda Awal Hiperglikemia
Gula darah tinggi biasanya tidak menunjukkan gejala secara langsung, namun terdapat beberapa tanda yang patut diwaspadai. Sering merasa haus, mudah lapar meskipun sudah makan, serta sering buang air kecil adalah gejala klasik.
Selain itu, penglihatan kabur dapat muncul karena gula darah tinggi menarik air dari lensa mata, mengganggu kemampuan melihat.
Jika gula darah tetap tinggi dan tidak diobati, tubuh mulai mengeluarkan keton, yang berpotensi menimbulkan ketoasidosis. Kondisi ini serius dan bisa menyebabkan penurunan kesadaran hingga koma, terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol.
Mengenali tanda awal hiperglikemia penting agar tindakan pencegahan bisa dilakukan sebelum komplikasi terjadi.
Cara Mengendalikan dan Mencegah Gula Darah Tinggi
Mengendalikan gula darah memerlukan pendekatan holistik yang mencakup pola makan sehat, olahraga, dan pengelolaan stres. Mengurangi makanan dengan indeks glikemik tinggi dan menggantinya dengan beras merah, ubi jalar, atau sayuran hijau seperti bayam dan kale dapat membantu menstabilkan kadar gula.
Olahraga juga berperan penting dalam pengelolaan gula darah. Aktivitas fisik membuat tubuh menggunakan insulin lebih efisien, sehingga gula darah menurun. Jalan kaki rutin selama 30 menit sehari sudah cukup membantu tubuh mengatur kadar glukosa.
Selain itu, pengelolaan berat badan menjadi strategi pencegahan efektif. Penurunan 5–7 persen dari berat badan dapat menurunkan risiko diabetes hingga 58 persen. Tidur yang cukup dan manajemen stres juga sangat penting, karena kondisi fisik dan mental memengaruhi kemampuan tubuh mengatur gula darah.
Dengan menjaga pola makan, rutin berolahraga, serta memperhatikan stres dan tidur, tubuh bisa mempertahankan kadar gula darah ideal. Pencegahan hiperglikemia bukan hanya untuk penderita diabetes, tetapi juga bagi mereka yang berisiko tinggi, seperti orang dengan riwayat keluarga diabetes atau obesitas.
Gula darah tinggi memang berisiko, namun langkah-langkah sederhana dan konsisten bisa menjaga tubuh tetap sehat. Memahami penyebab, mengenali tanda awal, serta menerapkan pola hidup sehat merupakan strategi efektif untuk mengendalikan gula darah secara alami, sekaligus mencegah komplikasi serius di masa depan.