JAKARTA - Amerika Serikat kini menghadapi perhatian serius terkait kemajuan teknologi China di bidang bioteknologi. Senator Demokrat Mark Warner menyoroti peran perusahaan Beijing Genomics Institute (BGI) yang berpotensi menyaingi raksasa teknologi seperti Huawei.
Menurut Warner, jika Huawei saja sudah begitu besar, “BGI pasti akan lebih besar lagi,” ujar dia.
BGI berawal sebagai entitas riset genomik nasional di Beijing. Dari proyek genom nasional, perusahaan ini berkembang menjadi entitas komersial yang bekerja di berbagai bidang kesehatan, penelitian, dan farmasi.
Perusahaan tersebut kini menjadi pusat perhatian karena skala data genetik yang dikumpulkannya, baik di dalam maupun luar China.
Kekuatan Data Genetik dan Pengaruh Global
Perusahaan ini mengumpulkan DNA dari rumah sakit, perusahaan farmasi, hingga lembaga penelitian di puluhan negara. Layanan yang ditawarkan mencakup pengurutan DNA, skrining kanker, tes prenatal, dan analisis genetik populasi besar.
Dengan kemampuan ini, BGI dianggap memiliki salah satu koleksi data genetik terbesar di dunia.
Data genetik bukan hanya soal informasi medis. Washington Post mencatat, informasi ini bisa mengungkap leluhur, ciri fisik, risiko penyakit, dan hubungan keluarga.
Selain itu, data tersebut dapat digunakan untuk pengawasan, pelacakan individu, hingga penelitian biologi jangka panjang. Potensi ini membuatnya masuk ranah keamanan nasional, karena akses ke data genetik bisa menjadi aset strategis bagi negara manapun yang memilikinya.
Kekhawatiran Bioteknologi Militer
Ketakutan terbesar muncul ketika kemampuan bioteknologi ini dikaitkan dengan penelitian militer. Ada kemungkinan teknologi ini digunakan untuk mengembangkan “tentara super” melalui modifikasi genetik.
John Ratcliffe, mantan Direktur Intelijen Nasional AS pada 2020, pernah menyebut China tengah mengumpulkan DNA populasi, membangun basis data militer, dan memodelkan kinerja manusia berbasis kecerdasan buatan.
Warner menyoroti bahwa skala dan kemampuan BGI saat ini bisa sebanding dengan strategi Huawei beberapa tahun lalu. “Kembali ke masa delapan atau sembilan tahun lalu dan kebanyakan orang belum pernah dengar soal Huawei,” ujar Warner, menekankan bagaimana sebuah perusahaan teknologi dapat berkembang pesat sebelum pesaing siap menghadapi.
Ketertarikan AS terhadap kemajuan teknologi China saat ini bukan tanpa alasan. Intelijen menilai bahwa pendekatan komersial BGI memiliki potensi strategis yang berbeda dengan perusahaan milik negara atau militer.
Hal ini menimbulkan pertanyaan: seberapa siap AS menghadapi risiko teknologi komersial yang bisa berdampak pada keamanan nasional?
Tantangan Intelijen dan Strategi Masa Depan
Menurut Warner, aparat intelijen AS lambat menanggapi ancaman dari bioteknologi komersial dibandingkan pada teknologi pemerintah atau militer asing.
Kurangnya perhatian khusus pada inovasi yang berkembang di sektor privat bisa membuat AS kehilangan momentum untuk merespons lebih awal.
Kisah BGI menunjukkan bagaimana perusahaan yang awalnya bergerak di bidang penelitian medis dapat menjadi pusat perhatian global karena potensi strategis datanya.
Dengan akses ke informasi genetik jutaan orang, perusahaan ini bisa memengaruhi berbagai sektor, mulai dari kesehatan hingga keamanan. Hal ini sekaligus menjadi peringatan bagi AS untuk memperkuat kemampuan intelijen dan regulasi terkait bioteknologi internasional.
Meski saat ini BGI berfokus pada layanan medis dan penelitian, perhatian terhadap potensi militernya tidak bisa diabaikan. Mengingat sejarah Huawei yang tumbuh cepat dengan teknologi kompetitif, AS diminta untuk mempersiapkan strategi menyeluruh agar tetap kompetitif di bidang bioteknologi dan tidak tertinggal dalam persaingan global.