JAKARTA - Laju kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia terus menunjukkan dinamika menarik sepanjang 2025. Pergerakan wisata global yang semakin pulih menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi yang konsisten menarik perhatian wisatawan asing, baik dari kawasan Asia Tenggara maupun wilayah lain.
Meskipun fluktuasi bulanan masih terjadi, gambaran umum sepanjang tahun menunjukkan tren positif yang memperkuat posisi sektor pariwisata sebagai salah satu motor pemulihan ekonomi nasional. Kunjungan yang naik turun tidak lagi dilihat sebagai ancaman, melainkan bagian dari pola perjalanan global yang dipengaruhi musim, kebijakan, hingga preferensi wisatawan.
Ketika memasuki triwulan terakhir 2025, perkembangan angka wisman semakin menjadi sorotan, bukan hanya karena jumlahnya yang meningkat tetapi juga karena komposisi dan pola perjalanan yang menghasilkan sejumlah temuan menarik.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang bagaimana wisatawan mancanegara memilih Indonesia sebagai destinasi serta bagaimana wisatawan Indonesia sendiri berperan dalam arus lalu lintas turis di kawasan Asia Tenggara.
Di tengah perubahan perilaku wisata, negara-negara tetangga juga memainkan peran besar. Malaysia, Australia, dan Singapura menunjukkan dominasinya sebagai penyumbang terbesar wisatawan ke Indonesia. Namun di sisi lain, warga Indonesia juga menjadi salah satu pelaku perjalanan terbesar yang mengunjungi Malaysia pada periode yang sama. Arus dua arah ini menandakan bahwa mobilitas masyarakat antarnegara di Asia Tenggara kini semakin aktif setelah masa jeda panjang akibat pandemi beberapa tahun lalu.
Melihat pola ini, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan wisata tidak hanya ditentukan peningkatan dari luar, tetapi juga dari kebiasaan perjalanan warga Indonesia sendiri yang semakin terbuka. Kondisi tersebut turut mendukung industri pariwisata dan transportasi lintas negara yang kini kembali bergerak secara stabil.
Pergerakan Wisatawan Sepanjang Oktober
Data BPS mencatat bahwa jumlah turis asing yang berkunjung ke Indonesia pada Oktober 2025 mencapai 1,33 juta kunjungan. Angka ini memperlihatkan penurunan sebesar 4,83 persen jika dibandingkan dengan September 2025. Meski demikian, kinerja pada Oktober masih lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, dengan meningkatnya kunjungan sebesar 11,19 persen dibandingkan Oktober 2024.
Penurunan bulanan ini bukan sesuatu yang mengkhawatirkan mengingat faktor musiman sering memengaruhi keputusan wisatawan. Sebaliknya, kenaikan tahunan yang konsisten justru menjadi indikator penting bahwa Indonesia semakin kembali diminati sebagai destinasi utama kawasan.
Dari sisi mobilitas regional, tren perjalanan menunjukkan bahwa negara-negara terdekat masih mendominasi arus wisata. Malaysia memimpin jumlah kedatangan wisman pada Oktober, memperlihatkan kedekatan geografis dan kemudahan akses sebagai faktor pendorong utama. Australia dan Singapura juga mempertahankan posisi kuatnya sebagai pasar yang stabil.
Capaian Kunjungan Januari hingga Oktober
Sepanjang periode Januari-Oktober 2025, jumlah wisatawan mancanegara tercatat mencapai 12,76 juta kunjungan. Capaian ini merupakan peningkatan sebesar 10,32 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya atau 2024, sehingga menunjukkan perkembangan signifikan dalam pemulihan sektor pariwisata.
Malaysia tercatat memberikan kontribusi terbesar dengan 17,13 persen dari total kunjungan. Disusul Australia dengan 11,95 persen dan Singapura sebesar 9,43 persen. Komposisi ini menegaskan bahwa negara-negara tetangga tetap menjadi pasar kuat bagi pariwisata Indonesia.
Yang menarik, dalam waktu yang sama, wisatawan asal Indonesia juga menjadi kelompok turis asing terbanyak yang berkunjung ke Malaysia. Hal ini menunjukkan adanya hubungan perjalanan dua arah yang intens antara kedua negara. Dari total perjalanan wisatawan nasional pada Oktober 2025 yang mencapai 725,42 ribu perjalanan, sekitar sepertiganya dilakukan menuju Malaysia.
Arus perjalanan ini memperlihatkan bagaimana keterhubungan Indonesia-Malaysia terus meningkat, bukan hanya dari sisi kunjungan masuk ke Indonesia, tetapi juga dari mobilitas keluar masyarakat Indonesia yang semakin aktif.
Pola Lama Tinggal Turis Asing
Selain jumlah kunjungan, durasi lama tinggal juga menjadi indikator penting untuk mengukur dampak ekonomi wisatawan asing. Pada Oktober 2025, turis asing diketahui menghabiskan waktu rata-rata selama 9,80 malam di Indonesia.
Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya menjadi destinasi persinggahan singkat, tetapi juga tempat wisata yang menarik bagi kunjungan panjang. Namun pola ini berbeda jika dilihat dari sisi kawasan. Wisatawan asal Asia Tenggara memiliki rata-rata lama tinggal paling singkat, yaitu 4,50 malam.
Sebaliknya, wisatawan asal Eropa menghabiskan waktu lama tinggal yang jauh lebih panjang, mencapai 15,67 malam. Hal ini sangat dipengaruhi jarak, biaya perjalanan, serta preferensi eksplorasi yang cenderung lebih luas di kalangan wisatawan Eropa.
Jika dirinci berdasarkan kebangsaan, lama tinggal wisatawan asal Yaman tercatat paling lama, yaitu 25,66 malam. Sementara itu, turis asal Timor Leste memiliki lama tinggal paling singkat, hanya 2,37 malam.
Data ini memberikan gambaran bahwa latar belakang negara asal dan tujuan perjalanan sangat memengaruhi perilaku wisatawan saat berkunjung ke Indonesia.
Mobilitas Wisata di Asia Tenggara Semakin Menguat
Pertumbuhan wisata antarnegara Asia Tenggara menjadi bagian penting dari perkembangan pariwisata Indonesia. Tidak hanya kunjungan dari Malaysia, Australia, dan Singapura yang mendominasi, tetapi juga peningkatan mobilitas wisatawan Indonesia menuju Malaysia. Aktivitas perjalanan dua arah ini berpotensi besar meningkatkan kerja sama pariwisata regional.
Selain itu, durasi tinggal wisatawan yang berbeda-beda memberi peluang bagi sektor pariwisata untuk merancang strategi yang lebih terarah, misalnya memaksimalkan layanan untuk wisatawan Eropa yang cenderung tinggal lebih lama atau memperbaiki promosi bagi wisatawan Asia Tenggara agar memperpanjang waktu kunjungannya.
Dengan pola kunjungan yang lebih stabil, pariwisata Indonesia menghadapi peluang besar untuk menguatkan posisi sebagai destinasi favorit dunia. Tren positif sepanjang 2025 menjadi indikator penting bahwa sektor pariwisata sedang berada dalam jalur pemulihan yang kuat.