JAKARTA - Menjelang periode libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), perhatian publik tertuju pada langkah antisipasi berbagai instansi terhadap potensi meningkatnya tindak kejahatan, khususnya peredaran narkoba. Di tengah meningkatnya aktivitas masyarakat di pusat hiburan, Polri menegaskan kesiapan mereka melakukan pengawasan ekstra melalui operasi gabungan di berbagai wilayah Indonesia.
Upaya ini bukan hanya sekadar rutinitas jelang masa perayaan, tetapi juga menjadi bentuk komitmen Polri dalam menjaga ruang publik tetap aman dari ancaman narkoba yang kerap memanfaatkan momentum akhir tahun.
Langkah Polri Menghadapi Lonjakan Aktivitas di Akhir Tahun
Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Brigjen Pol Eko Hadi Santoso, menjelaskan bahwa operasi gabungan akan kembali dilaksanakan di tempat-tempat hiburan malam, mulai dari diskotik, club, bar, hingga pusat keramaian lainnya. Operasi ini dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia, terutama di kota besar yang menjadi pusat aktivitas masyarakat saat masa libur panjang.
“Menggelar operasi gabungan di tempat hiburan malam, termasuk diskotik, club, dan bar di seluruh Indonesia, terutama di kota-kota besar,” kata Eko.
Menurutnya, kegiatan pengawasan ini penting karena pola peredaran narkoba di akhir tahun menunjukkan kecenderungan meningkat. Pertambahan pengunjung dan maraknya perayaan membuat tempat hiburan malam menjadi lokasi yang rawan dimanfaatkan oleh pengedar untuk menawarkan narkoba jenis rekreasi seperti ekstasi dan sabu-sabu.
Eko menyebut setidaknya ada tiga faktor yang mendorong peningkatan aktivitas jaringan narkoba pada akhir tahun.
Faktor Pendorong Meningkatnya Peredaran Narkoba Menjelang Nataru
Faktor pertama adalah tingginya keramaian di tempat hiburan dan lokasi liburan yang menjadi pasar potensial bagi peredaran narkoba. “Akhir tahun identik dengan perayaan, pesta, dan meningkatnya aktivitas di tempat hiburan malam yang menjadi pasar potensial bagi peredaran narkoba jenis rekreasi, seperti ekstasi dan sabu-sabu,” ujarnya.
Faktor kedua berkaitan dengan meningkatnya permintaan dari pengguna. Dengan adanya waktu libur panjang, sebagian besar pengguna merasa lebih leluasa mengonsumsi narkoba tanpa terbebani rutinitas harian. Situasi ini kemudian dimanfaatkan oleh pengedar untuk mendorong penjualan.
Sedangkan faktor ketiga adalah strategi jaringan pengedar dan bandar yang memanfaatkan periode Nataru untuk meraup keuntungan besar. Mereka melihat momentum ini sebagai peluang untuk meningkatkan distribusi sebelum dan selama puncak perayaan.
“Jaringan pengedar dan bandar mencoba memanfaatkan momentum ini untuk meraup keuntungan besar sebelum dan selama periode perayaan,” kata Eko.
Melihat tren tahunan tersebut, Polri menegaskan bahwa peningkatan pengawasan di akhir tahun bukanlah sekadar formalitas, melainkan respon langsung terhadap pola peredaran narkoba yang meningkat secara signifikan setiap memasuki masa liburan panjang.
Pengawasan Ketat di Titik Rawan Peredaran Narkoba
Selain operasi di tempat hiburan, Polri memperkuat strategi dengan mengawasi jalur-jalur keluar masuk barang, baik dari dalam maupun luar negeri. Titik rawan seperti pelabuhan, bandara, hingga jalur tikus di perbatasan akan menjadi fokus utama pengamanan untuk mencegah masuknya narkoba dari jaringan internasional.
“Pengetatan pengawasan di wilayah perbatasan, pelabuhan, bandara, dan jalur-jalur tikus untuk mencegah masuknya narkoba impor dari jaringan transnasional, misalnya dari Malaysia, Golden Triangle, dan lain-lain,” ujar Eko.
Upaya ini penting mengingat banyak kasus penyelundupan narkoba yang dilakukan dalam jumlah besar dan melibatkan jaringan lintas negara. Penyelundupan melalui laut, jalur kecil di perbatasan, atau transit melalui bandara kerap dimanfaatkan sebagai jalur distribusi narkoba ke Indonesia.
Selain menjaga pintu masuk, Polri juga akan meningkatkan operasi di wilayah-wilayah permukiman yang dikenal sebagai pusat peredaran narkoba atau yang populer disebut kampung narkoba. Langkah ini dilakukan untuk memutus mata rantai distribusi dari tingkat bawah sekaligus mengubah kawasan tersebut menjadi wilayah yang bebas narkoba.
Pendekatan Terpadu untuk Ciptakan Lingkungan Aman Jelang Perayaan
Operasi gabungan jelang Nataru tidak hanya diarahkan pada pemberantasan peredaran narkoba semata, tetapi juga bertujuan memberikan rasa aman bagi masyarakat yang ingin merayakan liburan akhir tahun. Polri memastikan seluruh kegiatan dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah daerah maupun aparat keamanan lainnya, agar pengawasan berlangsung efektif.
Eko menegaskan bahwa operasi ini dilakukan secara rutin setiap akhir tahun sebagai langkah preventif untuk melindungi masyarakat dari dampak peredaran narkoba. Dengan kolaborasi berbagai elemen, Polri berharap dapat menekan aktivitas penyalahgunaan narkoba di titik-titik strategis yang rawan terjadinya transaksi.
Selain itu, penggerebekan dan penindakan di kampung narkoba diharapkan dapat menciptakan perubahan nyata. Wilayah yang selama ini dikenal sebagai pusat peredaran diharapkan bisa dipulihkan menjadi lingkungan yang lebih aman dan sehat.
Dengan memasuki masa libur panjang yang sarat perayaan, Polri berkomitmen memastikan keamanan masyarakat tetap menjadi prioritas. Upaya peningkatan patroli, operasi gabungan, hingga pengawasan titik rawan menunjukkan keseriusan Polri menghadapi ancaman narkoba yang kerap meningkat pada periode tahun baru. Melalui strategi terarah dan penguatan kerja sama lintas sektor, diharapkan ancaman tersebut dapat ditekan sehingga masyarakat dapat merayakan Nataru dengan aman dan nyaman.