JAKARTA - Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, melakukan kunjungan kerja ke Jepang untuk meninjau langsung kapal perang JS Kumano, salah satu fregat kelas Mogami.
Agenda ini berlangsung di salah satu pangkalan angkatan laut Jepang yang strategis, di mana Menhan didampingi pejabat senior Kemhan Jepang.
Kunjungan ini menjadi bagian dari rangkaian pertemuan bilateral Indonesia–Jepang yang bertujuan memperkuat kerja sama pertahanan, termasuk interoperabilitas TNI AL dan Japan Maritime Self-Defense Force (JMSDF).
Selain JS Kumano, Menhan juga meninjau kapal JS Jingei dan Destroyer DD-151 Asagiri. Dialog yang hangat dan profesional di antara kedua pihak menekankan pertukaran informasi, maritime domain awareness, serta peluang kolaborasi industri pertahanan.
Kegiatan ini mencerminkan komitmen kedua negara untuk menjaga kawasan Indo-Pasifik tetap damai, terbuka, dan stabil. Kehadiran Menhan secara langsung memberikan sinyal penting bahwa Indonesia berperan aktif dalam membangun kerja sama pertahanan regional yang strategis.
JS Kumano: Sejarah Kunjungan dan Persahabatan Angkatan Laut
JS Kumano bukan kapal yang asing bagi Indonesia. Kapal ini sebelumnya pernah berlabuh di Jakarta selama beberapa hari sebagai bagian dari Indo-Pacific Deployment 2023.
Selama kunjungan tersebut, kegiatan yang digelar melibatkan personel TNI AL, Duta Besar Jepang, serta berbagai institusi lokal, termasuk kunjungan ke tempat bersejarah dan open ship di kapal.
Kedatangan JS Kumano disambut hangat oleh TNI AL dengan semangat “Navy Brotherhood”, yang menekankan persaudaraan dan kerja sama di antara angkatan laut kedua negara.
Selama berlabuh, berbagai kegiatan sosial dan teknis dilakukan, seperti kunjungan ke yayasan sosial, technical meeting antara perusahaan industri pertahanan Jepang dan Indonesia, serta acara khusus di atas kapal.
Kunjungan ini menunjukkan upaya berkelanjutan dalam membangun kemitraan strategis. Lebih dari sekadar pertukaran militer, kehadiran JS Kumano mempererat hubungan diplomatik dan meningkatkan saling pengertian antara Indonesia dan Jepang.
Spesifikasi dan Kapabilitas Fregat Kelas Mogami
JS Kumano adalah fregat kelas Mogami, kapal kedua yang diterima Angkatan Laut Jepang pada tahun 2022. Kapal ini memiliki panjang 132,5 meter dan lebar 16,3 meter, dengan awak sekitar 90 personel.
Propulsi gabungan diesel dan gas (CODAG) memadukan dua mesin diesel dan satu turbin gas Rolls-Royce, memungkinkan kapal berlayar hingga 30 knot.
Fregat ini dirancang dengan konsep siluman, termasuk lambung dan superstruktur tersembunyi untuk mengurangi penampang radar.
Dalam hal persenjataan, JS Kumano dilengkapi meriam utama kaliber 127 mm, rudal anti-kapal Type 17, peluncur vertikal rudal anti-udara Type 03, serta torpedo Type 12 untuk sasaran bawah laut. Pertahanan jarak dekat ditunjang CIWS SeaRAM, senapan mesin kaliber 12,7 mm, dan penabur ranjau.
Kombinasi kemampuan ofensif dan defensif ini menjadikan JS Kumano kapal perang modern yang efektif untuk berbagai misi, dari pertahanan maritim hingga operasi keamanan regional. Kehadiran kapal ini menegaskan kapasitas Jepang dalam menghadirkan teknologi angkatan laut mutakhir yang dapat bekerja sama dengan TNI AL.
Dampak Kerja Sama dan Prospek Masa Depan
Kunjungan Menhan dan tinjauan JS Kumano menjadi simbol penting dari kerja sama pertahanan Indonesia dan Jepang yang sudah berjalan puluhan tahun. Kegiatan ini tidak hanya menekankan aspek militer, tetapi juga memperkuat diplomasi pertahanan, pertukaran pengalaman, dan kolaborasi industri pertahanan.
Bagi Indonesia, momen ini memberikan kesempatan untuk mempelajari teknologi dan sistem operasi modern, sekaligus membuka peluang kerja sama di bidang manufaktur dan perawatan kapal perang.
Kedua negara menekankan pentingnya penguatan interoperabilitas, sehingga TNI AL dapat bekerja lebih efektif dengan kapal Jepang dalam misi regional.
Kerja sama ini diharapkan akan berlanjut melalui latihan bersama, pertukaran personel, dan kolaborasi industri pertahanan, yang dapat menumbuhkan hubungan bilateral lebih kokoh.
Dengan fondasi ini, kedua negara siap menghadapi tantangan keamanan maritim di Indo-Pasifik secara bersama-sama, sambil menjaga stabilitas kawasan yang kondusif bagi perdagangan dan pembangunan.