JAKARTA - Menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), sejumlah maskapai nasional dan internasional menyiapkan strategi untuk mengakomodasi lonjakan penumpang.
PT Transnusa Aviation Mandiri (Transnusa) memprediksi penerbangan akhir tahun akan naik 15% dibanding periode sama tahun sebelumnya, sementara jumlah penumpang diperkirakan meningkat 20%.
Direktur Utama Transnusa, Bayu Sutanto, menyatakan pihaknya menambah frekuensi penerbangan di lima rute utama, seperti Denpasar—Perth, Jakarta—Denpasar, dan Jakarta—Subang, tanpa perlu menambah armada.
Selain itu, Transnusa membuka rute baru, yaitu Denpasar—Singapura dan Jakarta—Penang, sebagai langkah strategis menjaring lebih banyak penumpang selama liburan.
Sementara itu, PT Pelita Air Service menyiapkan tambahan satu pesawat Airbus A320 berkapasitas 140–170 penumpang hasil sewa dari lessor. Pesawat ini mendukung peningkatan permintaan pada masa liburan akhir tahun.
Maskapai internasional, Singapore Airlines, menambah penerbangan untuk rute Medan—Singapura dan mengganti armada dengan kapasitas lebih besar untuk rute Surabaya—Singapura pada periode puncak libur.
Langkah-langkah ini menunjukkan kesiapan maskapai dalam memastikan akses transportasi udara tetap lancar, nyaman, dan aman selama Nataru.
Selain penambahan frekuensi dan armada, maskapai menyiapkan layanan ekstra bagi penumpang, termasuk komunikasi proaktif mengenai jadwal penerbangan dan protokol perjalanan.
Strategi ini bertujuan memberi kenyamanan sekaligus menjaga efisiensi operasional di bandara tersibuk, seperti Soekarno-Hatta, Ngurah Rai, Sultan Hasanuddin, Kualanamu, dan Juanda.
Kebutuhan Armada dan Rute Strategis
Proyeksi Kementerian Perhubungan memperkirakan kebutuhan 326 pesawat untuk melayani libur Nataru, terdiri dari 286 pesawat jet dan 40 pesawat propeller.
Saat ini, total armada di Indonesia mencapai 560 unit, dengan 366 pesawat siap operasi dan 194 dalam perawatan. Maskapai dengan jumlah armada terbanyak mencakup Lion Air (97 unit), Wings Air (77 unit), dan Garuda Indonesia (81 unit).
Rute domestik dan internasional diprediksi mengalami kenaikan signifikan, dengan titik pergerakan tertinggi dari dan menuju Singapura dan Kuala Lumpur.
Penambahan frekuensi penerbangan Transnusa di lima rute strategis, serta tambahan armada Pelita Air Service dan penerbangan ekstra Singapore Airlines, memperkuat kesiapan transportasi udara.
Selain itu, pemerintah mendorong koordinasi antara maskapai dan bandara untuk mengatur kapasitas terminal, parkir pesawat, dan alur keberangkatan agar tidak terjadi antrean panjang.
Persiapan ini termasuk pengaturan layanan check-in, boarding, hingga layanan bagasi, sehingga pengalaman pengguna tetap nyaman meski jumlah penumpang meningkat.
Insentif dan Penyesuaian Tarif
Pemerintah bersama operator penerbangan menyiapkan sejumlah insentif untuk menekan tarif tiket pesawat selama Nataru. Diskon PPN tiket ekonomi, pengurangan biaya layanan bandara, dan penurunan harga avtur di 37 bandara menjadi upaya penting menjaga harga tiket tetap terjangkau.
Diskon tarif berlaku untuk pembelian tiket antara 22 Oktober 2025 hingga 10 Januari 2026, dengan periode penerbangan 22 Desember 2025—10 Januari 2026.
Kebijakan ini diharapkan mendorong masyarakat lebih fleksibel dalam memilih waktu dan rute perjalanan, sekaligus mendorong maskapai menjaga ketersediaan armada dan layanan.
Penyesuaian tarif yang seimbang antara maskapai dan pemerintah menjadi strategi penting untuk meningkatkan daya tarik transportasi udara, termasuk bagi pengguna mobil listrik dan kendaraan umum lain yang memanfaatkan integrasi transportasi di kota besar.
Selain itu, komunikasi efektif mengenai tarif dan jadwal penerbangan menjadi kunci agar masyarakat dapat merencanakan perjalanan dengan baik. Penumpang yang ingin berangkat lebih awal atau memilih penerbangan alternatif dapat memanfaatkan informasi ini untuk menghindari kepadatan di bandara.
Prediksi Lonjakan Penumpang dan Efek Ekonomi
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F. Laisa, memproyeksikan jumlah penumpang domestik dan internasional meningkat dibandingkan tahun lalu. Peningkatan ini berdampak pada maskapai sekaligus sektor ekonomi lokal di sekitar bandara, termasuk akomodasi, transportasi darat, dan pariwisata.
Bandara tersibuk, seperti Soekarno-Hatta, Ngurah Rai, dan Sultan Hasanuddin, menjadi titik fokus pertumbuhan ekonomi harian selama liburan Nataru. Prediksi lonjakan penumpang menegaskan pentingnya manajemen armada dan frekuensi penerbangan yang tepat.
Penambahan armada, penggantian tipe pesawat dengan kapasitas lebih besar, serta rute tambahan menjadi langkah krusial agar layanan tetap optimal.
Strategi ini memungkinkan maskapai memaksimalkan utilisasi pesawat, termasuk pengoperasian mobil listrik untuk transportasi internal di bandara, mendukung mobilitas ramah lingkungan selama periode puncak.
Dengan persiapan matang dari pemerintah dan maskapai, masyarakat dapat menikmati layanan transportasi udara yang lancar, nyaman, dan aman.
Penambahan armada dan frekuensi penerbangan, pengaturan tarif, serta integrasi layanan transportasi menjadi jaminan libur Natal dan Tahun Baru di Indonesia berlangsung efisien bagi seluruh pengguna jasa transportasi udara.