AR LIUR

Risiko Mengoleskan Air Liur pada Luka Anak Menurut Dokter

Risiko Mengoleskan Air Liur pada Luka Anak Menurut Dokter
Risiko Mengoleskan Air Liur pada Luka Anak Menurut Dokter

JAKARTA - Mengoleskan air liur ke luka kecil sering kali muncul sebagai respons spontan, terutama ketika anak tiba-tiba terjatuh atau mengalami goresan ringan. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh keyakinan turun-temurun bahwa air liur memiliki kemampuan alami untuk membersihkan luka dan mempercepat penyembuhan. 

Meski terdengar sederhana dan dianggap wajar oleh sebagian orang tua, metode ini ternyata menyimpan sejumlah risiko kesehatan yang kerap diabaikan. Para ahli menegaskan bahwa air liur bukanlah pengganti antiseptik dan tidak dirancang untuk perawatan luka secara medis.

Salah satu ahli yang menyoroti praktik ini adalah dokter spesialis anak, dr. Miza Afrizal, Sp.A. Ia menjelaskan bahwa meskipun terdapat sedikit dasar biologis terkait kandungan tertentu dalam air liur, penggunaannya untuk mengobati luka tidak dianjurkan. 

Melalui penjelasannya, pemahaman tentang potensi bahaya dan langkah penanganan luka yang lebih tepat dapat membantu orang tua menghindari risiko infeksi maupun komplikasi pada anak.

Pemahaman Baru tentang Mitos Air Liur pada Luka Anak

Kepercayaan bahwa air liur mampu membantu menyembuhkan luka telah beredar luas, bahkan dianggap sebagai naluri alami. Namun, menurut dr. Miza, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Praktik ini lebih tepat disebut sebagai mitos yang berkembang tanpa landasan medis yang kuat.

“Sejauh yang saya tahu itu mitos. Walaupun sebenarnya kalau mau dicari-cari faktanya mungkin bisa karena air liur kita sedikit mengandung antiseptik pembunuh bakteri,” ujar dr. Miza.

Ia menjelaskan bahwa keberadaan antibakteri alami dalam air liur berkaitan dengan fungsi mulut sebagai saluran konsumsi makanan. Karena itu, makanan yang kita makan tidak harus sepenuhnya steril. 

“Makanya kita pada saat kita makan, makanan kita enggak harus steril-steril banget kan,” tambahnya. Meski demikian, fungsi tersebut tidak lantas membuat air liur aman digunakan untuk merawat luka terbuka.

Keterbatasan Air Liur dalam Membunuh Kuman Luka

Walaupun air liur memiliki sedikit kandungan antibakteri, kemampuannya sangat terbatas. Menurut dr. Miza, air liur tidak dapat menggantikan peran antiseptik medis dalam membersihkan atau melindungi luka dari infeksi. Luka pada anak umumnya terpapar debu, tanah, atau kotoran lainnya sehingga membutuhkan penanganan yang tepat.

“Seberapa kuat dia bisa membunuh kuman kan ada batasnya. Kalau misalnya enggak pakai antiseptik enggak bisa,” jelasnya. Bila air liur digunakan pada luka yang sudah terkontaminasi, kemampuan tubuh mencegah masuknya kuman akan semakin lemah. Dalam kondisi tersebut, air liur justru dapat memperburuk situasi.

Selain itu, terdapat risiko lain yang sering diabaikan: kebersihan mulut. Dr. Miza menegaskan bahwa mulut manusia adalah tempat hidup berbagai jenis bakteri. Saat kebersihan mulut tidak terjaga dengan baik, bakteri dapat berpindah melalui air liur dan masuk ke area luka, meningkatkan potensi infeksi. 

“Risiko sebaliknya bisa, apalagi kalau misalnya oral hygiene kita enggak bagus, kita malah justru menghasilkan luka,” ungkapnya.

Risiko Infeksi dan Alasan Praktik Ini Harus Dihentikan

Risiko penggunaan air liur pada luka anak tidak hanya berasal dari kemampuan antibakteri yang terbatas, tetapi juga dari kemungkinan perpindahan bakteri berbahaya dari mulut ke kulit yang terluka. 

Luka terbuka adalah pintu masuk ideal bagi kuman, dan air liur tidak memiliki kapasitas untuk menutup risiko tersebut. Terlebih lagi, banyak luka anak terjadi saat mereka bermain, sehingga besar kemungkinan telah terpapar kotoran.

Pada kondisi demikian, air liur bukan hanya tidak membantu, tetapi juga berpotensi memperparah situasi. Ketika bakteri dari mulut masuk ke luka, infeksi dapat berkembang dan menyebabkan peradangan, nyeri, bahkan komplikasi serius jika tidak ditangani. 

Karena itu, dr. Miza mengingatkan bahwa praktik tradisional ini tidak boleh dijadikan pilihan utama dalam perawatan luka.

Hingga saat ini, ia menegaskan bahwa belum ada penelitian medis yang mendukung penggunaan air liur sebagai bentuk penyembuhan luka. “Sejauh yang saya tahu, penelitiannya belum ada,” ujarnya. 

Ia mengaku pernah mencari informasi terkait praktik tersebut, namun bukti ilmiah tidak menunjukkan adanya manfaat yang signifikan. Ia kemudian menegaskan bahwa anggapan tersebut sebaiknya tidak dipercaya. “Bisa dibilang mitos. Jangan dipercaya banget,” tutupnya.

Cara Penanganan Luka Anak yang Lebih Aman dan Tepat

Untuk menghindari risiko infeksi, orang tua perlu memahami langkah penanganan luka yang aman dan sesuai standar medis. Dr. Miza menyarankan agar penanganan dimulai dengan membersihkan luka menggunakan air mengalir. Tahap ini membantu mengangkat kotoran yang menempel sekaligus mengurangi jumlah bakteri.

Setelah luka bersih, barulah antiseptik dapat digunakan untuk membantu mencegah infeksi. Pendekatan ini jauh lebih aman dan efektif dibandingkan mengoleskan air liur, terutama pada luka yang terbuka atau terpapar kotoran. Dengan penanganan yang benar

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index