OJK

OJK Dorong Bank Sesuaikan Suku Bunga dengan Stabil

OJK Dorong Bank Sesuaikan Suku Bunga dengan Stabil
OJK Dorong Bank Sesuaikan Suku Bunga dengan Stabil

JAKARTA - Dalam menghadapi dinamika pasar keuangan yang terus bergerak, industri perbankan kembali mendapatkan sorotan ketika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya penyesuaian suku bunga yang lebih terkendali. Alih-alih berfokus pada percepatan penurunan bunga semata, regulator menilai bahwa langkah bertahap dan terukur jauh lebih relevan untuk menjaga keberlanjutan sektor keuangan. 

Melalui pendekatan ini, OJK ingin memastikan tidak hanya keselarasan antara kebijakan moneter dan respon perbankan, tetapi juga terciptanya ekosistem yang sehat bagi nasabah.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan bahwa bank perlu berhati-hati menjaga ritme penyesuaian suku bunga agar kompetisi yang dihasilkan tetap konstruktif. Ia menyampaikan bahwa penetapan bunga tidak boleh menimbulkan persaingan yang tidak sehat, sekaligus tetap mengutamakan perlindungan konsumen dalam setiap informasi produk.

Penguatan Transparansi dalam Komunikasi Produk Perbankan

Dalam upaya memperkuat kepercayaan publik, OJK menekankan bahwa bank wajib menjaga transparansi yang lebih komprehensif. Hal ini mencakup penyampaian informasi produk, mulai dari struktur biaya, risiko, hingga manfaat yang melekat pada setiap layanan. Dengan keterbukaan tersebut, nasabah diharapkan mampu mengambil keputusan finansial secara bijak berdasarkan informasi memadai.

Menurut Dian, transparansi bukan lagi sekadar kewajiban administratif, tetapi bagian dari tanggung jawab institusi keuangan dalam menjaga kualitas hubungan dengan nasabah. Ketika bank mampu menjelaskan setiap komponen produknya secara jelas dan akurat, maka potensi risiko dari kesalahpahaman dapat diminimalkan. Selain itu, konsumen bisa lebih memahami pilihan yang tersedia, terutama dalam kondisi pasar yang tengah berubah akibat kebijakan moneter.

Keterbukaan informasi juga menjadi fondasi penting untuk menghindari ketimpangan pemahaman antara bank dan nasabah, terutama dalam konteks perubahan suku bunga. Dalam situasi di mana penyesuaian bunga dilakukan bertahap, terdapat kebutuhan agar konsumen memahami alasan dan dampaknya, baik bagi kredit maupun simpanan.

Respons Perbankan terhadap Penurunan BI Rate

Bank Indonesia (BI) sebelumnya telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate), dan kebijakan tersebut mulai direspons sektor perbankan. Penurunan suku bunga kredit dan dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan adanya transmisi kebijakan yang berjalan, meskipun tidak terjadi secara instan.

Secara tahunan, terjadi penurunan rerata suku bunga kredit rupiah, masing-masing sebesar 50 bps untuk Kredit Investasi (Sep-25: 8,25 persen; Sep-24: 8,75 persen) dan 41 bps untuk Kredit Modal Kerja (Sep-25: 8,46 persen; Sep-24: 8,87 persen). 

Sementara itu, dari sisi penghimpunan dana, suku bunga tertimbang DPK rupiah juga mencatat penurunan bulanan sebesar 11 bps (Sep-25: 2,78 persen; Aug-25: 2,89 persen), terutama disebabkan oleh turunnya suku bunga deposito rupiah (Sep-25: 4,96 persen; Aug-25: 5,24 persen).

Dian menjelaskan bahwa penurunan BI Rate cenderung diikuti oleh penurunan suku bunga kredit dengan jeda waktu tertentu, karena mekanisme transmisi kebijakan moneter memiliki proses yang tidak selalu langsung. Dengan kondisi tersebut, terdapat potensi ruang bagi suku bunga kredit untuk kembali turun sejalan dengan perkembangan ekonomi 2025.

OJK juga mencatat bahwa ekspektasi penurunan suku bunga global pada triwulan IV-2025 dapat menjadi salah satu pendorong tambahan bagi bank dalam melanjutkan penyesuaian bunga. Namun, penerapannya tetap akan sangat ditentukan oleh strategi internal masing-masing bank, termasuk struktur biayanya, khususnya terkait biaya dana (Cost of Fund/CoF).

Optimalisasi Pendanaan sebagai Strategi Penguatan Bank

Dalam menghadapi kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut, bank perlu menyiapkan strategi pendanaan yang lebih efisien. Dian menekankan pentingnya mengoptimalkan sumber pendanaan berbiaya murah atau low-cost funding. Langkah ini tidak hanya memperkuat fleksibilitas bank dalam menetapkan bunga kredit, tetapi juga membantu menjaga profitabilitas di tengah dinamika pasar keuangan.

Peningkatan porsi dana murah dapat memberikan ruang lebih luas bagi bank untuk menyesuaikan bunga tanpa mengorbankan stabilitas keuangan. Strategi ini menjadi sangat penting ketika persaingan bunga mulai meningkat, terutama untuk mempertahankan kemampuan bank dalam mengelola risiko dan memenuhi kebutuhan likuiditas.

Selain itu, optimalisasi pendanaan turut mendukung daya saing perbankan di tengah meningkatnya kebutuhan modal untuk ekspansi layanan digital dan penguatan infrastruktur. Dengan biaya dana yang lebih efisien, bank bisa menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit lebih agresif namun tetap prudent.

Prospek Penyesuaian Bunga dan Stabilitas Perbankan

Melihat perkembangan kondisi global menuju akhir 2025, prospek penyesuaian suku bunga nasional masih terbuka. Ekspektasi penurunan suku bunga global memberi dorongan positif bagi kebijakan domestik. Namun, langkah selanjutnya tetap memerlukan pertimbangan matang dari pihak perbankan.

OJK memandang penting bagi bank untuk menjaga keseimbangan antara respons cepat terhadap kebijakan moneter dan manajemen risiko internal. Penyesuaian suku bunga yang dilakukan sembarangan tanpa memperhitungkan struktur biaya dapat berdampak negatif bagi stabilitas keuangan. 

Oleh karena itu, regulator terus mengingatkan bank agar mengambil kebijakan yang lebih prudent dan mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang.

Dengan pengawasan yang diperketat, OJK berharap perbankan mampu menjaga kualitas layanan sekaligus memperkuat perlindungan nasabah. Pendekatan bertahap dalam penyesuaian suku bunga bukan sekadar strategi perbankan, tetapi juga bentuk menjaga keseimbangan sektor keuangan di tengah perubahan global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index