JAKARTA - PT Bank Permata Tbk (BNLI) berhasil mencatat kenaikan laba bersih sebelum pencadangan (PPOP) sebesar 4,9% secara tahunan menjadi Rp5 triliun pada kuartal III 2025. Pertumbuhan ini menjadi cerminan fundamental bank yang tetap solid di tengah tantangan ekonomi.
Direktur Utama Permata Bank, Meliza M. Rusli, menjelaskan bahwa peningkatan laba bersih ini didorong oleh kinerja intermediasi yang kuat, terutama dari penyaluran kredit yang terus meningkat. Dia menambahkan bahwa kepercayaan nasabah dan dukungan penuh dari Bangkok Bank menjadi faktor penting dalam memperkuat fondasi bisnis bank, memperdalam hubungan dengan nasabah, serta menjaga posisi Permata Bank sebagai pilihan utama di berbagai segmen pasar.
Kredit Korporasi dan Komersial Menjadi Motor Pertumbuhan
Penyaluran kredit Bank Permata tercatat tumbuh 5,4% secara tahunan menjadi Rp158,9 triliun pada kuartal III 2025. Pertumbuhan terbesar berasal dari segmen korporasi yang naik 8,2% menjadi Rp93,9 triliun, sementara segmen komersial tumbuh 10,4% menjadi Rp20,9 triliun.
Meskipun ekspansi kredit terus dilakukan, kualitas kredit tetap terjaga dengan NPL Gross di level 2,1% dan Loan at Risk (LAR) 7,0%, dibandingkan 2,1% dan 8,0% pada periode sama tahun lalu. NPL Coverage dan LAR Coverage masing-masing tercatat pada level 351% dan 107%, menegaskan kemampuan bank dalam mengelola risiko kredit.
Struktur Neraca dan Likuiditas Terjaga
Permata Bank juga menjalankan strategi optimalisasi neraca untuk menjaga likuiditas yang memadai. Rasio Loan-to-Deposit (LDR) tercatat sebesar 80,9% pada kuartal III 2025, sementara total aset bank tumbuh 5,7% YoY menjadi Rp269,3 triliun dibandingkan posisi tahun sebelumnya.
Dari sisi pendanaan, simpanan nasabah meningkat 6,9% menjadi Rp195,9 triliun, yang sebagian besar didorong oleh pertumbuhan CASA sebesar 17,3%. Hal ini membuat rasio CASA bank naik menjadi 60,5%, dibandingkan 55,1% pada periode yang sama tahun lalu.
Bank juga berhasil menjaga struktur likuiditas sesuai ketentuan regulator. Liquidity Coverage Ratio (LCR) rata-rata tercatat pada level 292,9% dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) berada di angka 132,9% pada akhir September 2025, menunjukkan likuiditas bank yang tetap sehat dan stabil.
Kinerja Permata Bank Syariah Tetap Positif
Segmen syariah Permata Bank juga menunjukkan pertumbuhan yang baik. Laba operasional sebelum provisi meningkat 12% YoY menjadi Rp598,6 miliar, didukung oleh pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang tumbuh 9,4% dan pengendalian biaya yang efisien.
Sementara itu, total simpanan nasabah di Permata Bank Syariah mencapai Rp26,9 triliun, didorong oleh pertumbuhan CASA sebesar 15,1% YoY. Pertumbuhan ini mengantarkan rasio CASA Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi 66,1%, lebih tinggi dibanding rata-rata industri perbankan syariah Indonesia.
Meliza M. Rusli menekankan bahwa strategi penguatan kredit, pengelolaan likuiditas, serta fokus pada segmen korporasi dan komersial akan terus menjadi pilar utama pertumbuhan bank. Peningkatan kinerja pada segmen syariah juga menjadi bagian dari upaya diversifikasi bisnis untuk memberikan kontribusi yang lebih besar bagi keseluruhan pendapatan bank.
Permata Bank menunjukkan bahwa meskipun tekanan ekonomi global dan domestik tetap ada, pengelolaan portofolio kredit yang prudent, dukungan pemilik, serta optimalisasi struktur neraca dan pendanaan dapat menjaga pertumbuhan laba dan kualitas aset. Dengan fondasi yang kuat, bank optimis dapat mempertahankan posisi strategis dan meningkatkan layanan bagi nasabah di semua segmen.