MENDENGKUR

Risiko Mendengkur terhadap Penyakit Jantung dan Penjelasannya

Risiko Mendengkur terhadap Penyakit Jantung dan Penjelasannya
Risiko Mendengkur terhadap Penyakit Jantung dan Penjelasannya

JAKARTA - Banyak orang menganggap mendengkur hanya sebagai kebiasaan tidur yang mengganggu kenyamanan pasangan atau lingkungan. Namun, di balik suara bergetar tersebut, terdapat sejumlah indikasi medis yang tidak boleh diabaikan. 

Para ahli menilai bahwa dengkuran, terutama yang terjadi berat dan berulang, tidak sekadar masalah posisi tidur semata. Kebiasaan ini dapat menjadi tanda adanya gangguan pada saluran napas yang berpotensi berkaitan dengan kesehatan jantung. 

Dalam sejumlah penelitian dan pernyataan pakar, mendengkur bahkan disebut dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, termasuk gangguan kardiovaskular.

Menurut direktur bedah dr. Nithin Adappa, mendengkur muncul akibat getaran di saluran napas bagian atas. Ia menjelaskan, “Mendengkur disebabkan oleh getaran pada area mana pun di saluran napas atas.

 Hal ini dapat berasal dari sumbatan pada rongga hidung, langit-langit lunak, atau pangkal lidah,” ungkapnya melansir Best Life. Seiring pertambahan usia, keparahan dengkuran cenderung meningkat karena jaringan lunak di saluran napas semakin rileks. 

Faktor lain seperti konsumsi alkohol, struktur saluran napas yang sempit, riwayat keluarga, masalah hidung, hingga berat badan berlebih juga dapat memperburuk dengkuran.

Dengkuran ringan pada umumnya bukan masalah besar. Namun, jika dengkuran terjadi berat, keras, atau disertai jeda napas, kondisi ini bisa mengarah pada obstructive sleep apnea (OSA). 

Tanda lain OSA meliputi terbangun sambil terengah, rasa kantuk berlebihan di siang hari, atau napas terhenti saat tidur yang mungkin disadari pasangan. Jika gejala ini mulai muncul secara rutin, pemeriksaan lebih lanjut sangat disarankan.

Pemahaman Mengenai Sleep Apnea dan Dampaknya pada Tubuh

Untuk memahami risiko mendengkur, penting mengenali apa itu sleep apnea. Kondisi ini dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu central, obstructive, dan complex. Di antara ketiganya, bentuk obstructive atau OSA merupakan jenis yang paling umum terjadi. 

Cleveland Clinic menjelaskan bahwa, “Obstructive sleep apnea adalah kondisi ketika adanya sumbatan atau penyempitan pada saluran napas menghambat aliran udara melalui tenggorokan saat anda tidur.” Ketika suplai udara berkurang, kadar oksigen dalam darah menurun dan memicu otak untuk membangunkan tubuh agar kembali bernapas.

Walaupun respon ini penting untuk mempertahankan fungsi pernapasan, gangguan tidur yang terjadi berulang kali dapat memengaruhi kondisi fisik secara keseluruhan. Orang yang mengalami OSA sering kali merasa telah tidur cukup lama, tetapi tetap mengantuk keesokan harinya. 

Kondisi ini terjadi karena kualitas tidur sangat buruk akibat seringnya tubuh terbangun dalam waktu singkat tanpa disadari. Dalam jangka panjang, pola tidur yang terganggu dapat menurunkan fungsi organ vital, termasuk jantung.

Kaitan OSA dengan Risiko Penyakit Jantung dan Gangguan Kardiovaskular Lainnya

Dampak OSA terhadap kesehatan jantung telah lama menjadi perhatian dunia medis. Ahli bedah kepala dan leher, dr. Marilene B. Wang, menegaskan bahwa gangguan tidur ini memiliki hubungan erat dengan meningkatnya risiko penyakit jantung.

 “Jika seseorang memiliki obstructive sleep apnea, mereka dapat memiliki peningkatan risiko penyakit jantung,” ujarnya. 

Menurutnya, tubuh harus bekerja lebih keras untuk bernapas selama tidur, sementara jeda napas menyebabkan kadar oksigen terus turun dan memberikan tekanan tambahan pada jantung.

Pandangan tersebut diperkuat oleh dr. Dana L. Crosby yang menjelaskan bahwa OSA berkaitan dengan berbagai gangguan kesehatan kronis. Ia menuturkan bahwa OSA dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, diabetes, stroke, serangan jantung, hingga gagal jantung. 

Penelitian dalam Journal of Clinical Sleep Medicine menunjukkan bahwa OSA meningkatkan risiko gagal jantung sebesar 140 persen, risiko stroke sebesar 60 persen, dan risiko penyakit jantung koroner sebesar 30 persen.

American Heart Association (AHA) juga mencatat bahwa 40-80 persen pasien dengan hipertensi, gagal jantung, penyakit arteri koroner, fibrilasi atrium, dan stroke memiliki OSA. Sayangnya, kondisi ini sering kali tidak dikenali sejak awal. 

Banyak pasien tidak menyadari bahwa kebiasaan mendengkur dapat menjadi tanda masalah kesehatan yang lebih serius, sehingga penanganannya terlambat dilakukan.

Pentingnya Pemeriksaan dan Penanganan Dini bagi Penderita Mendengkur

Ketika kebiasaan mendengkur mulai terasa mengganggu atau diiringi gejala tambahan seperti jeda napas, rasa tersedak saat tidur, atau kantuk ekstrem di siang hari, pemeriksaan medis sangat dianjurkan. Menurut dr. Crosby, dokter biasanya akan merekomendasikan pemeriksaan tidur atau polisomnografi untuk mendeteksi adanya sleep apnea. 

Setelah diagnosis ditegakkan, pemeriksaan lanjutan diperlukan untuk menentukan pengaturan CPAP (continuous positive airway pressure), sebuah alat yang umum digunakan sebagai tahap awal penanganan OSA. 

“CPAP adalah alat umum yang biasanya menjadi langkah pertama untuk mengatasi sleep apnea,” kata Crosby.

Selain penggunaan CPAP, beberapa perubahan gaya hidup dapat membantu meredakan OSA ringan. Anjuran umum meliputi membatasi konsumsi alkohol, tidur menyamping, menggunakan bantal penyangga, serta mengatasi gangguan hidung seperti hidung tersumbat. Menurunkan berat badan juga terbukti memberi dampak besar. 

“Saat kita menurunkan berat badan, dinding tenggorokan dan lidah menjadi lebih tipis dan ruang untuk bernapas menjadi lebih besar,” jelas dr. Ofer Jacobowitz. Sebaliknya, penambahan berat badan dapat memperparah dengkuran dan memicu sleep apnea.

Dalam kasus tertentu, pembedahan dapat dilakukan untuk mengurangi jaringan berlebih seperti amandel yang membesar, langit-langit mulut yang panjang, atau memperbaiki struktur hidung. 

Namun, prosedur operasi biasanya hanya direkomendasikan jika penggunaan CPAP tidak efektif atau sulit ditoleransi. Meski demikian, CPAP tetap menjadi pilihan utama dalam perawatan sleep apnea karena tingkat keberhasilannya yang tinggi dan manfaatnya yang luas bagi fungsi pernapasan serta kesehatan jantung.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index