Menkes

Menkes Optimis Mendapatkan Sponsor Rp24 Triliun untuk Uji Klinis Indonesia

Menkes Optimis Mendapatkan Sponsor Rp24 Triliun untuk Uji Klinis Indonesia
Menkes Optimis Mendapatkan Sponsor Rp24 Triliun untuk Uji Klinis Indonesia

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan kesiapan Indonesia untuk menarik pendanaan riset kesehatan global hingga Rp24 triliun per tahun melalui sponsor uji klinis. 

Target ini diproyeksikan dapat menghadirkan sekitar 200 sponsor internasional setiap tahun, menjadi salah satu strategi percepatan kemandirian teknologi kesehatan nasional.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa Indonesia kini memasuki fase implementasi ekosistem riset yang matang. “Ini bukan sekadar menyiapkan laboratorium. Kita bicara eksekusi, kecepatan, dan daya tarik. Indonesia harus jadi hub uji klinis global," katanya. 

Target ambisius ini, apabila tercapai, berpotensi menjadikan Indonesia sebagai sumber pembiayaan riset kesehatan terbesar di Asia Tenggara, yang konsisten setiap tahunnya menjadi magnet bagi sponsor internasional.

Budi menekankan bahwa percepatan proses riset menjadi kunci daya saing Indonesia. Proses seperti ethical approval dan durasi uji klinis menjadi fokus utama. Ia mencontohkan Korea Selatan yang mampu memproses uji klinis dalam empat minggu dan menargetkan Indonesia bisa menyingkatnya hingga dua minggu. 

“Kita ingin jadi negara yang kompetitif dan menarik bagi sponsor uji klinis dunia," ujar Menkes. Dengan perbaikan rantai proses riset, efisiensi ini akan memperkuat posisi Indonesia dalam menarik investasi global di bidang kesehatan sekaligus mempercepat inovasi terapi baru bagi masyarakat.

Indonesia saat ini tengah menyiapkan portofolio uji klinis lintas kategori inovasi kesehatan. Kandidat yang disiapkan mencakup vaksin, terapi Tuberkulosis, penyakit menahun, produk biologis mutakhir seperti terapi GLP-1 untuk obesitas dan diabetes, serta terapi injeksi long-acting untuk penyakit infeksi lainnya. 

Luasnya spektrum riset ini diharapkan menjadi daya tarik bagi sponsor global dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat inovasi kesehatan di kawasan Asia.

Teknologi Medis dan Ekosistem Masa Depan

Menkes memaparkan tiga pilar pengembangan teknologi medis masa depan, yaitu bioteknologi termasuk teknologi mRNA, kecerdasan artifisial untuk layanan klinis, dan robotika medis. Ia memberi apresiasi kepada Bio Farma yang mulai memperkuat infrastruktur uji klinis dan platform vaksin nasional. 

Penguatan teknologi mRNA menjadi prioritas karena efektivitasnya dalam respons pandemi dan potensi terapinya untuk penyakit infeksi, kanker, hingga inovasi nanoteknologi medis. Saat ini, ekosistem mRNA di Indonesia sudah berstatus operational-ready, siap digunakan untuk penelitian, akademisi, perusahaan, dan lembaga riset.

Salah satu milestone penting adalah kedatangan platform mesin mRNA ke Indonesia hasil kolaborasi Kemenkes, Bio Farma, dan mitra global. Mesin ini menjadi fondasi untuk riset dan pengembangan vaksin serta terapi inovatif. 

“Mesin ini sudah di Indonesia. Gunakan untuk riset. Gunakan untuk akademisi, perusahaan, dan lembaga riset. Jadikan ini rumah bersama untuk mendorong lompatan teknologi kesehatan Indonesia,” tegas Budi. 

Langkah ini menegaskan kesiapan Indonesia untuk melaksanakan uji klinis dengan standar internasional, serta mengembangkan teknologi medis yang relevan dan berdampak langsung bagi kesehatan masyarakat.

Selain itu, Menkes menekankan bahwa AI telah menghasilkan prototipe yang siap dikomersialisasi, sementara robotika medis sedang memperkuat ekosistemnya. Kombinasi ketiga pilar ini diharapkan membentuk fondasi pelayanan kesehatan masa depan yang lebih canggih, efisien, dan aman. 

Dengan begitu, inovasi tidak hanya berhenti pada laboratorium, tetapi juga dapat diterapkan secara nyata dalam layanan klinis dan program kesehatan nasional. Pendekatan ini memungkinkan Indonesia tidak hanya sebagai pengguna teknologi, tetapi juga produsen dan pengelola inovasi medis kelas dunia.

Strategi Nasional Memperkuat Kemandirian Teknologi

Pengembangan uji klinis dan teknologi medis menjadi bagian dari strategi besar pemerintah untuk memperkuat kemandirian nasional di bidang kesehatan. Indonesia menargetkan uji klinis yang cepat, aman, dan transparan agar dapat menarik sponsor global sekaligus menghasilkan terapi yang bermanfaat langsung bagi masyarakat.

Dengan target Rp24 triliun per tahun, pemerintah menekankan bahwa pendanaan tidak lagi menjadi kendala utama, melainkan kesiapan ekosistem, proses regulasi, dan kapasitas SDM menjadi faktor penentu kesuksesan.

Budi menekankan, kesiapan ini memungkinkan Indonesia untuk melaksanakan uji klinis inovatif lintas kategori dengan skala besar. Proses yang terstruktur, dukungan teknologi mRNA, AI, dan robotika, serta kolaborasi lintas lembaga menjadi modal penting. 

Strategi ini juga memastikan bahwa inovasi tidak hanya menguntungkan industri, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat melalui akses terapi baru, vaksin, dan produk biologis mutakhir. 

Kesiapan ekosistem ini membuka peluang Indonesia menjadi hub uji klinis regional yang kompetitif, mengurangi ketergantungan pada negara lain, dan mempercepat pengembangan teknologi kesehatan domestik.

Selain penguatan teknologi, Menkes menekankan pentingnya pengelolaan sponsor secara transparan dan efisien. Dengan target 200 sponsor global, pemerintah berharap investasi ini tidak hanya mendorong penelitian, tetapi juga memperkuat kolaborasi internasional. 

Indonesia diharapkan mampu menarik sponsor besar dari berbagai negara, membuka peluang transfer teknologi, dan meningkatkan reputasi riset kesehatan nasional. Hal ini menjadi bagian dari komitmen jangka panjang untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat inovasi kesehatan kelas dunia yang berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index