JAKARTA - Belakangan ini, unggahan edukasi kesehatan ramai dibicarakan karena menjelaskan bahwa otot betis berperan seperti “jantung kedua” manusia.
Penjelasan ini membuat banyak warganet penasaran, apakah klaim itu benar secara medis. Otot betis berfungsi memompa darah dari kaki kembali ke jantung. Mekanisme ini terjadi ketika otot berkontraksi, mendorong aliran darah vena ke arah atas melawan gravitasi.
Kekuatan otot betis sangat memengaruhi lancarnya aliran balik vena. Bila pompa betis bekerja optimal, tekanan di pembuluh darah kaki tetap stabil sehingga sistem kardiovaskular ikut terbantu.
Sebaliknya, jika pompa melemah, tekanan kronis di vena bisa meningkat dan memicu gangguan seperti varises. Kondisi ini biasanya ditandai kaki mudah bengkak, urat menonjol, atau pelebaran vena terlihat di permukaan kulit.
Mengetahui fungsi betis sebagai “jantung kedua” penting agar masyarakat lebih sadar menjaga kesehatan otot ini. Aktivitas harian yang melibatkan kontraksi betis, seperti berjalan atau naik tangga, bukan hanya bermanfaat untuk kebugaran kaki, tetapi juga untuk sirkulasi darah secara keseluruhan.
Varises dan Masalah Sirkulasi yang Perlu Diwaspadai
Varises bukan sekadar masalah penampilan. Sering kali, ini merupakan tanda awal bahwa sirkulasi vena di kaki mulai menurun.
Gangguan pompa betis biasanya ditunjukkan lewat kaki yang cepat bengkak, urat vena terlihat menonjol, atau rasa berat pada betis. Kondisi ini bisa menyebabkan rasa tidak nyaman dan berpotensi memengaruhi kesehatan jantung bila dibiarkan.
Selain varises, gangguan sirkulasi dapat menyebabkan kaki terasa pegal, mudah lelah, dan risiko pembekuan darah lebih tinggi. Untuk mencegah hal ini, menjaga kekuatan otot betis menjadi strategi penting. Latihan sederhana bisa meminimalkan risiko varises dan mendukung kesehatan pembuluh darah.
Mengetahui gejala awal gangguan sirkulasi membantu individu mengambil langkah preventif. Misalnya, membatasi duduk terlalu lama, rutin melakukan gerakan kaki, atau mengombinasikan aktivitas ringan yang melibatkan betis agar darah tetap mengalir lancar.
Latihan Betis untuk Sirkulasi Optimal
Dokter spesialis jantung menekankan latihan ringan sebagai kunci menjaga kekuatan pompa betis.
Beberapa gerakan yang bisa dilakukan tanpa alat khusus antara lain jalan cepat, heel raises atau calf raises, serta naik turun tangga. Aktivitas ini membantu otot betis memompa lebih kuat, menurunkan tekanan vena, dan secara tidak langsung mendukung kerja jantung.
Melakukan latihan rutin 30 menit per hari cukup untuk melancarkan aliran darah di kaki. Aktivitas ini juga memberi manfaat tambahan, termasuk meningkatkan stamina, membakar kalori, serta menjaga fleksibilitas otot betis.
Latihan sederhana seperti ini sangat efektif dan bisa dilakukan kapan saja, baik di rumah, kantor, maupun saat berjalan di luar.
Selain itu, mengombinasikan latihan betis dengan pola hidup sehat seperti hidrasi cukup, menjaga berat badan ideal, dan konsumsi makanan tinggi serat membantu sistem kardiovaskular bekerja lebih optimal. Langkah-langkah ini bersifat preventif sekaligus mendukung kebugaran secara menyeluruh.
Kesadaran Kesehatan dan Pencegahan Jangka Panjang
Menjaga otot betis tetap kuat bukan hanya soal estetika atau kebugaran kaki, tetapi juga kunci kesehatan jantung dan sistem sirkulasi secara keseluruhan. Otot betis yang sehat membantu memompa darah lebih efisien, menurunkan risiko gangguan vena, dan mendukung performa jantung secara jangka panjang.
Pencegahan melalui latihan rutin dan aktivitas fisik sederhana merupakan strategi paling efektif dibandingkan mengatasi gangguan setelah muncul. Kesadaran ini penting agar masyarakat lebih memperhatikan fungsi otot betis, termasuk saat beraktivitas sehari-hari.
Dengan kombinasi latihan betis, pola makan sehat, dan gaya hidup aktif, risiko varises, kaki bengkak, atau masalah sirkulasi lainnya bisa diminimalkan. Betis yang kuat memberikan keuntungan ganda: kaki sehat dan jantung yang lebih terlindungi.
Kesadaran ini membantu masyarakat mengambil tindakan preventif sejak dini, menjadikan “jantung kedua” selalu siap mendukung tubuh secara optimal.