JAKARTA - Harga sembako di Jawa Timur menunjukkan pergerakan yang berbeda-beda.
Seluruh jenis cabai mengalami kenaikan signifikan, sementara komoditas lain relatif stabil. Lonjakan harga cabai ini langsung berdampak pada pengeluaran rumah tangga dan biaya memasak harian.
Data dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) mencatat cabai rawit merah naik 9,04 persen menjadi Rp 32.706 per kilogram.
Cabai merah keriting naik 3,20 persen menjadi Rp 47.209 per kilogram, sementara cabai merah besar menguat ke Rp 51.272 per kilogram. Kenaikan serentak ini menimbulkan tekanan tambahan bagi pedagang kecil dan rumah tangga yang mengandalkan cabai sebagai bahan utama masakan.
Pergerakan harga cabai yang tinggi menuntut masyarakat lebih aktif memantau harga harian dan menyesuaikan belanja rumah tangga. Pemerintah daerah juga diminta untuk memastikan kelancaran distribusi agar kenaikan tidak berlanjut dan menimbulkan dampak lebih luas.
Komoditas Lain Tetap Stabil
Meski cabai naik, harga sembako lain cenderung stabil. Beras premium berada di Rp 14.818 per kilogram, gula kristal putih Rp 16.304 per kilogram, dan minyak goreng curah Rp 18.600 per kilogram. Daging sapi paha belakang tercatat Rp 118.929 per kilogram, daging ayam ras Rp 35.238 per kilogram, dan telur ayam ras Rp 28.013 per kilogram.
Bahan dapur lainnya, seperti garam halus Rp 9.449 per kilogram, bawang merah Rp 37.370 per kilogram, bawang putih Rp 29.983 per kilogram, serta elpiji 3 kilogram Rp 19.736, relatif stabil. Kondisi ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga lebih terfokus pada komoditas tertentu yang rawan dipengaruhi cuaca atau distribusi.
Stabilnya harga sembako lain memberikan sedikit angin segar bagi masyarakat. Namun, kenaikan cabai tetap menjadi perhatian utama karena merupakan bahan penting dalam banyak masakan sehari-hari. Pemantauan dan strategi pengelolaan stok menjadi langkah penting untuk menjaga keseimbangan kebutuhan pokok rumah tangga.
Dampak Kenaikan Cabai bagi Masyarakat
Kenaikan cabai memberi tekanan langsung pada pengeluaran dapur, terutama bagi rumah tangga dan pedagang kecil yang membeli cabai dalam jumlah besar setiap hari. Lonjakan harga ini berpotensi menurunkan daya beli masyarakat dan menimbulkan penyesuaian anggaran belanja harian.
Selain itu, kenaikan harga cabai juga memengaruhi sektor kuliner dan usaha mikro, seperti warung makan dan pedagang sayur, karena biaya produksi meningkat. Warga disarankan untuk membeli cabai secukupnya dan mencari alternatif bahan masakan yang tetap sehat dan terjangkau.
Pemerintah daerah diharapkan dapat memastikan distribusi cabai lancar dan meminimalkan praktik penimbunan yang dapat memperburuk kenaikan harga. Strategi seperti pemantauan stok pasar dan koordinasi dengan petani menjadi penting untuk menjaga stabilitas harga.
Upaya Pengawasan dan Rekomendasi
Masyarakat diimbau untuk rutin memantau perubahan harga sembako agar pengeluaran tetap terkendali. Pemerintah daerah perlu memastikan distribusi bahan pokok berjalan lancar, termasuk menjaga pasokan cabai agar tidak terjadi kekosongan di pasar.
Langkah mitigasi juga meliputi penyediaan informasi harga harian melalui berbagai kanal komunikasi agar masyarakat dapat mengambil keputusan belanja lebih bijak. Dengan pemantauan yang baik, lonjakan harga dapat diminimalkan dan keseimbangan kebutuhan pokok tetap terjaga.
Pemantauan ini menjadi strategi penting bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi rumah tangga, mencegah inflasi tinggi pada bahan pokok, dan memastikan masyarakat tetap memiliki akses ke kebutuhan dapur sehari-hari.
Keseimbangan distribusi dan harga yang terkontrol akan memberikan dampak positif bagi kehidupan sehari-hari warga Jawa Timur.