JAKARTA - PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) terus memperkuat langkahnya dalam mengembangkan kapasitas produksi emas di tengah meningkatnya permintaan dan harga global.
Perseroan kini tengah memperluas kapasitas pabrik carbon in leach (CIL) pertama di Poboya, Palu, dari semula 500 ton menjadi 2.000 ton bijih per hari. Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar BRMS untuk memperkuat kinerja operasional serta menjaga stabilitas produksi di tengah dinamika pasar komoditas.
Peningkatan kapasitas tersebut telah dimulai sejak pertengahan 2025 dan ditargetkan rampung pada semester II tahun 2026. Selama proses peningkatan berlangsung, pabrik CIL pertama berhenti beroperasi sementara untuk penyesuaian dan instalasi peralatan baru.
Namun, manajemen memastikan bahwa proses produksi tidak terganggu secara keseluruhan.
Sebagai langkah antisipasi, BRMS telah mengandalkan pabrik CIL kedua yang mampu beroperasi secara stabil dengan kapasitas rata-rata 4.500 ton bijih per hari sejak pertengahan 2025. Kehadiran pabrik kedua ini membantu perusahaan memitigasi potensi gangguan produksi selama pabrik pertama menjalani peningkatan kapasitas.
Kinerja Operasional Pabrik dan Target Kapasitas Baru
Direktur PT Citra Palu Minerals (CPM), Agus Sitindaon, yang bertanggung jawab atas kegiatan penambangan dan operasional pabrik di Poboya, menjelaskan bahwa performa pabrik CIL kedua terus meningkat karena karakteristik bijih yang mudah diolah.
“Jenis bijih dan batuan di lokasi tambang kami tidak terlalu keras seperti perkiraan sebelumnya. Kondisi ini memungkinkan pabrik CIL kami memproses bijih dengan lebih cepat,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Pernyataan ini menggambarkan optimisme BRMS terhadap peningkatan efisiensi produksi seiring dengan kualitas material tambang yang mendukung proses pengolahan.
Agus juga menambahkan bahwa peningkatan kapasitas pabrik CIL pertama menjadi 2.000 ton bijih per hari ditargetkan selesai pada Oktober 2026. Dengan demikian, perusahaan memperkirakan total kapasitas pengolahan bijih di wilayah Poboya akan mencapai sekitar 6.000 ton per hari pada akhir 2026 atau awal 2027.
Peningkatan kapasitas tersebut diharapkan mampu memperkuat posisi BRMS sebagai salah satu produsen emas terbesar di dalam negeri. Dengan dua pabrik CIL yang beroperasi optimal, BRMS dapat meningkatkan efisiensi produksi sekaligus menekan biaya operasional dalam jangka panjang.
Kemajuan Pembangunan Tambang Bawah Tanah
Selain fokus pada peningkatan kapasitas pabrik, BRMS juga mencatat kemajuan signifikan dalam proyek pembangunan tambang emas bawah tanah di Poboya, Palu.
Hingga Agustus 2025, pembangunan portal atau pintu masuk ke mulut tambang telah selesai, sementara pengerjaan terowongan (decline) bawah tanah telah mencapai lebih dari 350 meter dari pintu masuk.
Langkah ini menandai tahap penting dalam pengembangan tambang bawah tanah yang akan menjadi salah satu sumber produksi utama BRMS di masa depan. Kontraktor tambang PT Macmahon Indonesia ditunjuk untuk melaksanakan proyek tersebut dengan target operasional dimulai pada pertengahan 2027.
Pembangunan tambang bawah tanah ini bukan hanya memperluas cadangan produksi BRMS, tetapi juga menandakan transformasi menuju metode pertambangan yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Proyek ini diharapkan memberikan nilai tambah terhadap kinerja operasional sekaligus memperpanjang umur tambang Poboya dalam jangka panjang.
BRMS optimistis bahwa dengan selesainya infrastruktur tambang bawah tanah dan peningkatan kapasitas dua pabrik CIL, perusahaan dapat mencapai target produksi yang jauh lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan.
Pertumbuhan Kinerja Keuangan yang Mencolok
Peningkatan aktivitas produksi dan efisiensi pengolahan bijih turut berdampak positif terhadap kinerja keuangan BRMS. Hingga kuartal III-2025, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar US$ 183 juta, tumbuh 69% secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 108 juta.
Lonjakan pendapatan tersebut turut mendorong kenaikan laba usaha sebesar 144%, dari US$ 28 juta menjadi US$ 69 juta per September 2025. Sementara itu, laba bersih BRMS juga meningkat signifikan sebesar 129%, dari US$ 16 juta pada tahun sebelumnya menjadi US$ 37 juta.
Capaian ini menunjukkan efektivitas strategi operasional perusahaan dalam menghadapi fluktuasi harga emas global sekaligus memperkuat posisi BRMS di industri tambang nasional.
Peningkatan produksi, efisiensi pengolahan, serta proyek tambang bawah tanah yang terus berkembang menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan kinerja perusahaan.
Dengan kombinasi ekspansi fasilitas produksi dan penguatan struktur operasional, BRMS menatap masa depan dengan optimisme tinggi.
Transformasi besar yang sedang dilakukan diyakini akan memberikan dampak berkelanjutan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah serta mendukung ketahanan pasokan emas nasional di tengah dinamika harga global.