JAKARTA - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit kemitraan swadaya di Provinsi Riau mencatatkan dinamika baru.
Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau melaporkan bahwa harga TBS periode ini berada pada kisaran Rp3.390 per kilogram untuk kelompok umur 9 tahun.
Meski terdapat penurunan tertinggi pada kelompok umur ini sebesar Rp118,67/Kg atau 3,38% dari harga minggu sebelumnya, pengelolaan harga yang transparan diyakini akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi petani.
Kabid Pengolahan dan Pemasaran Disbun Riau, Dr. Defris Hatmaja, menekankan bahwa penyesuaian harga ini terjadi seiring dengan fluktuasi harga jual crude palm oil (CPO) dan kernel di pasar nasional.
Harga cangkang saat ini tercatat Rp26,10/Kg. Indeks K yang digunakan untuk penetapan harga minggu ini adalah 92,62%, menurun dari minggu sebelumnya, memengaruhi harga jual CPO sebesar Rp390,42/Kg dan kernel Rp822,34/Kg.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya tata kelola harga yang semakin baik, di mana Disbun Riau melakukan pengawasan ketat terhadap seluruh pabrik kelapa sawit (PKS).
Beberapa PKS yang tidak melakukan penjualan tetap mengikuti ketentuan permentan nomor 01 tahun 2018 pasal 8, sehingga harga TBS yang digunakan adalah harga rata-rata tim atau harga rata-rata KPBN jika terkena validasi 2.
Dampak Penurunan Harga CPO dan Kernel
Penurunan harga TBS minggu ini terutama disebabkan oleh turunnya harga CPO dan kernel. Menurut laporan KPBN, harga rata-rata CPO mencapai Rp13.853,67/Kg dan harga kernel Rp12.080,00/Kg.
Dr. Defris Hatmaja menegaskan bahwa stabilitas harga TBS tidak lepas dari kerja sama berbagai pihak, termasuk pemerintah provinsi dan pihak kejaksaan tinggi Riau.
Meskipun terjadi penurunan harga, pengelolaan yang lebih transparan diharapkan tetap mampu melindungi pendapatan petani.
Sistem ini menekankan pada prinsip keseimbangan antara harga jual komoditas di pasar global dan harga pembelian TBS petani di tingkat lokal. Dengan tata kelola yang baik, petani tidak lagi terlalu rentan terhadap fluktuasi mendadak yang sering terjadi di pasar internasional.
Komitmen ini bertujuan untuk memastikan bahwa pendapatan petani tetap stabil, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada sektor perkebunan kelapa sawit.
Dr. Defris menambahkan bahwa seluruh langkah pengawasan dan penetapan harga ini adalah bagian dari strategi jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan usaha petani swadaya.
Harga TBS Berdasarkan Umur Tanaman
Berikut rincian harga TBS kelapa sawit kemitraan swadaya di Riau periode ini:
Umur 3 tahun: Rp2.623,73
Umur 4 tahun: Rp2.927,31
Umur 5 tahun: Rp3.142,79
Umur 6 tahun: Rp3.264,22
Umur 7 tahun: Rp3.337,58
Umur 8 tahun: Rp3.378,11
Umur 9 tahun: Rp3.390,42
Umur 10–20 tahun: Rp3.354,52
Umur 21 tahun: Rp3.297,48
Umur 22 tahun: Rp3.231,95
Umur 23 tahun: Rp3.157,45
Umur 24 tahun: Rp3.101,06
Umur 25 tahun: Rp3.054,76
Harga yang ditetapkan ini mencerminkan pengaruh usia tanaman terhadap kualitas TBS dan kandungan minyaknya. Kelompok umur 9 tahun menjadi titik tertinggi yang banyak dicari PKS karena menghasilkan TBS dengan kualitas optimal.
Prospek dan Strategi Peningkatan Pendapatan Petani
Meski ada penurunan pada beberapa kelompok umur, tata kelola harga yang lebih baik diyakini mampu meningkatkan pendapatan petani dalam jangka panjang.
Kolaborasi antara Disbun, PKS, dan instansi pemerintah lain menjadi kunci keberhasilan program ini. Selain itu, pengawasan yang ketat membantu menghindari praktik penetapan harga yang merugikan petani.
Pendekatan ini juga membuka peluang untuk menciptakan sistem perdagangan TBS yang lebih efisien, adil, dan berkelanjutan. Dengan transparansi harga dan pengawasan rutin, petani swadaya dapat merencanakan produksi dengan lebih baik, memaksimalkan hasil panen, serta menjaga stabilitas ekonomi keluarga.
Dr. Defris Hatmaja menekankan bahwa langkah-langkah ini akan berdampak positif pada kesejahteraan masyarakat, karena pendapatan yang lebih stabil memungkinkan peningkatan kualitas hidup serta investasi dalam pengembangan perkebunan.
Dengan demikian, meskipun harga TBS mengalami fluktuasi mingguan, prospek jangka panjang bagi petani Riau tetap cerah dan menguntungkan.