JAKARTA - Seekor hiu tutul ditemukan terdampar di Pantai Pagak, Purworejo, Jawa Tengah, pada 7 Desember 2025. Hiu sepanjang 4 meter dan berat sekitar satu ton itu sudah dalam kondisi mati saat ditemukan, lalu dikubur di lokasi.
Kejadian ini bukanlah yang pertama; beberapa kasus serupa terjadi di perairan Indonesia, menimbulkan pertanyaan: mengapa hiu terbesar dunia sering terdampar di wilayah ini?
Hiu tutul atau hiu paus (Rhincodon typus) adalah ikan terbesar yang masih hidup di bumi. Spesies ini menghuni perairan tropis, termasuk Indonesia, serta perairan beriklim hangat di sekitarnya.
Namun, populasinya terus menurun akibat aktivitas manusia, mulai dari penangkapan ikan, tabrakan kapal, hingga polusi laut. Kini, hiu paus masuk daftar merah IUCN sebagai hewan yang “terancam punah.”
Pola Terdampar dan Faktor Lingkungan Laut
Dalam beberapa tahun terakhir, laporan hiu paus terdampar di Indonesia meningkat, menimbulkan kekhawatiran akan upaya pemulihan populasinya. Studi terbaru memetakan lokasi-lokasi terdamparnya hiu paus selama satu dekade terakhir, serta mengaitkan fenomena ini dengan dinamika oseanografi.
“Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa insiden terdampar memiliki pola spasial dan temporal yang jelas, dengan titik tertentu dan musim tertentu ketika kasus meningkat,” ujar Mochamad Iqbal Herwata, manajer senior konservasi spesies di Konservasi Indonesia (KI).
Para peneliti mendokumentasikan 115 kejadian terverifikasi yang berasal dari pemberitaan dan data lapangan. Analisis menunjukkan konsentrasi regional yang jelas, terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Hiu paus yang terdampar hidup atau baru mati mendominasi catatan, sementara penanganan yang paling umum adalah penguburan atau pelepasliaran.
Kasus terdampar tunggal lebih sering terjadi dibandingkan terdampar massal. Meski tingkat keberhasilan pelepasliaran mencapai 71%, angka kematian tetap tinggi. Studi juga mengidentifikasi hotspot utama di sepanjang pesisir selatan Jawa, dengan lokasi yang muncul secara berurutan, sporadis, atau baru meningkat intensitasnya pada 2022-2023.
Dampak Aktivitas Manusia dan Musim Upwelling
Analisis ilmuwan mengungkap bahwa faktor manusia berperan signifikan memperburuk risiko hiu paus terdampar. Aktivitas seperti penggunaan alat tangkap, lalu lintas kapal, dan polusi pesisir meningkatkan kemungkinan hiu paus mengalami cedera atau terseret ke wilayah dangkal.
Selain itu, fenomena alam seperti musim upwelling memengaruhi insiden terdampar massal. Upwelling menciptakan arus laut dingin yang kaya nutrien, menarik hiu paus untuk mencari makan. Namun, interaksi antara perilaku alami hiu paus dan tekanan manusia seringkali meningkatkan peluang mereka terdampar.
Penguatan jaringan penyelamatan menjadi kunci untuk meningkatkan peluang hidup bagi hiu paus yang masih bertahan. Kehilangan individu juvenil berpotensi mengurangi kontribusi jangka panjang terhadap reproduksi dan pemulihan populasi. Dampak ini tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga memengaruhi status konservasi hiu paus di tingkat kawasan Indo-Pasifik.
Ancaman Populasi Hiu Paus dan Perlunya Strategi Pencegahan
Jumlah hiu paus global telah menurun tajam dalam beberapa dekade. Di wilayah Indo-Pasifik, lebih dari separuh populasinya hilang. Jika kasus terdampar terus meningkat, peluang pemulihan populasi yang sudah kritis akan semakin kecil.
Meskipun penyebab pasti tidak selalu jelas, bukti ilmiah mengarah pada kombinasi faktor: konsumsi plastik, cedera akibat alat tangkap, dan perubahan lingkungan mendadak yang memicu stres bagi hiu paus.
Para ilmuwan menekankan bahwa informasi ini bisa menjadi dasar bagi pemerintah untuk beralih dari pendekatan reaktif ke strategi pencegahan berbasis risiko, termasuk perlindungan habitat, regulasi aktivitas perikanan, serta penguatan sistem monitoring dan penyelamatan.
Dengan memahami pola terdampar, musim kritis, dan faktor manusia yang memengaruhi hiu paus, diharapkan konservasi dapat lebih efektif. Penelitian ini menegaskan pentingnya upaya kolektif, mulai dari pemerintah, ilmuwan, hingga masyarakat, untuk menjaga keberlanjutan spesies terbesar di lautan dunia ini.