Minyak

Harga Minyak Menguat di Tengah Meredanya Kekhawatiran Pasokan

Harga Minyak Menguat di Tengah Meredanya Kekhawatiran Pasokan
Harga Minyak Menguat di Tengah Meredanya Kekhawatiran Pasokan

JAKARTA - Penguatan harga minyak dunia kembali terlihat setelah kekhawatiran pasar mengenai potensi kelebihan pasokan mulai mereda. 

Pergerakan ini muncul seiring berlakunya sanksi terhadap perusahaan-perusahaan Rusia yang sebelumnya menimbulkan kecemasan terkait dampak produksi global. Kondisi pasar minyak yang sempat tertekan kini mulai menunjukkan tanda pemulihan, meskipun dinamika pasokan dan permintaan global masih menjadi perhatian pelaku industri energi. 

Dengan pergerakan harga yang relatif positif, pasar kembali mencermati bagaimana kebijakan negara produsen serta perubahan permintaan dapat memengaruhi tren dalam beberapa bulan ke depan.

Penguatan Harga Setelah Kekhawatiran Mereda

Harga minyak dunia mengalami rebound setelah sebelumnya jatuh ke level terendah dalam dua pekan. Harga minyak mentah Brent berjangka naik 65 sen atau sekitar 1 persen menjadi 64,17 dolar per barel, sementara West Texas Intermediate meningkat 73 sen atau 1,2 persen menjadi 60,33 dolar. 

Kenaikan tersebut dipicu meredanya kekhawatiran pasar terhadap potensi lonjakan pasokan global setelah sanksi terhadap perusahaan minyak terbesar Rusia mulai diberlakukan. Para analis menyebut bahwa sanksi tersebut memunculkan potensi gangguan pasokan yang awalnya menekan harga minyak dunia.

Sejumlah laporan menunjukkan bahwa operasional Lukoil di berbagai bisnis luar negeri menghadapi tekanan dari sanksi tersebut. Meski demikian, menurut analis Jorge Montepeque, dampak sanksi terhadap harga minyak tidak sebesar yang diperkirakan.

“Ada sedikit dampak pada harga, tetapi tidak besar,” ujarnya dalam sebuah pernyataan. Ia menambahkan bahwa berdasarkan angka yang muncul, pasar masih menunggu bukti lebih kuat mengenai dampak sesungguhnya terhadap suplai global.

Secara keseluruhan, penguatan harga terjadi setelah pasar mengalami tekanan selama beberapa sesi sebelumnya. Penurunan yang terjadi ditempatkan dalam konteks dinamika pasokan global yang terus bergerak, terutama karena peningkatan produksi dari negara-negara OPEC dan sekutunya. 

Kondisi ini menjadikan rebound harga minyak sebagai sinyal bahwa pasar mulai mengantisipasi keseimbangan baru dalam beberapa bulan mendatang.

Pengaruh Kebijakan OPEC+ dan Tren Permintaan

Harga minyak global sebelumnya melemah dalam tiga bulan berturut-turut akibat kekhawatiran kelebihan pasokan. Peningkatan produksi dari negara-negara OPEC+ berkontribusi pada tekanan harga, terutama karena produksi dari negara produsen non-OPEC juga terus meningkat. 

Namun, rencana OPEC+ untuk menghentikan sementara penambahan produksi pada kuartal pertama tahun depan memberikan sentimen positif dan membantu meredakan kekhawatiran pasar.

Haitong Securities menyampaikan bahwa keputusan tersebut dapat menjadi faktor penting dalam menyeimbangkan kembali pasar minyak global. Meski demikian, kelemahan permintaan tetap menjadi sorotan utama dalam menentukan arah harga ke depan. 

Dalam laporan terbaru, J.P. Morgan menyebut bahwa permintaan minyak global dalam setahun terakhir hanya meningkat sekitar 850.000 barel per hari, di bawah perkiraan awal sebesar 900.000 barel per hari. Data tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan permintaan bergerak lebih lambat dari estimasi sebelumnya.

Indikator frekuensi tinggi seperti aktivitas perjalanan dan volume pengiriman kontainer juga menunjukkan tanda-tanda pelemahan konsumsi minyak, khususnya di Amerika Serikat. 

Konsumsi yang lebih rendah ini menimbulkan kekhawatiran baru mengenai kemampuan pasar mempertahankan permintaan yang kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global. 

Dengan kondisi seperti ini, pasar menilai bahwa kebijakan penyeimbangan pasokan menjadi salah satu faktor pendukung harga yang paling krusial dalam waktu dekat.

Data Stok AS dan Respons Pelaku Pasar

Tekanan harga minyak juga dipengaruhi oleh laporan Badan Informasi Energi Amerika Serikat yang mencatat peningkatan stok minyak mentah sebesar 5,2 juta barel hingga mencapai 421,2 juta barel. 

Peningkatan stok tersebut menjadi indikasi bahwa pasokan di pasar AS masih melimpah, sehingga mempengaruhi sentimen negatif di sesi perdagangan sebelumnya. Lonjakan stok semacam ini biasanya memberikan tekanan tambahan pada harga minyak karena mencerminkan perlambatan konsumsi domestik.

Capital Economics memprediksi bahwa tekanan penurunan harga minyak kemungkinan masih akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang. Mereka memperkirakan harga minyak dapat berada di bawah konsensus sebesar 60 dolar per barel pada akhir 2025 dan turun hingga 50 dolar per barel pada akhir 2026. 

Proyeksi ini memperkuat pandangan bahwa pasar minyak global masih menghadapi ketidakpastian besar, terutama terkait dinamika permintaan dan suplai.

Dalam perkembangan lainnya, Arab Saudi sebagai salah satu eksportir minyak terbesar dunia menurunkan harga jual minyak mentah untuk pembeli Asia pada Desember. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kondisi pasar yang kelebihan pasokan akibat peningkatan produksi OPEC+. 

Penurunan harga tersebut memberikan sinyal bahwa negara produsen besar berusaha menjaga daya saing di pasar regional di tengah meningkatnya pasokan dari berbagai sumber lain.

Prospek Pasar Minyak Global Ke Depan

Secara keseluruhan, pergerakan harga minyak pada pekan ini menunjukkan adanya perubahan sentimen yang mulai lebih positif setelah kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan mereda. 

Meski demikian, dinamika pasar minyak masih sangat dipengaruhi berbagai faktor, termasuk sanksi internasional, kebijakan produksi negara-negara OPEC+, serta tren permintaan global yang belum stabil. 

Pelaku pasar dan analis masih terus mencermati bagaimana kebijakan produksi dan perkembangan ekonomi global akan mempengaruhi pergerakan harga minyak dalam jangka pendek.

Ke depan, pasar minyak diperkirakan akan bergerak dalam rentang yang fluktuatif, dengan tekanan dari sisi permintaan dan penyesuaian pasokan menjadi faktor utama.

Rebound harga minyak yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa pasar masih memiliki ruang untuk pulih, meskipun ketidakpastian global tetap menjadi tantangan. Dengan situasi yang terus berkembang, pelaku industri energi perlu mempertahankan kewaspadaan dan menyesuaikan strategi berdasarkan perubahan pasar yang cepat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index