Minyak

Stabilitas Harga Minyak Jadi Sinyal Positif bagi Kepercayaan Pelaku Pasar Energi

Stabilitas Harga Minyak Jadi Sinyal Positif bagi Kepercayaan Pelaku Pasar Energi
Stabilitas Harga Minyak Jadi Sinyal Positif bagi Kepercayaan Pelaku Pasar Energi

JAKARTA - Pergerakan harga minyak kembali menjadi sorotan setelah sebelumnya mengalami penurunan tajam sekitar 4% dan kini bergerak lebih stabil. 

Kondisi ini memberi ruang bagi pelaku pasar untuk mengevaluasi ulang berbagai perkembangan, termasuk kekhawatiran mengenai potensi kelebihan pasokan global dan antisipasi terhadap sanksi baru Amerika Serikat terhadap perusahaan minyak Rusia, Lukoil. 

Dalam perdagangan terkini, minyak Brent menguat US$ 0,30 atau 0,5% ke posisi US$ 63,01 per barel. Di saat yang sama, West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan US$ 0,20 atau 0,3% menjadi US$ 58,69 per barel setelah sebelumnya melemah hingga 4,2%.

Ekspektasi bahwa harga minyak dapat memperoleh penahan alami di sekitar level US$ 60 per barel kembali mengemuka. 

Menurut Suvro Sarkar, pimpinan tim sektor energi DBS Bank, “Ada potensi dukungan kuat untuk harga minyak di sekitar US$ 60 per barel, terutama karena kemungkinan gangguan jangka pendek pada aliran ekspor Rusia ketika sanksi lebih ketat mulai berlaku.” 

Pandangan tersebut menggambarkan bahwa situasi saat ini masih mengandung potensi pergerakan signifikan, terutama ketika pasar menilai dampak sanksi yang akan berjalan.

Namun, penguatan harga belum sepenuhnya solid karena laporan otoritas energi Amerika Serikat menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah yang jauh lebih besar dari perkiraan. 

Penambahan stok bensin dan distilat yang lebih kecil dibandingkan ekspektasi juga menjadi bahan pertimbangan baru. Pasar kini menghadapi campuran faktor yang memengaruhi arah harga, mulai dari tambahan pasokan hingga ketidakpastian geopolitik yang masih berlangsung.

Lonjakan Stok Amerika Serikat dan Dampaknya Terhadap Tekanan Harga

Laporan terbaru menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah Amerika Serikat meningkat 6,4 juta barel sehingga total persediaan menjadi 427,6 juta barel. Kenaikan ini jauh melampaui proyeksi analis yang memperkirakan hanya sekitar 1,96 juta barel. 

Data serupa dari lembaga lain sebelumnya juga mencatat kenaikan sebesar 1,3 juta barel. Informasi tersebut memperkuat pandangan bahwa pasar minyak global masih menghadapi tekanan dari sisi suplai yang bertambah.

Reaksi pasar terlihat ketika harga minyak sempat turun lebih dari US$ 2 per barel setelah laporan salah satu organisasi produsen minyak utama mengindikasikan bahwa pasokan global bisa melampaui permintaan pada tahun mendatang. Perubahan proyeksi tersebut bergerak dari estimasi defisit sebelumnya menjadi potensi surplus. 

Sarkar menegaskan hal ini dengan mengatakan, “Pelemahan harga baru-baru ini dipicu revisi OPEC atas proyeksi keseimbangan supply-demand untuk 2026, yang kini mengakui kemungkinan surplus pasokan, berbeda dari sikap bullish sebelumnya.” 

Pernyataan itu menegaskan bahwa revisi perhitungan dapat memberi dampak langsung pada harga di pasar internasional.

Perhitungan lebih lanjut menunjukkan bahwa surplus pasokan dapat terjadi jika tingkat produksi dari negara-negara yang tergabung dalam kelompok produsen tetap berada pada level yang sama seperti periode sebelumnya.

 Pertumbuhan produksi dari anggota lain serta negara non-anggota juga memberikan kontribusi tambahan, sehingga situasi pasokan global menjadi lebih longgar. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi stabilitas harga dalam jangka menengah.

Proyeksi Kenaikan Pasokan Global dan Tekanan Berkelanjutan

Laporan bulanan lembaga energi internasional turut meningkatkan proyeksi pertumbuhan pasokan minyak global untuk tahun berjalan dan tahun berikutnya. Kenaikan proyeksi tersebut mempertegas indikasi bahwa pasar dapat memasuki fase surplus yang lebih besar. 

Pada saat yang sama, otoritas energi Amerika Serikat menyampaikan bahwa produksi minyak nasional diperkirakan mencapai rekor tertinggi, bahkan lebih tinggi dari prediksi awal. Kombinasi kedua laporan ini memperkuat ekspektasi bahwa pasokan global kemungkinan akan terus bertambah.

Penilaian otoritas energi menyebutkan bahwa persediaan minyak global akan terus meningkat hingga 2026 seiring pertumbuhan produksi yang cenderung lebih cepat dibandingkan permintaan. 

Hal ini menempatkan pasar dalam kondisi yang menuntut kehati-hatian karena tekanan harga bisa bertahan lebih lama. Sekalipun terdapat faktor geopolitik yang sewaktu-waktu dapat memengaruhi pasokan, tren produksi yang meningkat menciptakan dinamika baru dalam menjaga keseimbangan pasar energi global.

Pemulihan Aktivitas Ekonomi AS dan Peluang Kenaikan Permintaan

Di tengah proyeksi surplus pasokan, terdapat perkembangan positif yang berpotensi mendukung permintaan energi global, yakni berakhirnya penutupan pemerintah Amerika Serikat yang sebelumnya berlangsung sangat lama dan berdampak pada layanan publik serta lebih dari satu juta pekerja. 

Kembalinya aktivitas pemerintahan secara penuh memberikan harapan baru bagi pemulihan konsumsi energi.

Carl Larry, manajer penjualan trading and risk di Enverus, melihat momentum positif ini dengan mengatakan, “Kembalinya pemerintah beroperasi akan membantu mengangkat permintaan dalam jangka pendek, terutama dengan aktivitas kerja yang pulih, harapan perjalanan liburan normal kembali, dan musim belanja akhir tahun yang segera dimulai.” 

Dengan aktivitas ekonomi yang mulai berjalan normal, permintaan minyak diperkirakan mendapatkan dorongan tambahan dari peningkatan mobilitas dan belanja masyarakat.

Interaksi antara pemulihan aktivitas ekonomi Amerika Serikat dan potensi gangguan pasokan dari beberapa wilayah memberi ruang bagi pasar untuk tetap mencermati arah pergerakan harga. Meskipun tekanan dari sisi produksi masih kuat, peluang kenaikan permintaan tetap memberikan elemen keseimbangan yang penting.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index