KULINER

Inovasi Kuliner Dubai Hadirkan Koki AI Pertama Dunia

Inovasi Kuliner Dubai Hadirkan Koki AI Pertama Dunia
Inovasi Kuliner Dubai Hadirkan Koki AI Pertama Dunia

JAKARTA - Dubai kembali menunjukkan ambisinya sebagai kota masa depan dengan menghadirkan inovasi kuliner yang tidak hanya memanfaatkan teknologi canggih, tetapi juga menggugah rasa penasaran publik global.

Dubai kembali menunjukkan ambisinya sebagai kota masa depan dengan menghadirkan inovasi kuliner yang tidak hanya memanfaatkan teknologi canggih, tetapi juga menggugah rasa penasaran publik global. 

Kota yang dikenal dengan gedung pencakar langit dan kemajuan teknologinya ini kini mengizinkan hadirnya sebuah konsep restoran unik bernama Woohoo—tempat di mana kecerdasan buatan tidak hanya menjadi pelengkap, tetapi juga dilibatkan sebagai “koki”. Perdebatan pun muncul, bukan hanya karena keberadaan teknologi ini, tetapi juga karena kreativitas ekstrem yang dihasilkan dari AI tersebut.

Woohoo memperkenalkan Chef Aiman, sosok koki digital yang dilatih menggunakan ribuan resep dari berbagai tradisi kuliner, studi gastronomi molekuler, serta penelitian kuliner selama puluhan tahun. 

Dengan kemampuan mengoptimalkan menu dan menyeimbangkan rasa, Chef Aiman menjadi pusat perhatian sekaligus perwakilan baru dari bagaimana teknologi dapat masuk ke dapur profesional. Konsep tersebut selaras dengan identitas Dubai yang memiliki kementerian khusus untuk kecerdasan buatan, sekaligus selalu berupaya berada di garis depan kemajuan global.

Meski tampil sebagai inovasi futuristik, peran manusia di restoran ini tidak serta-merta tergantikan. Pekerjaan fisik dalam menyiapkan dan menyajikan makanan tetap dilakukan oleh tim dapur manusia, menciptakan kolaborasi unik antara kreativitas digital dan sentuhan manusia. Woohoo pun sukses memantik diskusi internasional mengenai arah masa depan kuliner.

Kreasi Rasa Baru dan Atmosfer Restoran yang Futuristik

Di antara sederet menu fusion internasional yang ditawarkan Woohoo, ada satu hidangan yang langsung mencuri perhatian dunia: tartare dinosaurus. Hidangan ini mencoba menghadirkan kembali sensasi rasa reptil purba dengan memanfaatkan teknologi pemetaan DNA. 

Dibanderol sekitar 58 dolar Australia atau setara Rp632 ribu, hidangan daging mentah tersebut disajikan di atas piring yang berdenyut sehingga menimbulkan kesan seolah hidangannya ‘bernapas’. Visual yang dramatis ini menciptakan pengalaman baru bagi para pelanggan, mempertegas identitas restoran sebagai tempat eksplorasi rasa yang tak biasa.

Kesan futuristik tidak hanya hadir melalui makanannya, tetapi juga melalui interior restoran. Woohoo dilengkapi dengan pencahayaan neon, animasi sci-fi, hologram yang dihasilkan AI, serta sebuah komputer silinder raksasa yang berfungsi sebagai mainframe digital. 

Mainframe ini menjadi pusat dari seluruh pertunjukan visual dan teknologi restoran, menciptakan suasana imersif bagi pengunjung. Konsep seperti ini sangat cocok dengan pola konsumsi masyarakat Dubai yang familiar dengan kemewahan dan teknologi canggih.

Di media sosial, konsep ini meledak. Avatar Chef Aiman yang ditampilkan dalam video tips dan resep turut menjadi bagian dari strategi digital yang sukses menarik perhatian publik.

 Meskipun begitu, tokoh manusia tetap memainkan peran penting. Serhat Karanfil, koki manusia di Woohoo, bertugas mengawasi proses memasak dan memastikan presentasi akhir tetap sesuai standar. Ia mengatakan bahwa meski Chef Aiman mampu menghasilkan ide-ide kreatif, keputusan akhir tetap memerlukan evaluasi rasa. 

“Kalau saya mencicipinya, misalnya, dan terlalu pedas, saya berbicara dengan koki Aiman lagi. Setelah kita berdiskusi, kita menemukan keseimbangan yang tepat,” ujarnya.

Kontroversi dan Kritik dari Kalangan Koki Profesional

Tidak semua orang menyambut kehadiran koki AI dengan antusias. Sebagian koki profesional menilai bahwa meski teknologi bisa membantu, peran seorang koki sejati tidak dapat digantikan. Kritik tajam datang dari Mohamad Orfali, koki berbintang Michelin yang dikenal melalui restoran Orfali Bros.

Menurut Orfali, konsep “koki AI” dianggap tidak realistis. Ia menegaskan kepada AFP, “Saya tidak percaya padanya.” Dalam pandangannya, memasak bukan sekadar mengikuti formula atau data, tetapi juga membutuhkan sesuatu yang ia sebut sebagai “nafas”—istilah Arab untuk menggambarkan nuansa personal, jiwa seorang koki, dan emosi yang tersirat dalam setiap hidangan. “Kecerdasan buatan tidak memiliki perasaan dan ingatan; singkatnya, tidak memiliki NAFAS... Itu tidak bisa menanamkannya ke dalam makanan,” kata Orfali.

Baginya, pengalaman subjektif yang dibawa oleh seorang koki manusia tidak dapat digantikan oleh algoritma apa pun. Kritiknya menggambarkan kekhawatiran sebagian kalangan kuliner bahwa adopsi teknologi secara ekstrem dapat menghilangkan seni memasak yang selama ini dikaitkan erat dengan pengalaman manusia.

AI sebagai Pendamping Dapur dan Respon Publik Dubai

Meski kritikan muncul, tidak dapat dipungkiri bahwa AI memiliki peran yang dapat membantu di dapur. Orfali sendiri mengakui bahwa AI bisa digunakan dalam tugas-tugas administratif, seperti mengatur jadwal dapur atau membantu riset. Namun ia menegaskan, “Itu tidak akan matang,” merujuk pada kemampuan AI yang terbatas dalam eksekusi kreatif maupun intuisi memasak yang dimiliki manusia.

Terlepas dari debat itu, Woohoo berhasil menarik perhatian masyarakat. Dubai dikenal dengan budaya konsumsi teknologi tinggi, dan ide-ide baru seperti koki AI dinilai sangat cocok dengan karakter kota tersebut. 

Banyak pelanggan datang karena rasa penasaran dan keinginan mencoba konsep yang belum pernah ada sebelumnya. Salah satu pelanggan bernama Dio bahkan mengatakan, “Ini adalah konsep yang sangat kreatif, jadi saya pikir saya harus mengalaminya sendiri, hidangannya luar biasa.”

Ahmet Oytun Cakir, salah satu pendiri restoran, menyatakan bahwa Dubai selalu menjadi tempat yang mendukung ide-ide baru. “Semua orang mendukung ide-ide ini di sini, di Dubai,” katanya. Woohoo pun memanfaatkan dukungan besar ini melalui strategi digital yang aktif, terutama melalui avatar koki Aiman yang berinteraksi dengan publik online.

Dengan perpaduan antara teknologi canggih, kreativitas rasa, dan kontroversi yang menarik perhatian, Woohoo menjadi simbol baru dari arah masa depan kuliner—sebuah eksperimen yang mungkin akan menginspirasi kota lain untuk bereksperimen dengan inovasi serupa.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index